Antara aku dan sahabatku. Di halaman kampus, dibawah pohon akasia yang rindang.
Sambil menikmati semilir angin dan memandangi para temen2 mahasiswa yg berlalu lalang datang dan pergi kuliah.
Sahabatku menunduk sedih. Wajahnya semuram mendung di langit sana.
“Apa kau tak percaya Allah itu ada??”
“Aku percaya…”
“Lalu mengapa kau tidak sholat??”
“…........???” (DIAM)
“Apa kau tak percaya akan datangnya Hari Pembalasan??”
“Tentu saja percaya..”
“Lantas kenapa tidak sholat??”
“…….......???” ( DIAM )
“Tak tahu kah kau, sholat-lah yang membedakan mu’minuun dengan kafiruun..”
“Aku tahu itu…”
“Mengapa masih tak kau laksanakan juga sholat-mu??”
“….........” ( MASIH DIAM )
“Tempat kembali orang-arang kafir adalah neraka jahannam..”
“Yaa…aku tahu ”
“Tak takut akan siksaNya??”
“Pertanyaan retorik…”
“Hmmmm….. masih tak mau sholat juga??”
“….......?????” ( TETAP DIAM )
“Kapan kau akan mulai sholat??”
“Dulu… aku pernah sholat…malam-malamku kuhabiskan dengan bersujud pada-Nya…sepenuh hati ku menyembah-Nya…. setiap saat ku memuja-Nya…”
“Hmmmm…. sungguhkah itu??”
“Kau tak percaya padaku??”
“Aku percaya… hanya saja aku mempertanyakan keikhlasanmu…aku tahu… dulu kau amat rajin berdoa… banyak sekali yang kau minta dalam lantunan doamu.. tapi kesemuanya hanya urusan dunia yang semu…Memang benar firmanNya: 'Berdoalah pada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu’… itu yang kubaca dalam kitab-Nya. Dia tak pernah menyalahi janji”.
“Katanya, Dia-lah tempat kita memohon pertolongan… tapi mengapa tak jua Dia menolongku, justru menimpakan musibah yang tak mampu kutanggung??”
“Sahabatku, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dia hanya sedang mengujimu… kurasa, sepertiku.. Dia mempertanyakan keikhlasanmu dalam menerima cobaanNya..”
“……......????” (DIAM LAGI).
“Tidakkah kau rindu sholat..??”
“Sekarang ini aku tak-kan bisa konsentrasi pada sholatku… aku tak ingin ketika aku sholat, pikiranku justru tertuju pada yang lain…”
“Jadi, menurutmu lebih baik tidak sholat..begitu ??”
“Aku butuh ketenangan batin terlebih dulu…”
“Justru dengan sholat akan kau dapat ketenangan batin itu…”
“Aku ingin ketika aku sholat, itu atas kemauanku.. bukan karenamu.. “
“Bagaimana jika kemauan itu tak kunjung datang..??.”
“Saat badai ini berlalu, ku yakin kemauan itu akan menghampiriku…”
“Jika waktumu tak sampai? Dan kau meninggal lebih dulu..?”
“Maka itu sudah menjadi takdirku…”
“ Astaghfirullah....” T.T..sedih sekali aku mendengarnya. “ Bersabarlah sahabatku..semua ini adalah ujian dariNya..”
“ Aku sudah bersabar lebih dari yang kau tahu..”
“Ayolah sahabat, aku mencintaimu… karena itulah aku peduli padamu“
“Begitu pula aku..”
“Sungguhpun kau membenciku, ku tetap harus mencintaimu…”
“Aku akan selalu mencintaimu..”
“Mengapa tak kau cinta Pencipta-ku??”
“ Caranya...?”
“Dengan sabar dan sholat. Yaa..kenalilah penciptamu dengan mulai menegakkan sholat. Dan bersabar atas ujianNya ”
“Entahlah…saat ini aku belum bisa ”.
“Sahabat..aku kasihan padamu, yg bisa kulakukan kini hanyalah berdoa untukmu.. semoga Allah segera melembutkan hatimu..”
Dan kutinggalkan sahabatku dibawah pohon akasia di halaman kampus. Ujian demi ujian hidup datang padanya bertubi-tubi. Mulai dari ayahnya yang pergi dari rumah dan kawin lagi dengan wanita lain. Kemudian ibunya bunuh diri karena tak kuat dengan cobaan hidup. Kakak lelaki satu satunya yang diharapkan sebagai kekuatan terakhir justru stress dan akhirnya masuk rumah sakit jiwa. Dan puncak dari semua itu dia akhirnya melepas hijabnya, meninggalkan sholat dan kewajiban-kewajiban lainnya sebagai seorang muslimah. Itu dilakukan karena merasa kecewa dengan Tuhan dan sebagai bentuk protesnya untukNya. Naudzubillah tsuma naudzubillah...T.T
Kini dia sebatang kara dengan bekerja di restoran untuk biaya hidup dan kuliahnya setiap hari. Hidayah Allah memang belum datang lagi kepadanya, tapi tahukah bahwa hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, hidayah itu harus dijemput kembali. Dan aku bertekad untuk membuatnya kembali kejalanNya, dan aku ingin Allah memberiku kekuatan agar diriku menjadi lantaran dirinya kembali menjadi muslimah yang benar-benar menjalankan perintahNya. Karena bagaimanapun keadaan kita, sholat bukan lagi sebagai KEWAJIBAN, tapi sudah menjadi KEBUTUHAN !
“Semoga Allah melancarkan urusanku… hingga kan kudapatkan ketenangan itu, saat itulah ku akan kembali bersimpuh di hadapan Pencipta-mu”
“……”
Pesan yang ingin Saya sampaikan:
Bahwa pada hakekatnya ujian hidup ini adalah sebagai tanda kasih sayang Allah kepada kita. Justru karena Allah sayang sama kita maka Dia memberi ujian. Tinggal bagaimana kita mensikapinya, apakah akan membuat kita lebih mendekatiNya atau justru menyalahkan takdirNya, menganggap Allah telah menzalimi hambaNya.
Jangan mengaku beriman jika hidup kita hanya datar2 saja tanpa cobaan. Justru hidup dengan cobaan akan membuat kita kuat. Menangis dan futur boleh, tapi jangan sampai menghilangkan keyakinan kita bahwa Allah telah menetapkan qadha dan qodarNya atas diri kita, itulah yang terbaik. Tinggal kita bisa menggali hikmahnya atau tidak.
Dan Allah berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pdhl belum datang cobaan sebagaimana halnya orang2 sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dgn macam2 cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’, Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “. ( QS.Al-baqarah; 214 ).
Sayangnya, seringkali kekurangsabaran menunggu tibanya pertolongan Allah itu menyebabkan kita berburuk sangka kepadaNya. Kita menganggap seakan-akan DIA tidak mendengar doa yang kita ajukan. Padahal Allah telah menyatakan:
“ Dan apabila hamba-hambaKU bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang AKU, maka jawablah bahwa sesungguhnya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan orang yg berdoa kepadaKU apabila memohon kepadaKU, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKU dan beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran ( QS.Al-Baqarah; 216 ).
Oleh karena itu, sikap berbaik sangka kepada Allah harus senantiasa kita tancapkan dalam hati. Sehingga pertolongan itupun akhirnya akan datang seiring dengan memuncaknya tingkat kesulitan yg kita hadapi.
Sambil menikmati semilir angin dan memandangi para temen2 mahasiswa yg berlalu lalang datang dan pergi kuliah.
Sahabatku menunduk sedih. Wajahnya semuram mendung di langit sana.
“Apa kau tak percaya Allah itu ada??”
“Aku percaya…”
“Lalu mengapa kau tidak sholat??”
“…........???” (DIAM)
“Apa kau tak percaya akan datangnya Hari Pembalasan??”
“Tentu saja percaya..”
“Lantas kenapa tidak sholat??”
“…….......???” ( DIAM )
“Tak tahu kah kau, sholat-lah yang membedakan mu’minuun dengan kafiruun..”
“Aku tahu itu…”
“Mengapa masih tak kau laksanakan juga sholat-mu??”
“….........” ( MASIH DIAM )
“Tempat kembali orang-arang kafir adalah neraka jahannam..”
“Yaa…aku tahu ”
“Tak takut akan siksaNya??”
“Pertanyaan retorik…”
“Hmmmm….. masih tak mau sholat juga??”
“….......?????” ( TETAP DIAM )
“Kapan kau akan mulai sholat??”
“Dulu… aku pernah sholat…malam-malamku kuhabiskan dengan bersujud pada-Nya…sepenuh hati ku menyembah-Nya…. setiap saat ku memuja-Nya…”
“Hmmmm…. sungguhkah itu??”
“Kau tak percaya padaku??”
“Aku percaya… hanya saja aku mempertanyakan keikhlasanmu…aku tahu… dulu kau amat rajin berdoa… banyak sekali yang kau minta dalam lantunan doamu.. tapi kesemuanya hanya urusan dunia yang semu…Memang benar firmanNya: 'Berdoalah pada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu’… itu yang kubaca dalam kitab-Nya. Dia tak pernah menyalahi janji”.
“Katanya, Dia-lah tempat kita memohon pertolongan… tapi mengapa tak jua Dia menolongku, justru menimpakan musibah yang tak mampu kutanggung??”
“Sahabatku, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dia hanya sedang mengujimu… kurasa, sepertiku.. Dia mempertanyakan keikhlasanmu dalam menerima cobaanNya..”
“……......????” (DIAM LAGI).
“Tidakkah kau rindu sholat..??”
“Sekarang ini aku tak-kan bisa konsentrasi pada sholatku… aku tak ingin ketika aku sholat, pikiranku justru tertuju pada yang lain…”
“Jadi, menurutmu lebih baik tidak sholat..begitu ??”
“Aku butuh ketenangan batin terlebih dulu…”
“Justru dengan sholat akan kau dapat ketenangan batin itu…”
“Aku ingin ketika aku sholat, itu atas kemauanku.. bukan karenamu.. “
“Bagaimana jika kemauan itu tak kunjung datang..??.”
“Saat badai ini berlalu, ku yakin kemauan itu akan menghampiriku…”
“Jika waktumu tak sampai? Dan kau meninggal lebih dulu..?”
“Maka itu sudah menjadi takdirku…”
“ Astaghfirullah....” T.T..sedih sekali aku mendengarnya. “ Bersabarlah sahabatku..semua ini adalah ujian dariNya..”
“ Aku sudah bersabar lebih dari yang kau tahu..”
“Ayolah sahabat, aku mencintaimu… karena itulah aku peduli padamu“
“Begitu pula aku..”
“Sungguhpun kau membenciku, ku tetap harus mencintaimu…”
“Aku akan selalu mencintaimu..”
“Mengapa tak kau cinta Pencipta-ku??”
“ Caranya...?”
“Dengan sabar dan sholat. Yaa..kenalilah penciptamu dengan mulai menegakkan sholat. Dan bersabar atas ujianNya ”
“Entahlah…saat ini aku belum bisa ”.
“Sahabat..aku kasihan padamu, yg bisa kulakukan kini hanyalah berdoa untukmu.. semoga Allah segera melembutkan hatimu..”
Dan kutinggalkan sahabatku dibawah pohon akasia di halaman kampus. Ujian demi ujian hidup datang padanya bertubi-tubi. Mulai dari ayahnya yang pergi dari rumah dan kawin lagi dengan wanita lain. Kemudian ibunya bunuh diri karena tak kuat dengan cobaan hidup. Kakak lelaki satu satunya yang diharapkan sebagai kekuatan terakhir justru stress dan akhirnya masuk rumah sakit jiwa. Dan puncak dari semua itu dia akhirnya melepas hijabnya, meninggalkan sholat dan kewajiban-kewajiban lainnya sebagai seorang muslimah. Itu dilakukan karena merasa kecewa dengan Tuhan dan sebagai bentuk protesnya untukNya. Naudzubillah tsuma naudzubillah...T.T
Kini dia sebatang kara dengan bekerja di restoran untuk biaya hidup dan kuliahnya setiap hari. Hidayah Allah memang belum datang lagi kepadanya, tapi tahukah bahwa hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, hidayah itu harus dijemput kembali. Dan aku bertekad untuk membuatnya kembali kejalanNya, dan aku ingin Allah memberiku kekuatan agar diriku menjadi lantaran dirinya kembali menjadi muslimah yang benar-benar menjalankan perintahNya. Karena bagaimanapun keadaan kita, sholat bukan lagi sebagai KEWAJIBAN, tapi sudah menjadi KEBUTUHAN !
“Semoga Allah melancarkan urusanku… hingga kan kudapatkan ketenangan itu, saat itulah ku akan kembali bersimpuh di hadapan Pencipta-mu”
“……”
Pesan yang ingin Saya sampaikan:
Bahwa pada hakekatnya ujian hidup ini adalah sebagai tanda kasih sayang Allah kepada kita. Justru karena Allah sayang sama kita maka Dia memberi ujian. Tinggal bagaimana kita mensikapinya, apakah akan membuat kita lebih mendekatiNya atau justru menyalahkan takdirNya, menganggap Allah telah menzalimi hambaNya.
Jangan mengaku beriman jika hidup kita hanya datar2 saja tanpa cobaan. Justru hidup dengan cobaan akan membuat kita kuat. Menangis dan futur boleh, tapi jangan sampai menghilangkan keyakinan kita bahwa Allah telah menetapkan qadha dan qodarNya atas diri kita, itulah yang terbaik. Tinggal kita bisa menggali hikmahnya atau tidak.
Dan Allah berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pdhl belum datang cobaan sebagaimana halnya orang2 sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dgn macam2 cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’, Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “. ( QS.Al-baqarah; 214 ).
Sayangnya, seringkali kekurangsabaran menunggu tibanya pertolongan Allah itu menyebabkan kita berburuk sangka kepadaNya. Kita menganggap seakan-akan DIA tidak mendengar doa yang kita ajukan. Padahal Allah telah menyatakan:
“ Dan apabila hamba-hambaKU bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang AKU, maka jawablah bahwa sesungguhnya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan orang yg berdoa kepadaKU apabila memohon kepadaKU, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKU dan beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran ( QS.Al-Baqarah; 216 ).
Oleh karena itu, sikap berbaik sangka kepada Allah harus senantiasa kita tancapkan dalam hati. Sehingga pertolongan itupun akhirnya akan datang seiring dengan memuncaknya tingkat kesulitan yg kita hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar