Restu Ibu, Kunci Kemudahan Hidup

Libur musim panas adalah masa yang paling ditunggu-tunggu mahasiswa. Selama tiga bulan para mahasiswa akan menikmati libur bersama keluarga. Sebulan sebelum libur, bagian kemahasiswaan universitas sudah membagikan formulir. Setiap mahasiswa dipersilakan menuliskan rute perjalanan masing-masing, mulai dari  Bandara Riyadh sampai bandara terdekat dari kota tempat berdomisili. Seperti halnya seluruh kampus di Arab Saudi, Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Sa’ud Riyadh memberikan tiket gratis pulang pergi ditambah dengan uang saku sebanyak beasiswa tiga bulan.

Sudah dua musim panas sahabat yang akan kita ceritakan ini—sebut saja namanya Yunis-- libur ke Tanah Air. Libur tahun ini, dia ingin mengunjungi Eropa. Mumpung sudah dekat, kalau dari Tanah Air, entah kapan dia bisa mengunjungi Eropa. Berdasarkan pengalaman teman-teman sebelumnya, yang penting selama berkunjung ke Eropa ada tempat penginapan gratis.

Atas rekomendasi seorang senior yang pernah berdakwah ke Eropa, Perhimpunan Pelajar Muslim Eropa di Berlin Barat bersedia mengundang Yunis berdua dengan temannya Yusuf memberikan pengajian selama Ramadhan di Berlin Barat, ditambah khutbah Idul Fitri. Penginapan, makan minum, dan tiket domestik ditanggung PPME.


Berbekal surat undangan dari PPME, Yunis ditemani Yusuf dengan optimistis pergi ke Bandara Riyadh, mengurus rute perjalanan. Tapi di luar dugaan, petugas Arab Saudi menolak permintaannya. Bahkan, dengan ketus mengatakan, “Mafi tahwil! Tiket diberikan universitas kepada saudara untuk pulang ke Tanah Air mengunjungi keluarga, bukan untuk libur ke Eropa.” Yunis menunjukkan surat undangan dakwah dari PPME, tapi petugas sama sekali tidak mau melihatnya. Dengan langkah gontai mereka kembali ke asrama.

Malamnya, Yunis merenung sambil introspeksi. Apa kesalahannya, mengapa saat gilirannya, pihak Arab Saudi tidak mengizinkan, sementara teman-teman lainnya lancar-lancar saja. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Astaghfirullah! Bukankah aku belum pernah minta izin sama ibu di rumah? Beliau pasti menunggu-nunggu kepulangan putranya di waktu liburan.” Segera dia tulis surat minta restu ibunya. Besok pagi-pagi surat itu segera diposkannya.

Tanpa memberitahukan Yusuf tentang surat itu, mereka berdua kembali ke bandara, mencoba lagi mengurus perubahan rute tiket. Alhamdulillah, petugas Saudia menyambutnya dengan ramah. Tiketnya dapat diubah dengan rute baru: Riyadh-Jeddah-Frankfurt-Denhaag-London-Paris-Roma-Jeddah-Riyadh. Bahkan, petugas Arab Saudi memujinya karena bersedia mengorbankan musim libur untuk berdakwah di Eropa. Yunis berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada petugas itu. “Jazakallah khair,” katanya dengan penuh kegembiraan.

Sahabat kita yakin, Allah SWT memberikan kemudahan kepadanya karena restu ibu, sekalipun surat itu pasti belum sampai ke tangan sang ibu. Allah Yang Mahakuasa yang telah menyampaikannya ke dalam hati sang ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar