Gigi

Banyak diantara kita yang tidak memperhatikan dengan serius masalah gigi. Nggak jauh-jauh, saya contohnya. Apalagi kalau mempunyai riwayat pemeliharaan gigi yang tidak baik. Maksudnya tidak mendapatkan pendidikan perawatan gigi sejak kecil. Dijamin pasti mempunyai kualitas gigi yang tidak sempurna.

Saya suka saling ledek dengan istri saya sebab gigi yang tidak teratur. Orang jawa bilang gingsul. So pasti saya salah satu kandidat pemenangnya. Konsekuensinya harus diperhatikan ekstra, sering gosok gigi dan perawatan lain yang diperlukan. Sebab kondisi gigi yang tidak teratur memudahkan tumbuhnya karang gigi, bau mulut dan artikulasi bunyi. Masih ingat iklan pepsodent yang ‘sensasional’ itu. Maka berbahagialah yang mempunyai gigi yang teratur laksana miji timun. Rapi, teratur dan bersih serta gampang dibersihkan. Tapi bagaimana pun kita patut bersyukur kalau pun toh tidak teratur giginya asal tidak kena sakit gigi. Orang bilang, lebih baik sakit hati daripada sakit gigi.



Di keluarga kami - dulu di kampung sana, rata-rata mempunyai kualitas perawatan gigi yang buruk. Bahkan saya mengenal gosok gigi itu kelas 2 atau kelas 3 SD. Itupun masih pakai bubuk bata sebagai odolnya. Mungkin tak masuk akal, tapi itulah kenyataannya. Sampai-sampai Bapak saya sempat jadi dukun sakit gigi. Biasanya para tetangga yang sakit gigi datang ke rumah, kemudian diberi obat oleh Bapak. Obatnya cukup sederhana, yaitu cuma getah jarak chino dioles di kapas dan ditempel di gigi yang sakit. Mungkin karena sugesti atau beneran, yang jelas pada sembuh sakitnya. Sederhana bukan? Akhirnya Bapak saya menghentikan praktek setelah beliau sendiri terserang sakit gigi, yang nggak kunjung sembuh. Dia bilang; ini bendu - atau malu, saya tidak tahu.

Ternyata gigi mempunyai peranan penting. Sampai-sampai ada etiket, bagi yang suka berbicara di depan umum supaya menambal gigi jika tidak sempurna bagian depannya. Ya, pakai gigi palsu maksudnya. Sampai sejauh itu ternyata, oleh karena itu Nabi mewanti-wanti. Di sebuah hadist bab thoharoh – Sunan Tirmidzi Juz 1, Nabi bersabda; ‘Seandainya tidak memberatkan ummatku, maka aku perintahkan siwakkan setiap ambil wudhu untuk sholat.’ Siwakkan bisa diganti dengan gosok gigi bukan untuk masa sekarang ini?

Nah, saya hanya mengambil spirit dari hadist di atas bahwa pemeliharaan gigi itu penting. Kondisinya bisa kita sesuaikan dengan kebiasaan kita. Tidak harus setiap ambil wudhu tentunya. Kita bisa lakukan seperti setiap habis makan dan sebelum tidur. Saya masih ingat salah satu teman yang tidak mau makan lagi kalau sudah gosok gigi untuk pergi tidur. Jadi perlu kedisiplinan sebelum datang sakit gigi beneran, dan bagi yang ingin memiliki gigi indah tentunya.

Ngomong-ngomong masalah gigi ini, sampai ada grup musik yang beken bernama Gigi. Dan itu bisa jadi perkeling kita, sebab Gigi menjadi populer. Juga ada dokter gigi, yang laris manis menangani gigi para pasiennya. Namun dari sejumlah profesi gigi tersebut, ada sebait lagu Gigi yang saya suka, begini bunyinya: Semua sama/di depan tuhan/yang berbeda cuma amalnya.

Jadi gigi memang tidak diperhitungkan di depan tuhan, tapi amal kita yang menentukan. Dan untuk menjaga dan meningkatkan amalan kita, maka jangan sekali-kali sakit gigi. Percaya dehhhh !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar