Tiga perkara yang biasanya menyertai seseorang ketika hendak meninggal dunia yaitu hutang, wasiat dan waris. Sesuai dalil-dalil dalam Al-Hadist, Rasulullah SAW telah mengatur ketiga masalah tersebut.
Bagi seseorang yang hendak atau telah meninggal dunia prioritas utama adalah melunasi hutang-hutangnya sebab hutang yang tidak diselesaikan di dunia akan ditagih di akhirat. Karena di akhirat tidak ada uang maka hutang dibayar dengan amal baik si debitur.
Wasiat adalah pesan seseorang sebelum meninggal dunia kepada ahli waris untuk menyerahkan / menshodakohkan hartanya ke Sabilillah, untuk keperluan agama, yang jumlahnya maksimal 1/3 (sepertiga) dari total nilai harta milik. Penyerahan harta ke Sabilillah bertujuan untuk menghapus dosa-dosa dan meningkatkan derajat yang bersangkutan di akhirat. Shodakoh orang yang meninggal dunia ke sabilillah boleh dilakukan oleh ahli waris setelah yang bersangkutan wafat, meskipun tanpa wasiat.
Seorang yang sekaratul maut tidak boleh mewasiatkan / membagikan hartanya kepada ahli waris, sebab bagian ahli waris telah ditetapkan dalam Ilmu Faroid, tentang pembagian harta waris. Harta waris dibagikan kepada ahli waris setelah kewajiban hutang dan wasiatnya diselesaikan.
Hadist Ibnu Majah Kitabu Wasiat (22)
بَابُ الْوَصِيَّةِ بِالثُّلُثِ2708 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، وَالْحُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ الْمَرْوَزِيُّ، وَسَهْلٌ قَالُوا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: مَرِضْتُ عَامَ الْفَتْحِ حَتَّى أَشْفَيْتُ عَلَى الْمَوْتِ، فَعَادَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: أَيْ رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي مَالًا كَثِيرًا وَلَيْسَ يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي، أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لَا» . قُلْتُ: فَالشَّطْرُ؟ قَالَ: «لَا» . قُلْتُ: فَالثُّلُثُ؟ قَالَ: «الثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَتْرُكَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَتْرُكَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ»
(sanad tidak diartikan) … Umar bin Said meriwayatkan: Ayahku merkata: “Aku sakit pada tahun kemenangan Mekah, sampai mendekati ajal, maka Rasulullah SAW menjengukku, Aku (ayah Umar) berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki banyak harta dan saya tidak memiliki ahli waris kecuali hanya seorang anak laki-laki, bagaimana kalau saya shodakohkan dua pertiga hartaku? Nabi menjawab: “Jangan”. Aku (ayah) melanjutkan, “Bagaimana kalau separoh?”. Nabi menjawab: “Jangan”. Aku (ayah) meneruskan: “Bagaimana kalau sepertiga?” Nabi menjawab: Boleh, sepertiga sudah cukup banyak, sesungguhnya engkau lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada meninggalkan ahli waris dalam keadaan miskin.”
2709 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ تَصَدَّقَ عَلَيْكُمْ، عِنْدَ وَفَاتِكُمْ، بِثُلُثِ أَمْوَالِكُمْ، زِيَادَةً لَكُمْ فِي أَعْمَالِكُمْ»
(Sanad tidak diartikan) …Rasulullah SAW bersabda:” Sesungghnya Allah memberi kesempatan shodakoh pada kalian saat waat kalian dengan sepertiga harta kalian, sebagai tambahan amal kalian”.
2713 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شُرَحْبِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ عَامَ حِجَّةِ الْوَدَاعِ «إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ»__________[حكم الألباني]صحيح
(Sanad tidak diartikan) …Aba Umaamah Al_bahiliyi meriwayatkan: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda dalam kutbahnya saat Haji Wadak,”Sesungguhnya Allah sungguh-sungguh telah memberikan hak setiap orang yang memiliki hak, maka jangan berwasiat sungguh untuk ahli waris.”
2715 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: «قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالدَّيْنِ قَبْلَ الْوَصِيَّةِ، وَأَنْتُمْ تَقْرَءُونَهَا» : مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ، «وَإِنَّ أَعْيَانَ بَنِي الْأُمِّ لَيَتَوَارَثُونَ دُونَ بَنِي الْعَلَّاتِ»
__________
[شرح محمد فؤاد عبد الباقي]
[ش - (بالدين) أي بأدائه قبل إخراج الوصية. (أعيان بني الأم) الأعيان الإخوة لأب واحد وأم واحدة. مأخوذ من عين الشئ وهو النفيس منه. (بني العلات) الإخوة لأب من أمهات شتى.
__________
[شرح محمد فؤاد عبد الباقي]
[ش - (بالدين) أي بأدائه قبل إخراج الوصية. (أعيان بني الأم) الأعيان الإخوة لأب واحد وأم واحدة. مأخوذ من عين الشئ وهو النفيس منه. (بني العلات) الإخوة لأب من أمهات شتى.
[حكم الألباني]حسن
Tidak ada komentar:
Posting Komentar