Ada yang bertanya, lebih
tepatnya mengejek: "Mengapa ketika pertama kali memulai dakwah H.
Ubaidah itu lebih memfokuskan pada dakwah al jamaah? Mengapa tidak
mementingkan dakwah tauhid?." Mari kita telisik bersama, apakah
pertanyaan tersebut masuk ke dalam kategori pertanyaan bodoh atau
pertanyaan berkualitas.
H. Ubaidah sebagai ulama yang pertamakali menyebarkan dakwah Qur'an Hadis secara murni, karena berdasarkan Quran Hadis dengan berbekal sanad yang sahih dan mutashil, melewati berbagai macam rintangan, cobaan, bahkan percobaan pembunuhan dari kerabatnya sendiri yang ketika itu masih menganggap bahwa apa yang dibawanya adalah ajaran baru dan menyimpang dari ajaran para ulama kebanyakan (mainstream). Bukan main main, dalam mengarungi samudera rintangan ini beliau beramar makruf dan melakukannya seorang diri. Dengan berbekal keyakinan atas janji pertolongan Allah, ia lakoni semua teori dakwah islamiyah, yang pada akhirnya menurut bahasa modern tidak lain adalah teori HOW TO WIN FRIEND.
Dakwah 'ekstrim' apa adanya sudah dilaluinya. Banyak saksi sesepuh jamaah yang bercerita bahwa dahulu H. Ubaidah pernah mengalami tidak jadi menikah karena calon mertua marah besar gara gara ia melepaskan burung burung yang dipelihara oleh calon mertua dari sangkarnya. Beliau menganggap calon mertuanya adalah orang yang menganiaya binatang. Pernah pula suatu hari di pasar ia naik ke atas pohon dan berteriak untuk mengumpulkan manusia disana. Setelah orang orang berkerumun di bawahnya, ia memulai dakwah yang bertema bahwa Qur'an Hadits adalah satu satunya jalan masuk surga selamat dari neraka. Hasilnya? semua orang bubar dan sebagai hadiahnya, ia dianggap orang tidak waras. Pernah juga suatu kali karena ia mendapat porsi nasehat di kalangan ulama, ia berceramah bagaimana Qur'an Hadis itu harus jadi pedoman ibadah umat islam. Bukan malah membesar besarkan kitab kuning, kitab karangan yang pada akhirnya menjerumuskan pada amal yang bid'ah dan syirik. Dari saksi diketahui bahwa pada saat itu beliau berdakwah tanpa tendeng aling aling. Sampai ia berkata bahwa ulama yang tidak mau menerima dan mengutamakan kebenaran Qur'an Hadis adalah ulama khianat atau ulama bodoh. Semua kuping ulama yang hadir pada waktu itu merah padam dibuatnya. Akhir dari cerita sudah bisa ditebak : RUSUH. Beliau dianggap wahabi, dianggap aliran sesat. Meski tetap pada akhirnya ada seorang ulama dari Muhammadiyah, H. Ridwan, membenarkan apa yang diceramahkannya.
Namun bagi orang yang sudah benar benar yakin dan pasrah atas pertolongan dan janji Allah, tidak ada halangan baginya untuk terus mengisi amunisi dakwah islamiyahnya. Sampai pada puncaknya, dakwah 'ekstrim' H. Ubaidah tercetus pada tahun 1970 ketika ia mencetak 1000 lembar brosur yang berisi ajakan kepada seluruh umat islam agar bersatu dalam satu wujud al jamaah. Lagi lagi ini bukan perkara main main, ajakan beliau ini konon sengaja disampaikan dari tingkat kecamatan hingga sampai ke tingkat menteri. Sebagai akibat, lagi lagi bisa kita tebak : GEGER. Tetapi jika kita mau teliti, semua gegeran yang pernah terjadi dalam alur sejarah perjuangan dakwahnya adalah kosekuensi dari wujud dakwah al haq itu sendiri. Bukan disebabkan karena melawan pemerintah RI atau berkeinginan untuk mengubah tatanan sistem pemerintahan orde baru yang sangat represif pada saat itu.
الم ﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
” Alif Laam Miiim, apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan : “kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji ?“
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang jujur dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
Setelah puncak gegeran tahun 1979, maka metode dakwah ekstrim H. Ubaidah sedikit demi sedikit diatur sedemikian rupa agar masyarakat umum lebih menerima, yakni dengan cara yang lebih halus, tidak hantam kromo, yang pada akhirnya justru menyebabkan masyarakat umum menjauhi kebenaran (Qur'an Hadis).
Saat ini rupa rupanya banyak pihak yang masih juga tidak mengerti bahwa esensi dakwah H. Ubaidah itu bukan hanya mementingkan tauhid, namun lebih luas daripada itu, yakni dakwah al haq. Dakwah yang secara sadar maupun tidak disadari memisahkan antara yang haq dan yang bathil, memisahkan antara yang sunnah dan yang bid'ah, dan lain lain. Mengapa? karena tauhid itu sendiri merupakan salah satu prinsip keislaman seseorang yang seyogyanya wajib dilaksanakan secara bersamaan dengan prinsip prinsip islam yang lain. Mengapa? sebab islam itu satu. Islam itu wajib ditaati secara utuh dan sempurna, tidak setengah setengah atau parsial sesuka hawa nafsu. Dan yang perlu diingat, islam itu telah disempurnakan secara utuh oleh Sang Khaliq:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
"Pada hari ini (9 Dzulhijjah) telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu ni'mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agamamu"
Jadi bisa disimpulkan bahwa bagi H. Ubaidah, semua prinsip prinsip islam (akidah, ibadah, hukum mualamah, akhlaq, adab) adalah penting yang seluruhnya perlu dijalankan oleh setiap orang islam secara simultan (bersamaan, beriringan) agar terpenuhi cita cita luhur : berhasil masuk surga, tanpa mencicipi sedikit pun siksa neraka. Tidak boleh ada pemahaman prinsip yang satu lebih penting dari yang lain, semua sama! PENTING dan WAJIB.
Contoh : Apakah ada seorang muslim yang mengaku bertauhid, ia tidak mementingkan masalah ibadah? "baca syahadat dan percaya bahwa Allah sebagai Tuhan saja sudah cukup, tidak sholat tidak apa apa, mati tetep masuk surga. Toh kita sudah jadi orang islam". Akidah atau kefahaman seperti Ini adalah akidah konyol.
Contoh lain : Apakah ada seorang muslim yang mengaku bertauhid, ia tidak mementingkan masalah hukum muamalah? "punya istri 10 tidak apa apa, toh kita sudah bersyahadat dan mengakui bahwa Tuhan satu satunya adalah Allah Ta'ala. Toh kita sudah jadi orang islam". Bagi saya, hanya orang gila yang punya akidah atau kefahaman agama seperti ini.
Jika mau bukti bahwa dakwah H. Ubaidah pun adalah dakwah tauhid, coba tanya kepada para sesepuh jaman dulu. Dengan hanya dibekali doa dan hasil mangkul seadanya, para santri H. Ubaidah diperintah untuk beramar makruf Qur'an Hadis di daerah mereka masing masing. Dari proses amar makruf tersebut maka datanglah rintangan, cobaan, gegeran. Setelah itu maka datanglah janji Allah, berupa pertolongan. Setelah pertolongan, maka datanglah janji Allah berupa kemenangan dan kejayaan. Maka dari proses sederhana inilah para santri H. Ubaidah merasakan hikmah Tauhid Sesungguhnya, yakni suatu keyakinan bahwa ternyata akidah dan agama yang dipegangnya adalah benar, dan Allah senantiasa bersama mereka yang sungguh telah berada dalam firqah najiyah (golongan yang selamat), dan mereka yang berada dalam thaifah al manshurah (golongan yang ditolong Allah). Akibatnya, mereka semakin yakin bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan, Allah sebagai satu satunya yang pantas disembah, dan Allah pun mempunyai nama dan sifat. Itulah tauhid sesungguhnya, itulah manisnya keimanan. Metode 'pembuktian' tauhid yang terkesan ekstrim, tapi tepat pada sasaran tanpa perlu banyak teori. Maka semakin jelas, bahwa jika seseorang melakukan Dakwah Al Haqq, maka Dakwah Tauhid sudah termasuk di dalamnya.
Saran saya, janganlah mudah terkecoh oleh propaganda orang orang yang mengaku paling sesuai sunnah salafus shalih tapi hakikatnya mereka masih belum mengerti apa maksud Allah menurunkan agama islam ke muka bumi ini. Wahai saudara, islam itu luas tidak hanya tauhid. Ketahuilah bahwa islam datang untuk membedakan mana yang benar, mana yang salah. Agar kita semua selamat dunia dan akhirat.
وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah: yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
H. Ubaidah sebagai ulama yang pertamakali menyebarkan dakwah Qur'an Hadis secara murni, karena berdasarkan Quran Hadis dengan berbekal sanad yang sahih dan mutashil, melewati berbagai macam rintangan, cobaan, bahkan percobaan pembunuhan dari kerabatnya sendiri yang ketika itu masih menganggap bahwa apa yang dibawanya adalah ajaran baru dan menyimpang dari ajaran para ulama kebanyakan (mainstream). Bukan main main, dalam mengarungi samudera rintangan ini beliau beramar makruf dan melakukannya seorang diri. Dengan berbekal keyakinan atas janji pertolongan Allah, ia lakoni semua teori dakwah islamiyah, yang pada akhirnya menurut bahasa modern tidak lain adalah teori HOW TO WIN FRIEND.
Dakwah 'ekstrim' apa adanya sudah dilaluinya. Banyak saksi sesepuh jamaah yang bercerita bahwa dahulu H. Ubaidah pernah mengalami tidak jadi menikah karena calon mertua marah besar gara gara ia melepaskan burung burung yang dipelihara oleh calon mertua dari sangkarnya. Beliau menganggap calon mertuanya adalah orang yang menganiaya binatang. Pernah pula suatu hari di pasar ia naik ke atas pohon dan berteriak untuk mengumpulkan manusia disana. Setelah orang orang berkerumun di bawahnya, ia memulai dakwah yang bertema bahwa Qur'an Hadits adalah satu satunya jalan masuk surga selamat dari neraka. Hasilnya? semua orang bubar dan sebagai hadiahnya, ia dianggap orang tidak waras. Pernah juga suatu kali karena ia mendapat porsi nasehat di kalangan ulama, ia berceramah bagaimana Qur'an Hadis itu harus jadi pedoman ibadah umat islam. Bukan malah membesar besarkan kitab kuning, kitab karangan yang pada akhirnya menjerumuskan pada amal yang bid'ah dan syirik. Dari saksi diketahui bahwa pada saat itu beliau berdakwah tanpa tendeng aling aling. Sampai ia berkata bahwa ulama yang tidak mau menerima dan mengutamakan kebenaran Qur'an Hadis adalah ulama khianat atau ulama bodoh. Semua kuping ulama yang hadir pada waktu itu merah padam dibuatnya. Akhir dari cerita sudah bisa ditebak : RUSUH. Beliau dianggap wahabi, dianggap aliran sesat. Meski tetap pada akhirnya ada seorang ulama dari Muhammadiyah, H. Ridwan, membenarkan apa yang diceramahkannya.
Namun bagi orang yang sudah benar benar yakin dan pasrah atas pertolongan dan janji Allah, tidak ada halangan baginya untuk terus mengisi amunisi dakwah islamiyahnya. Sampai pada puncaknya, dakwah 'ekstrim' H. Ubaidah tercetus pada tahun 1970 ketika ia mencetak 1000 lembar brosur yang berisi ajakan kepada seluruh umat islam agar bersatu dalam satu wujud al jamaah. Lagi lagi ini bukan perkara main main, ajakan beliau ini konon sengaja disampaikan dari tingkat kecamatan hingga sampai ke tingkat menteri. Sebagai akibat, lagi lagi bisa kita tebak : GEGER. Tetapi jika kita mau teliti, semua gegeran yang pernah terjadi dalam alur sejarah perjuangan dakwahnya adalah kosekuensi dari wujud dakwah al haq itu sendiri. Bukan disebabkan karena melawan pemerintah RI atau berkeinginan untuk mengubah tatanan sistem pemerintahan orde baru yang sangat represif pada saat itu.
الم ﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
” Alif Laam Miiim, apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan : “kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji ?“
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang jujur dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
Setelah puncak gegeran tahun 1979, maka metode dakwah ekstrim H. Ubaidah sedikit demi sedikit diatur sedemikian rupa agar masyarakat umum lebih menerima, yakni dengan cara yang lebih halus, tidak hantam kromo, yang pada akhirnya justru menyebabkan masyarakat umum menjauhi kebenaran (Qur'an Hadis).
Saat ini rupa rupanya banyak pihak yang masih juga tidak mengerti bahwa esensi dakwah H. Ubaidah itu bukan hanya mementingkan tauhid, namun lebih luas daripada itu, yakni dakwah al haq. Dakwah yang secara sadar maupun tidak disadari memisahkan antara yang haq dan yang bathil, memisahkan antara yang sunnah dan yang bid'ah, dan lain lain. Mengapa? karena tauhid itu sendiri merupakan salah satu prinsip keislaman seseorang yang seyogyanya wajib dilaksanakan secara bersamaan dengan prinsip prinsip islam yang lain. Mengapa? sebab islam itu satu. Islam itu wajib ditaati secara utuh dan sempurna, tidak setengah setengah atau parsial sesuka hawa nafsu. Dan yang perlu diingat, islam itu telah disempurnakan secara utuh oleh Sang Khaliq:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
"Pada hari ini (9 Dzulhijjah) telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu ni'mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agamamu"
Jadi bisa disimpulkan bahwa bagi H. Ubaidah, semua prinsip prinsip islam (akidah, ibadah, hukum mualamah, akhlaq, adab) adalah penting yang seluruhnya perlu dijalankan oleh setiap orang islam secara simultan (bersamaan, beriringan) agar terpenuhi cita cita luhur : berhasil masuk surga, tanpa mencicipi sedikit pun siksa neraka. Tidak boleh ada pemahaman prinsip yang satu lebih penting dari yang lain, semua sama! PENTING dan WAJIB.
Contoh : Apakah ada seorang muslim yang mengaku bertauhid, ia tidak mementingkan masalah ibadah? "baca syahadat dan percaya bahwa Allah sebagai Tuhan saja sudah cukup, tidak sholat tidak apa apa, mati tetep masuk surga. Toh kita sudah jadi orang islam". Akidah atau kefahaman seperti Ini adalah akidah konyol.
Contoh lain : Apakah ada seorang muslim yang mengaku bertauhid, ia tidak mementingkan masalah hukum muamalah? "punya istri 10 tidak apa apa, toh kita sudah bersyahadat dan mengakui bahwa Tuhan satu satunya adalah Allah Ta'ala. Toh kita sudah jadi orang islam". Bagi saya, hanya orang gila yang punya akidah atau kefahaman agama seperti ini.
Jika mau bukti bahwa dakwah H. Ubaidah pun adalah dakwah tauhid, coba tanya kepada para sesepuh jaman dulu. Dengan hanya dibekali doa dan hasil mangkul seadanya, para santri H. Ubaidah diperintah untuk beramar makruf Qur'an Hadis di daerah mereka masing masing. Dari proses amar makruf tersebut maka datanglah rintangan, cobaan, gegeran. Setelah itu maka datanglah janji Allah, berupa pertolongan. Setelah pertolongan, maka datanglah janji Allah berupa kemenangan dan kejayaan. Maka dari proses sederhana inilah para santri H. Ubaidah merasakan hikmah Tauhid Sesungguhnya, yakni suatu keyakinan bahwa ternyata akidah dan agama yang dipegangnya adalah benar, dan Allah senantiasa bersama mereka yang sungguh telah berada dalam firqah najiyah (golongan yang selamat), dan mereka yang berada dalam thaifah al manshurah (golongan yang ditolong Allah). Akibatnya, mereka semakin yakin bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan, Allah sebagai satu satunya yang pantas disembah, dan Allah pun mempunyai nama dan sifat. Itulah tauhid sesungguhnya, itulah manisnya keimanan. Metode 'pembuktian' tauhid yang terkesan ekstrim, tapi tepat pada sasaran tanpa perlu banyak teori. Maka semakin jelas, bahwa jika seseorang melakukan Dakwah Al Haqq, maka Dakwah Tauhid sudah termasuk di dalamnya.
Saran saya, janganlah mudah terkecoh oleh propaganda orang orang yang mengaku paling sesuai sunnah salafus shalih tapi hakikatnya mereka masih belum mengerti apa maksud Allah menurunkan agama islam ke muka bumi ini. Wahai saudara, islam itu luas tidak hanya tauhid. Ketahuilah bahwa islam datang untuk membedakan mana yang benar, mana yang salah. Agar kita semua selamat dunia dan akhirat.
وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
"Dan katakanlah: yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar