Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Ra., beliau bercerita bahwasanya pada suatu ketika ada seorang lelaki bernama Sa’ad as Sulami yang menghadap kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “ Ya Rasulullah, apakah warna kulitku yang hitam dan buruknya rupawajahku dapat menghalangiku masuk ke dalam surga?”“Tidak! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya! Selama kau
benar-benar meyakini Tuhanmu dan beriman terhadap apa yang disampaikan
Rosulmu.” Jelas Nabi Muhammad SAW.
Pemuda itupun menjawab, “Demi Allah yang telah memuliakan Engkau
sebagai nabi, aku telah berikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah utusan Allah. Sesungguhnya delapan bulan yang lalu,
saya telah meminang gadis dari beberapa wilayah, termasuk di wilayah
ini namun tak satupun pinangan saya diterima. Hal ini dikarenakan kulit
saya yang hitam dan wajah saya yang buruk, walaupun sebenarnya saya
berasal dari keluarga terpandang, Bani Sulaim.”
Akhirnya Rasulullah mengutus Sa’ad menemui Amr bin Wahab yang baru
saja masuk islam, dan memerintahkan agar ia mengatakan pada Amr, bahwa
Nabi Muhammad telah menikahkannya dengan putrinya. Amr bin Wahab ini
berasal dari Bani Tsaqif, dia memiliki seorang anak gadis yang cantik
jelita serta pandai yang bernama Atiqah. Sesampainya di depan pintu
rumah Amr, Sa’ad-pun mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Keluarga Amr
begitu senang, sebab Sa’ad menggunakan bahasa Arab. Namun ketika
melihat bahwa yang datang adalah seorang pemuda berkulit hitam dan
berwajah buruk, mereka justru membencinya.
Maka sesuai perintah Rasulullah SAW, lelaki itu akhirnya berkata, “ Rasulullah telah menikahkan putri Anda dengan saya.” Mendengar perkataan itu, keluarga tersebut langsung menolaknya dengan kasar. Mendapatkan perlakuan seperti itu, Sa’ad-pun memilih kembali ke hadapan Nabi. Namun, di lain pihak, putri Amr bin Wahab yang rupawan dan pandai justru berkata, “Wahai Ayah, carilah selamat sebelum ayah dipermalukan dengan turunnya wahyu dari Allah SWT. Jika Rasullah menghendaki aku untuk menikah dengan lelaki itu, maka aku rela menerima apa yang telah direlakan oleh Allah dan Rasulnya untukku.”
Mendengar ucapan dari Atiqah, Amr bin Wahab sadar akan kesalahannya, dan segera pergi menemui Nabi. Dia meminta maaf akan kesalahannya, dan bersedia menikahkan Sa’ad as Sulaim dengan putri tercintanya, Atiqah. Namun Sa’ad tidak mempunyai uang untuk membeli mas kawin, hingga akhirnya Rasulullah bersabda, “Mintalah kepada tiga orang mukmin untuk maskawin istrimu. Pergilah kepada Utsman bin Affan, dan mintalah 200 dirham, maka ia akan memberinya bahkan lebih. Pergilah kepada Abdurrahman bin Auf, maka dia akan memberimu 200 dirham bahkan lebih. Juga pergilah pada Ali bin Abi Thalib, dia juga kan memberimu 200 dirham bahkan lebih.”
Setelah menuruti perintah Nabi Muhammad SAW, Sa’ad segera pergi untuk membeli maskawin yang dibutuhkan. Namun tiba-tiba dia mendengar seruan, “Wahai kuda Allah, naiklah kendaraan!”. Tak lama setelah itu, Rasulullahpun memberikan seruan yang sama. Lalu Sa’ad pun berdoa, “ Ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhannya Muhammad. Sungguh saat ini aku akan menjadikan uang ini untuk sesuatu yang dicintai oleh Allah, Rasulnya, dan orang-orang yng beriman.”
Akhirnya Sa’ad membeli seekor kuda, sebilah pedang dan tombak, serta perisai. Dia mengikatkan surban pada perutnya dan mengenakan tutup kepala baja, sehingga tak terlihat, kecuali bulu matanya. Ia lalu menuju ke tengah-tengah pasukan muhajirin, dan maju ke barisan musuh lalu menyabetkan pedangnya kesana kemari. Para pasukan lainpun bertanya-tanya, siapakah kiranya lelaki yang pemberani itu.
Ketika melihat kudanya keletihan, ia lantas turun dan menyingsingkan lengannya, maka tampaklah lengannya yang hitam. Dan Rasulullah mengenalinya. “Apakah kau Sa’ad?”
“Benar, Ya Rasulullah.” Jawabnya.
“Kau sangat beruntung.” Lanjut Nabi.
Ketika semua tentara sedang sibuk berperang, mendadak pasukan Islam berteriak, “Sa’ad gugur!”
Mendengar hal itu, Rasulullah langsung keluar dan berjalan ke arah Sa’ad. Beliau meletakkan kepala Sa’ad ke atas pangkuannya sembari membersihkan tanah yang menempel ke wajahnya. Lalu bersabda “Alangkah harumnya aroma tubuhmu. Betapa dicintainya kau oleh Allah dan Rasulmu.”
Beliau menangis, lalu tertawa, lantas memalingkan wajahnya dan bersabda kembali, “ia telah sampai di telaga (khaudh), demi Tuhan pemelihara ka’bah.”
Abu Lubabah lantas bertanya, “Telaga apakah itu Ya Rosul?”
“Telaga yang luasnya antara Sana’a sampai Basrah. Bagian tepinya dihiasi mutiara dan permata. Sementara airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Barang siapa yang meminumnya barang seteguk, maka dia tidak akan merasa haus selamanya.”
Abu Lubabah bertanya lagi, “Ya Nabi, lalu apa yang menyebabkan Engkau menangis, lalu tertawa, setelah itu memalingkan wajah?”
Rosulullah menjawab, “Aku menangis karena rindu kepada Sa’ad. Aku tertawa karena merasa bahagia melihat kemulian Sa’ad di sisi Allah. Dan kupalingkan wajahku karena kulihat bidadari-bidadari yang menjadi istrinya berebut mendekatinya hingga terlihat betisnya. Aku berpaling dari mereka lantaran malu.”
Setelah itu Nabi memerintahkan para sahabat untuk mengambil pedang, kuda, dan apa saja yang dibawa Sa’ad. Lalu beliau bersabda, “Allah telah menikahkan Sa’ad dengan wanita yang lebih baik daripada putri kalian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar