Ground Zero: Waspada Kebinasaan Setiap Saat


Menjelang hari kiamat nanti manusia akan berlomba-lomba fil bun-yaan didalam membuat bangunan-bangunan yang tinggi’ demikian sabda Nabi seribu empat ratusan tahun yang lalu.
Saat ini, salah satu diantara bangunan tertinggi di dunia adalah hotel berbintang 7 pertama di dunia. Letaknya di Dubai, Uni Emirat Arab. Jumlah kamar suitenya hanya 202 ruangan. Menghebohkan orang-orang kaya di dunia karena kesupermewahannya. Namanya Burj Al-Arab.
Ingin melihat seperti apa kamar-kamar suite “surga dunia” serta setara berapa buah mobil BMW tarip kamarnya semalam? Kunjungi saja www.aljumeirah.com.
Sebenarnya masih ada gedung yang tinggi lagi, letaknya di jantung perekonomian dunia New York, Amerika. Tetapi hampir sepuluh tahun lalu, gedung itu sudah sudah luluh-lantak. Musnah dalam hitungan puluhan menit.
Ground Zero adalah sebidang tanah kosong tempat gedung kembar World Trade Centre yang pada tanggal 9 September 2001 ditabrak 2 pesawat berpenumpang dan berbahan bakar penuh yang dibajak dan berubah menjadi “bom”.

Bagi masyarakat dunia, Ground Zero menjadi monumen simbol kejahatan terorisme yang berdampak sangat besar terhadap peradaban dunia pada umumnya, dan terhadap pandangan dunia terhadap Islam pada khususnya. Nama yang berbau Arab, apalagi bagi pria berjenggot, sejak itu menjadi sulit sekali memperoleh visa. Negara Irak yang berdaulat, menghilang. Dsb.
Tetapi dari sudut pandang lain, Ground Zero adalah simbol ketidak-kekalan, kehancuran. Bahwa segala sesuatu di dunia itu akan binasa. Kebinasaan yang tidak mengenal belas-kasihan, sehingga sepagian itu saja 5000an orang tewas terpanggang api dan tertimbun reruntuhan.
Ground Zero juga merupakan simbol ketidak-berdayaan. Bahwa sebuah negara super-power yang sedemikian tinggi teknologi pertahanan-keamanannya, pun tidak mampu mencegahnya.
Kullukum Dloollun ...
Didalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:Yaa ‘ibaadii kullukum dloollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian sesat, kecuali orang yang telah Aku beri hidayah. Maka mintalah hidayah kamu sekalian kepada-Ku, niscaya Aku beri hidayah.
Hidayah benar-benar pemberian Allah. Hidayah tidak mengenal nasab atau keturunan. Tidak serta merta karena ayah iman kemudian anak juga iman. Contohnya Nuh dan Kanan. Sebaliknya, tidak serta karena merta anak iman kemudian ayah iman. Contohnya Ibrahim dan Azar. Tidak serta merta karena suami iman kemudian isteri iman. Contohnya Luth dan Wahila. Sebaliknya juga, tidak serta merta karena isteri iman kemudian suami iman. Contohnya Asyiah dan Fir’aun.
Innaka laa tahdi man ahbabta walaakinnallaaha yahdii man yasyaa ~ sesungguhnya engkau tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki. Bahkan Nabi Muhammad tidak bisa memberi hidayah kepada paman yang paling dicintainya.
Kullukum Jaai’un ...
Didalam hadits qudsi yang sama, Allah berfirman:Yaa ‘ibaadii kullukum jaaiu’n illaa man at’amtuhu fastat’imuunii ut’imkum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian lapar, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Maka mintalah makan kamu sekalian pada-Ku, niscaya aku beri makan.
Diantara kemahaluarbiasaan kehidupan di dunia adalah bagaimana sekian milyar manusia bisa makan. Rata-rata sehari tiga kali pula. Dengan makanan pokok yang tidak tergantikan. Artinya, di Indonesia misalnya, walaupun sudah habis berporsi-porsi mie bakso, masih tetap merasa lapar, karena belum makan nasi.
Demikian melimpahnya makanan dan minuman, tidak pernah merasa kelaparan dan kehausan, sehingga manusia sering lupa bahwa makanan itu Allah yang memberi. Apalagi dengan adanya industri makanan minuman yang membuat segalanya serba instant.
Bukti lupa? Betapa sering menjelang makan dan minum tidak mendahulukan membaca Bismillah.
Kullukum ‘Aarin ,,,
Masih didalam hadits qudsi yang sama, Allah berfirman:Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu fastaksuunii aksukum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka minta pakaianlah kamu sekalian pada-Ku,  akan Aku beri pakaian.
Manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang dan dikuburkan dalam keadaan telanjang pula. Kain kafan bukanlah pakaian, melainkan kain pembungkus. Buktinya, Islam tidak mengenal model pakaian mayat, kecuali model pocong.
Ada sebuah peristiwa dimana sepasang suami isteri tiba-tiba ditelanjangkan oleh Allah. Karena pelanggarannya memakan buah khuldi, Adam dan Hawa diusir dari sorga ke dunia. Pakaian kebesaran yang mereka pakai di sorga, tiba-tiba melorot dari badan.
Maka itu, dalam visualisasi agama samawi lain bahwa Adam dan Hawa memakan buah dengan telanjang bulat, adalah keliru. Saat mereka masih bobogohan berduaan, tentunya mereka masih memakai pakaian, karena saat itu masih di sorga. Sebaliknya, mereka telanjang pada saat diturunkan di tempat yang berbeda, dan sangat berjauhan. Yang satu di India, yang satu di Jeddah, ketemu 80 tahun kemudian di Jabal Rahmah.
Tsalabah dengan isterinya, oleh Allah hanya diberi sehelai kain, sehingga sholat berjamaah ke masjid pun harus bergantian. Beberapa suku di pedalaman di Asia dan Amerika Selatan, di zaman ini masih ada yang bulucun alias telanjang.
Sejak dilahirkan pakaian sudah menjadi bagian dari kehidupan. Karena pakaian dibutuhkan lebih primer daripada makanan, maka dikenal istilah ‘sandang-pangan’, bukan ‘pangan-sandang’. Tanpa makanan, manusia bisa tahan berhari-hari. Tetapi tanpa pakaian? Sedetikpun  manusia tidak mungkin bisa eksis tanpanya. Kecuali di kamar mandi.
Berdasarkan hadits qudsi diatas, pakaian itu pemberian Allah. Maka mintalah pakaian kepada-Nya.
Semua Iman atau Durhaka
Fiman Allah didalam hadit qudsi yang sama:
Yaa ‘ibaadii lau anna awwalakum wa aakhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu 'alaa atqo qolbi rojulin waahidin minkum, maa zaada dzaalika fii mulkii syai-an
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu, orang-orang kemudian, seluruh manusia, seluruh jin, semua taqwa kepada Alloh sebagaimana taqwa hatinya seorang laki-laki yang paling taqwa di antara kamu sekalian, demikian itu sedikitpun tidak akan menambah kepada kerajaan Alloh.
Fiman Allah didalam bagian akhir dari hadit qudsi:
Yaa ‘ibaadii lau anna awwalakum wa aakhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu 'alaa afjari qolbi rojulin waahidin maa naqosho dzaalika min mulkii syai-an
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu, orang-orang kemudian, seluruh manusia, seluruh jin, semua durhaka kepada Allah sebagaimana durhaka hatinya seorang laki-laki yang paling durhaka di antara kamu sekalian, demikian itu sedikitpun tidak akan mengurangi kepada kerajaan Allah.
Artinya, orang beriman semakin lama semakin banyak, sampai seluruh dunia beriman semua, Allah tetap Dzat Yang Maha Mulia, tidak bertambah sedikitpun karena seluruh manusia, plus para jin, sejagat raya beriman semua.
 Sebaliknya, orang durhaka semakin lama semakin banyak, sampai seluruh dunia durhaka semua, Alloh tetap Dzat Yang Maha Mulia, tidak berkurang sedikitpun karena seluruh manusia, plus para jin, sejagat raya durhaka semua.
Jika manusia sesat diberi hidayah oleh Allah, jika manusia lapar diberi makanan oleh Allah, jika manusia telanjang diberi pakaian oleh Allah, jika manusia iman semua tidak menambah kerajaan Allah, dan jika manusia durhaka semua tidak mengurangi kerajaan Allah, lalu manusia ini apa?
Bangunan tertinggi dan terkokoh di dunia, terletak di jantung dunia, melambangkan pusat kekuatan ekonomi dunia, di negara super-power dengan teknologi hankam spektakuler paling canggih di dunia.
Ingatlah Ground Zero dimana segala kemegahan dan kemewahan dan kehiruk-pikukan dan kedigjayaan sehebat apapun, dapat rusak binasa seketika.
Siapa menyangka Roman Empire penguasa dunia sekian abad, saat ini hanya meninggalkan reruntuhan diantaranya Colosseum di Roma?. Siapa menyangka Ottoman Empire penguasa dunia kekhalifahan sekian abad berikutnya, hanya meninggalkan diantaranya masjid kubah biru di Istanbul?
Maka bersyukurlah bagi mereka yang sepertinya bukan apa-apa, tetapi sudah dalam taraf yakin memperoleh pathway to heaven ~ jalan ke sorga. Mereka tidak lagi manusia ‘bukan apa-apa’. Mereka adalah khoirul bariyyah ~ sebaik-baiknya manusia, yang tahu halal-harom, pahala-dosa, qisos, kaffaroh, yang tahu cara mencari sorga dan menghindar dari neraka.
Tinggal mengikat hidayah, sambil waspada bahwa kebinasaan, dalam bentuk yang dikehendaki Allah, pada saat dan dengan cara yang tidak terduga, akan ditimpakan kepada makhluq-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar