Banyak orang mengejar kebahagiaan di
balik kemegahan materi. Padahal, itu semua hanyalah kesemuan belaka.
Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya,
jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami,
maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan
maksimal.
Jujur
sebagai istri, maka selalu menjaga kehormatan diri dan harta suami dan
benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin,
maka selalu menjunjung tinggi asa musyawarah dan bekerja keras untuk
menegakkan keadilan dan memastikan kesejahteraan rakyatnya.
Bila kejujuran seperti tersebut di atas
terwujud, banyak hikmah yang akan dipetik. Pertama, jujur akan
mengantarkan ke surga. Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya
kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan
mengantarkan ke surga… dan sungguh kebohongan akan mengantarkan kepada
dosa, dan dosa akan mengantarkan kepada neraka…” (HR Bukhari-Muslim).
Berdasarkan ini, jelas bahwa tidak
mungkin kebaikan akan datang jika manusia yang berkumpul di dalamnya
adalah para pembohong dan pendusta. Bila di tengah mereka menyebar
kebohongan, otomatis dosa akan semakin merajalela. Bila dosa
merajalela, jaminannya adalah neraka.
Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah SAW bersabda, “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan…”(HR
Turmidzi). Orang yang selalu jujur akan selalu tenang sebab ia selalu
membawa kebenaran. Sebaliknya, para pembohong selalu membawa kebusukan
dan kebusukan itu membawa kegelisahan akibat kebusukannya. Ia akan
selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal itu akan terbongkar.
Dan, bila seorang pembohong seperti ini menjadi pemimpin, ia tidak akan
sempat mengurus rakyatnya karena sibuk menyembunyikan kebusukan dalam
dirinya.
Ketiga, jujur disukai semua manusia.
Abu Sufyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai dakwah Rasulullah
SAW. Abu Sufyan menjelaskan bahwa di antara dakwahnya adalah mengajak
berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).
Rasulullah SAW terkenal sebagai manusia
yang paling jujur. Bahkan, sebelum kedatangan Islam, beliau sudah
masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir Makkah pun mengakui
kejujuran Rasulullah SAW sekalipun mereka tidak beriman. Bahkan, mereka
memberi gelar “Al-Amin” (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah.
Selain itu, mereka juga selalu menitip kan barang berharga kepada
beliau.
Keempat, jujur akan mengantarkan pelakunya pada derajat tertinggi. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa
yang memohon dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia
akan tergolong syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).
Kelima, jujur akan mengantarkan pada keberkahan. Nabi Muhammad bersabda,“Pembeli
dan pedagang jujur dalam bertransaksi dagang, maka akan diberkahi
Allah. Sebaliknya, jika menipu, Allah akan mencabut keberkahan
dagangannya.”(HR Bu khari Muslim). Wallahu a’lam.
Oleh: Amir Faishol FathSumber : http://www.walibarokah.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar