1. Membaca niat ushalli tidak pernah
dipraktekkan dan tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah B, berarti
suatu bid’ah yang harus ditinggalkan, sebab jika tidak maka hanya akan
membuat ...shalat kita tidak diterima oleh Allah;
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ "ص" مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
Barang siapa yang membuat hal yang baru di dalam perkaraku (praktek
ibadah) yang tidak ada (contoh) di dalamnya dari perkara itu, maka (hal
yang baru) itu ditolak. HR. Al-Bukhari : 2550 (2/959) dan Muslim : 4589
(5/132).
2. Membaca niat ushalli disertai keyakinan supaya shalatnya lebih
sempurna, berarti dia telah menganggap lebih alim (tahu) bagaimanakah
shalat yang lebih sempurna dibandingkan dengan shalat yang dipraktekkan
dan diajarkan Rasulullah B;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ
Hari ini telah kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan
kusempurnakan atas kalian nikmat-nikmatku dan aku ridha islam sebagai
agama kalian.QS. Al-Maidah : 3
3. Membaca niat ushalli disertai keyakinan bahwa itulah praktek yang
benar, dan seharusnya dilakukan, berarti dia telah menuduh Rasulullah
S.A.W tidak menyampaikan risalah dalam hal ini cara shalat yang benar
kepada ummatnya;
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاَتِ اللهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللهَ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا.
Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah dan takut kepada
Allah dan tidak takut kepada siapapun melainkan Allah, dan cukup bagi
Allah sebagai saksi. QS. Al-Ahzab : 39.
4. Membaca niat ushalli dengan niat agar Allah tahu bahwa dia
mengerjakan shalat ini atau itu dengan niat betul-betul lillahi ta’ala
berarti dia menganggap Allah bukan Dzat yang maha mengetahui apa yang
tersembunyi di dalam dada, suatu kedurhakaan dan penghinaan kepada
keagungan Allah ;
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللهَ بِدِينِكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم.
Katakan (wahai Muhammad) apakah kalian hendak memberi tahu kepada Allah
tentang agama (niat ibadah) kalian, sedangkan Allah mengetahui apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan Allah mengetahui dengan segala
sesuatu. QS. Al-Maidah : 3.
إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ.
Sesungguhnya Allah mengetahui pada keadaan dada (yang tersimpan di hati). QS. Luqman : 23.
- Shalat yang benar dan sempurna adalah mengikut cara shalatnya
Rasulullah S.A.W (bukan mengikut pendapat Imam ini atau imam itu),
Rasulullah S.A.W telah bersabda;
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Dan Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku Shalat. HR. Al-Bukhari : 6819 (6/2647)
- Khusus bagi penganut madzhab Syafii; Tidak ada satupun riwayat yang
membuktikan bahwa imam as-Syafii rahimhullah membaca niat ketika akan
shalat ataupun wudhu’.
Tanya : Apakah hukumnya membaca niat ketika akan shalat ?
أُصَلِّي فَرْضَ ....، .... رَكَعَاتٍ إِمَامًا / مَأْمُومًا للهِ تَعالىَ
Aku (niat) solat fardhu ….., ….. rakaat dengan menjadi imam/makmum kerana Allah Taal...a
Jawab : Hukumnya adalah bid'ah, sbb Rasulullah S.A.W memulai shalatnya
dengan takbir tanpa diawali dengan membaca niat, dan itulah Sunnah yang
terbaik yang wajib kita ikuti, dalam hal ini beliau bersabda :
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ .
… Ketika kamu berdiri untuk mengerjakan Shalat maka sempurnakanlah
wudhu’ kemudian menghadaplah ke qiblat dan bertakbirlah. HR. Al-Bukhari
: 5897 (5/2307), juga diriwayatkan oleh; Muslim, Abu Dawud dan Ibnu
Majah.
Tanya : Ada yang mengatakan tapi niat “ushalli” …dst.” itukan dibaca
sebelum takbir jadi tidak termasuk menambah rangkaian ibadah shalat
maka tidak bisa dikatakan bid’ah ?.
Jawab : Pendapat ini tidak benar sebab itu hanya dalih atau alasan yang
dibuat-buat; Walaupun dia katakan “di luar shalat”, tapi pada
kenyataannya mereka yang sudah terbiasa membaca niat “ushalli” tidak
mau dan tidak berani meninggalkan kebiasaannya itu. Bahkan kebanyakan
mereka menganggap tidak sempurna shalatnya orang yang tidak membaca
niat “ushalli”, itu berarti mereka telah menganggap shalatnya
Rasulullah B juga tidak sempurna karena beliau tidak membaca niat
tersebut, padahal kita diperintahkan mengerjakan shalat sebagaimana
yang beliau praktekkan, beliau bersabda;
... وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
… Dan Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku (Nabi) Shalat. HR. Al-Bukhari : 605 (1/226)
Kesimpulan :
- Semua amalan yang kita kerjakan disertai niat dan niat itulah yang
akan menentukan diterima atau tidaknya amal ibadah kita, berdasarkan
sabda Nabi;
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا
نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى
امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Sesungguhnya amal dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang apa
yang diniatkannya, maka barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang
ingin dia peroleh atau karena perempuan untuk dia nikahi maka hijrahnya
adalah sesuai dengan apa yang dia berhijrah karenanya. HR. Al-Bukhari :
1 (1/1)
Akan tetapi niat itu pekerjaannya hati bukan pekerjaan lisan, bukankah
banyak orang yang antara lisan dengan hatinya tidak sama, sebagai
perbandingan seseorang bersadaqah kepada pengemis dengan niat karena
Allah tanpa diucapkan walaupun sedikit uang yang disadaqahkan tersebut
maka dia akan mendapat pahala di sisi Allah, sebaliknya ada orang kaya
yang memberi sadaqah $ 10,000 kepada orang miskin dengan mengatakan;
Aku berikan uang $ 10,000 ini kepadamu dengan niat ikhlash lillahi
ta’ala, aku tidak mengharap apa-apa darimu atau dari orang lain (tapi
sebenarnya hatinya ingin disanjung sebagai dermawan maka sia-sialah
sadaqah $ 10,000 tersebut dan ucapan niatnya itu sama sekali tidak
berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar