Ada satu hadits Nabi yang cukup masyhur dan sering kita dengar, berisikan wasiat beliau kepada umatnya, yakni sebagai berikut:
” Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringkanlah
perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, mudah-mudahan yang baik itu
akan memadam yang jahat. Dan bergaullah kepada manusia dengan akhlaq
yang bagus. “
Wasiat #1. Bertaqwalah Kepada Allah Di mana Saja Kamu Berada
Istilah taqwa sering kita dengar, bahkan sudah hapal artinya. Yakni,
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagian
ulama mengartikan Taqwa sebagai sikap Wara’ (hati-hati), sebagaimana tercermin dalam kisah Abdullah ibnu Mubarak, seorang penjaga kebun anggur.
Suatu ketika, saat buah anggur telah membesar, sang majikan meminta
Abdullah Ibnu Mubarak memetikkan anggur masak untuknya. Lantas Abdullah
memetik anggur dan memberikannya kepada majikan tersebut. Setelah
dicicip, ternyata buah anggur tersebut rasanya asam. Karena asam, sang
majikan menyuruh kembali untuk memetik anggur lain. Abdullah pun
kembali ke kebun, memetik dan memberikan anggur yang lain. Ternyata,
anggur ini pun rasanya asam. Sampai tiga kali majikan menyuruh memetik
anggur dan selalu yang diberikan Abdullah rasanya asam.
Sang majikan marah, dan berkata, “Kenapa engkau tidak bisa membedakan
mana anggur yang manis dan mana yang asam?”. Abdullah menjawab, “Saya
tidak bisa membedakan rasa, karena saya hanya disuruh menjaga dan
memelihara kebun anggur, tidak pernah saya disuruh mencicipi apalagi
merasakan anggur”. Inilah sikap wara’ atau hati-hati yang tercermin
dari sikap Abdullah ibnu Mubarak, dan sebagian ulama mengartikan Taqwa
sebagai sebagai sikap wara.
Kisah lain tentang taqwa dapat kita pahami dari dialog Umar bin Khattab
ra dengan Ubay bin Ka’ab ra. Umar bin Khattab ra bertanya kepada Ubay
bin Ka’ab ra : “ Tahukah kamu apa itu taqwa ? “ Ubay bin Ka’ab ra balik
bertanya : “ Pernahkah kamu berjalan di suatu jalan yang penuh duri ?
Lalu apa yang akan kamu lakukan ? “ Umar menjawab : “ Saya akan
berhati-hati. Saya teliti dengan seksama dan saya lihat tempat
berpijak. Saya majukan satu kaki dan saya mundurkan kaki lainnya
khawatir terkena duri “. Ubay berkata : “ Itulah taqwa “.
Sikap taqwa yang diwasiatkan rosul dalam hadits di atas, haruslah
berlaku kapan saja dan dimana saja kita berada. Taqwa harus tercermin
saat berada di mesjid, rumah, tempat bekerja, sekolah, dan lain
sebagainya. Jangan hanya bertaqwa di saat sulit, namun lupa saat
dikasih kelebihan rizki. Taqwa haruslah dibangun di mana saja, sampai
saat beribadah sekalipun. Misalnya saat melaksanakan sholat, puasa, haji, zakat, dll, taqwa berarti memperhatikan syarat dan rukun dari ibadah tersebut.
Wasiat #2. Ikutilah Keburukan Dengan Kebaikan
Wasiat nabi kedua dalam hadits ini adalah ikutilah setiap keburukan
dengan kebaikan. Maksudnya perbanyaklah taubat dan amal sholeh sebagai
cara untuk menghapus dosa yang telah diperbuat. Setiap manusia pasti
tidak luput dari dosa, dan setiap dosa akan terhapus jika pelakunya
melakukan taubat dan amal sholeh.
Ucapan istighfar (taubat) akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya,
begitu pula antara sholat satu ke sholat lainnya, antara sholat jum’at
ke jum’at lainya, antara puasa Ramadhan yang satu ke yang berikutnya,
antara umrah dan umrah, akan menghapus dosa di antaranya. Untuk itu,
perbanyaklah taubat dan amal sholeh lainnya, karena ia akan menghapus
dosa.
Wasiat #3. Bergaullah dengan orang lain dengan akhlaq yang baik
Jika wasiat #1 dan #2, terkait hubungan antara manusia dengan Alloh,
maka wasiat yang ke #3 terkait hubungan antara manusia dengan manusia
(misalnya istri, suami, anak, orang tua, tetangga, saudara, teman,
dll). Belumlah dikatakan sempurna iman seseorang, kalaulah akhlaq
(tutur kata dan sikap)-nya belum baik. Sesorang yang berakhlaq baik
akan dicintai dan disenangi orang lain. Sebagaimana tersirat dalam do’a
nabi Ibrahim as;
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah
bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang
yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka
dibangkitkan.”
Demikianlah uraian singkat dari salah satu hadits nabi yang berisikan wasiat beliau tentang taqwa, taubat dan akhlaq baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar