“LDII dengan PARADIGMA BARU”

بسم الله الرحمن الرحيم
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
(الحجرات:6)

Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan (al-Hujurat:6) 

Paradigma baru LDII atau Lembaga Dakwah Islam Indonesia adalah upaya klarifikasi yang dilakukan oleh LDII ke seluruh umat dan berbagai pihak terutama Majelis Ulama Islam Indonesia terhadap isu-isu negatif yang dilontarkan oleh segelintir anggota masyarakat yang hanya memahami Islam dan LDII sepotong-sepotong atau belum memahami sepenuhnya tentang Islam dan LDII.

Upaya ini merupakan hasil dari masukan dari sebagian masyarakat agar LDII tidak diam saja ketika dicaci maki, dihina, dianggap sesat, dihujat tidak henti-hentinya oleh segelitar orang yang belum sepenuhnya memahami LDII maupun Islam secara keseluruhan.

Sebagian besar masyarakat tersebut memahami eksistensi LDII didalam melakukan kebajikan atau amal shaleh dengan tanpa pamrih dan terus menerus melakukakannya walaupun cacian dan hujatan tidak pernah berhenti bahkan banyak telah menelan korban jiwa. Hujatan dan Cacian ini merupakan ujian terhadap LDII tentang kesungguhan dalam menegakkan kebenaran, apakah tetap konsisten. Sama halnya ketika rasulullah melakukan dakwah Islam, dimana cacian dan hujatan tidak pernah berhenti bahkan nyawapun terancam. Sikap rasulullah adalah tetap sabar dan tetap konsisten untuk tetap amar ma'ruf dan nahi mungkar dan demikian juga LDII.

Paradigma LDII diharapkan masyarakat yang belum memahami tentang LDII dapat segera mengetahui kebenaran sesungguhnya dan menepis cacian dan hujatan yang dampaknya kalau dibiarkan akan dapat memecah-belah umat dan merugikan masyarakat Indonesia bahkan bangsa Indonesia.

Saya banyak melihat terjadi kesalahfahaman dari kelompok masyarakat di luar LDII mengenai jargon "LDII dengan PARADIGMA BARU" atau "Paradigma Baru LDII". Kebanyakan masyarakat diluar LDII salah mengerti mengenai jargon "LDII dengan PARADIGMA BARU", mereka menganggap bahwa LDII sudah tobat dan tidak lagi mengamalkan faham klasiknya. Atau menyangka bahwa LDII sedang berbohong supaya bisa diterima oleh MUI.


Jangan salah tangkap dan salah ekspektasi. Jargon "LDII dengan PARADIGMA BARU" hanyalah bahasa diplomasi. Adakah yang berubah? Tentu ada yang berubah. Ya paradigmanya berubah, Kalau dulu: untuk mu agamamu, untuk ku agamaku, mari kita jalan sendiri-sendiri. Tetapi sekarang adalah semangat kebersamaan. Tetap, untuk mu adalah agamamu, untuk ku ya agamaku, namun mari kita jalan bersama-sama. Inilah pesan yang ingin disampaikan oleh LDII yang mungkin masih belum bisa ditangkap oleh kebanyakan masyarakat dari luar LDII.

LDII sedang tidak berbohong. Jelas ada yang berubah. LDII ingin berjalan bersama-sama. Adapun ada perbedaan, itu tidak lagi ingin dimunculkan dan dikonflik-kan. Tetapi tentu dalam koridor asas kesetaraan. LDII sekarang sudah berusaha keluar dari "closet". Ingin membaur sementara tetap tidak kehilangan jati diri. Tidak mudah memang.

Oleh sebab itu saya menghimbau kepada masyarakat untuk menghargai usaha LDII ini. Sudah saatnya kita membuka tangan kita merangkul LDII atas nama kepentingan yang lebih besar. Kepentingan seluruh umat.
Intinya: LDII tidak mungkin meninggalkan fahamnya. Sangat tidak mungkin. Tetapi LDII membuka diri untuk men-share resource-nya yang berharga bagi kepentingan yang lebih besar. Dan sudah seharusnya kita semua bisa saling membuka diri.

2 komentar:

  1. "Paham" dan "jati diri" yang anda pertahankan sebenarnya itulah akar masalahnya. tafsir Serampangan imam anda diimani buta pengikutnya yang sengaja dikerdilkan wawasannya dengan ekslusifisme jema'ah menjadikan Islam begitu sempit, sulit dan menguntungkan agenda orang-orang yang ingin melemahkan Islam.

    BalasHapus