Fakta Tentang Holocaust

Tidak sedikit para ahli sejarah yang menganggap bahwa fakta tentang Holocaust adalah fiksi belaka. Pertanyaannya adalah benarkah peristiwa Holocaust pernah terjadi dalam sejarah manusia?





holocaust



Holocaust diambil dari bahasa Yunani yaitu holokauston yang berarti “persembahan pengorbanan yang terbakar sepenuhnya”, adalah genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II.

Meskipun kata holocaust lebih mengacu pada pembakaran, namun pada laporannya sebelum terjadi adanya pembakaran tersebut para korban dibunuh dengan penembakan, serta penyiksaan dan yang paling terkenal adalah ruang gas yang digunakan untuk membunuh hampir semua korban holocaust di kampung yahudi maupun kamp konsentrasi.

Apakah Holocaust benar terjadi?

Banyak para ahli sejarah lainnya meragukan bahwa holocaust benar-benar terjadi dan orang-orang yang meragukan tentang kebenaran holocaust ini disebut dengan holocaust denial. Mereka mengatakan bahwa tidak pernah ada rencana terpusat oleh nazi untuk memusnahkan bangsa yahudi atau memang tidak ada pembunuhan massal di kamp-kamp konsentrasi.
Historical revisionism adalah bagian dari ilmu sejarah, yaitu penyelidikan ulang accepted history (sejarah yng sudah diterima oleh umum) dengan tujuan lebih memperjelas peristiwa tersebut, namun sebaliknya ada pula Negationist yang secara sengaja menggunakan sejarah yang salah, seperti yang ditulis oleh Gordon mcFee:
“Revisionists depart from the conclusion that the Holocaust did not occur and work backwards through the facts to adapt them to that preordained conclusion. Put another way, they reverse the proper methodology … thus turning the proper historical method of investigation and analysis on its head.”
Public Opinion Quarterly menyimpulkan: “Tidak ada ahli sejarah terkemuka yang mempertanyakan kenyataan Holocaust, dan mereka yang mendukung Holocaust denial kebanyakan adalah anti-Semit dan/atau neo-Nazi.”
Dalam disertasi yang ditulis oleh Presiden Palestina, dr. Mahmoud Abbas, juga dipaparkan, Ia meragukan bahwa kamar gas yang digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi dan mengatakan bahwa jumlah orang Yahudi yang dibunuh dalam Holocaust kurang dari 1 juta jiwa. Tidak hanya itu, pada akhir 2005, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad juga menggambarkan bahwa Holocaust  hanyalah mitos pembantaian orang Yahudi.
Disatu sisi, tidak sedikit bukti yang dikeluarkan oleh para ilmuwan barat sendiri yang menjelaskan mengenai kebohongan holocaust. Seperti pengarang dari Perancis Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel, David Irving, dll. Tetapi anehnya adalah hampir semuanya yang membantah kebenaran holocaust tersebut, dinyatakan bersalah dan dijebloskan kedalam penjara.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, mengapa hanya karena ketidaksetujuan para ilmuwan tersebut mengenai kejadian Holocaust, sampai harus dihukum dan dipenjara, bukankah bangsa barat sangat menjunjung tinggi asas demokrasi dan kebebasan berpendapat?

Holocaust Hanyalah Sebuah Lelucon

Ahmadinejad ternyata cukup benci dengan kata Holocaust. Ia pun terang-terangan menyatakan Holocaust hanyalah sebuah lelucon. Hal tersebut apabila dihubungkan dengan dokumen diary Anne Frank dibawah ini ternyata cukup beralasan.

Diary Anne Frank
Berikut dua kutipan yang diambil dari salah satu halaman dari diary Anne Frank:
Yang pertama pada 14 juni 1942,
“During recess I passed out cookies to my teachers and my class . . . I went to gym with the rest of my class. As it was my birthday, I got to decide what game my classmates would play, and I chose volleyball. Afterward they all danced around me in a circle and sang “Happy Bhirtday.”
Yang kedua pada 15 juli 1944,
“Deep down, the young are lonelier than the old.’ I read this in
a book somewhere and it’s stuck in my mind. As far as I can tell, it’s true. . . Anyone who claims that the older folks have a more difficult time in the Annex doesn’t realize that the problems have a far greater impact on us. We’re much too young to deal with these problems, but they keep thrusting themselves on us until, finally, we’re forced to think up a solution, though most of the time our solutions crumble when faced with the facts. It’s difficult in times like these:
I deals, dreams, and cherished hopes rise within us, only to be crushed by grim reality. . . . It’s utterly impossible for me to build my life on a foundation of chaos, suffering and death. I see the world being slowly transformed into a wilderness, I hear the approaching thunder that, one day, will destroy us too, I feel the suffering of millions.”
Berikut adalah fakta-fakta yang mempertanyakan keabsahan dari diary tersebut yang bisa diambil dari kutipan di atas:
  • Terjadi perbedaan gaya bahasa tulisan saat dia umur 13 yang masih cenderung remaja tiba-tiba langsung menjadi seseorang dengan gaya penulisan yang sangat dewasa.
  • Sampai saat ini masih terdapat dua edisi dari diary Anne yang memiliki isi yang sangat berbeda.
  • Menurut David Irving, sangat tidak mungkin seorang remaja menulis begitu dewasa, dan diari itu lebih mirip sebuah novel.
  • Keanehan lainnya adalah penulisan diary saat keadaan perang adalah sesuatu yang dipertanyakan. Kemungkinan tidak ada anak yang sempat-sempatnya menulis diari jika keadaan dimana ia berada sedang dalam masa perang.
Dari situ banyak kalangan yang menilai bahwa adanya lobby Yahudi yang memang berdiri dibelakangnya dan memiliki kepentingan tersendiri dalam membuat persepsi keyakinan bahwa holocaust benar-benar terjadi. Namun demikian, dari beberapa bantahan mengenai kebenaran dari Holocaust, terdapat satu bantahan yang membuat semuanya semakin terhubung, yaitu seperti yang pernah disinggung mengenai kematian Hitler, bahwa jika benar Hitler telah membinasakan jutaan umat Yahudi, maka dia tidak mungkin disembunyikan oleh para anggota Rothschild (yang sering mengaku keturunan Yahudi) di Argentina.

Apabila hal tersebut benar adanya, lantas apakah yang terjadi sebenarnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar