Berbaktilah Pada Orang Tua
Surat Al Isra’ ayat 22 s.d 24, Allah SWT berfirman :
Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Allah SWT memulai perintah dengan memberi peringatan agar jangan jatuh kedalam syirik kepada Allah. Karena syirik akan membuat hina dan tercela sepanjang zaman. Sedangkan tauhid akan memberikan kepercayaan sepanjang masa, dan dapat memberikan motivasi yang luar biasa kepada seorang Muslim sehingga ia dapat menengadahkan kepalanya berjalan di atas muka bumi ini.
Kemudian dilanjutkan dengan “wabil waalidaini ihsaana”. Dalam Alqur’an hubungan antara Ayah dengan Anak ada 2 perintah. Apabila Allah berbicara kepada anak isinya perintah agar berbakti kepada kedua orang tuanya. Seandainya Allah berbicara kepada Ayah untuk anaknya, isinya agar Allah memerintahkan janganlah kalian jadikan anak kalian sebagai fitnah (kerusakan). Allah berfirman : “Innamaa amwaalukum wa’aulaadukum fitnah”.
Apa hikmah perintah2 Allah ini :
1. Seorang Ayah tidak boleh terlalu lebih mencintai anaknya…. Sebaliknya….
2. Seorang Anak tidak boleh membenci kepada ayahnya.
Karena sudah begitu tabi’at anak, banyak yang durhaka kepada orang tua, sebaliknya banyak ayah kebiasaannya begitu cinta kepada anaknya.
Si- Ayah diberikan peringatan dan satu sisi Anak juga diberikan peringatan.
Jangan sampai seorang ayah terlampau mencintai anaknya sehingga membuat ia terjerumus dalam kekufuran, sebagaimana jangan sampai seorang anak durhaka kepada orang tuanya sehingga membawa dia kepada kekufuran.
Dan tidak ini tidak dibalik oleh Allah SWT, agar kalian berbuat baik kepada anak dan kalian jangan sampai terlampau mencintai kedua orang tua…. Ini tidak ada dalam syari’at. Kenapa?.....
Karena tabiat manusia banyak yang tidak menghargai orang tuanya dan tabiat manusia bahwa sangat mencintai anaknya.
Sebuah hadis yang sangat menakjubkan yang diriwayatkan beberapa sanad : “doa Jibril…. Dan barang siapa yang mendapatkan orang tuanya (ketika keduanya masih hidup), atau salah satu di antara kedua orang tuanya masih hidup, sementara (dia mampu berbuat baik untuk kedua atau salah satu di antara keduanya), kemudian dia tak mau berbuat baik kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya (yang masih hidup tadi), kemudian mati, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka, dan Allah sangat jauh dari dirinya, maka aku (Nabi) katakan : Amin….” (H.R Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya 3:188).
Fasilitas untuk masuk surga tapi membuat dia tidak masuk surga…. Sungguh rugi orang demikian....
Jalan terdekat bagi kita untuk masuk ke surga adalah melalui jalan berbakti kepada orang tua di saat banyak terjadi pembangkangan kepada orang tua bahkan durhaka dan membunuhnya.
Dalam riwayat : datang seseorang mau bertobat kepada Nabi dan mengakui bahwa ia baru saja berzina/menyetubuhi mayit yang baru saja dikuburkan dan mencuri kafannya. Sebuah dosa besar. Apakah ada sarana untuk bisa minta taubat? Lalu Nabi bertanya apakah engkau masih memiliki Ibu? Dijawab tidak… Kemudian Nabi bersabda : demi Allah jika seandainya engkau mempunyai Ibu, saya berharap dosamu bisa diampuni Allah SWT.”.
Zaman sekarang banyak orang tua disakiti bahkan sampai dibunuh, Na’udzubillaahi min dzalik. Bayangkan kalau seandainya ada sesorang yang datang sambil mengatakan : “Ya Ustadz, saya baru saja melakukan dosa besar yaitu telah membunuh orang tua saya”. Apa yang kita jawab…. Pintu surga yang dengan tangannya sendiri dia tutup dan pintu neraka yang dengan tangannya sendiri dia buka….
Kalaulah ada sepadanan dosa dengan syirik, maka padanannya adalah durhaka kepada kedua orang tuanya….
Dikisahkan bahwa ada seorang Arab ingin melihat orang yang paling berbakti kepada orang tuanya dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya…. Kemudian dia berjalan dari kampung ke kampung dan kemudian ia melihat seorang anak yang mengantar orang tuanya menggendong ayah/ibunya untuk bisa haji ke Mekah kemudian dia berkata itulah orang yang berbakti kepada orang tuanya. Kemudian diteruskan perjalanan dan didapatkan orang yang paling durhaka kepada kedua orang tuanya. Dilihat seorang pemuda bertengkar dengan ayahnya, yang kemudian pertengkaran berakhir dengan diangkatnya ayah oleh si anak kemudian diletakkan di tepi jalan. Kemudian dia lari kembali ke pintu rumah dan ditutupnya pintu kuat2. Setelah itu dia buka dan dia berkata “ayah… sesungguhnya engkau dahulu melakukan ke kakek saya, engkau letakkan kakek saya di pintu, sekarang aku ingin memberi engkau bonus, dari pada aku letakkan engkau di pintu aku letakkan engkau di tepi jalan, melebihi dari engkau dulu meletakkan kakek” Wakamaa tadiinutudaa… (sebagaimana engkau diperlakukan oleh anak begitu karena kesalahan engkau memperlakukan orang tua begitu).
Oleh sebab itu sangat berbahaya seseorang durhaka kepada orang tuanya, karena dia akan mengangis meneteskan air mata nanti melihat anaknya memperlakukannya sebagai orang tua kelak. Terasa dia akan kesalah-kesalahannya….
……… jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut (tua) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Al Isra' ayat 23)
Orang tua yang sudah menyandarkan hidupnya kepada anaknya perasaannya sangat halus (sensitif). Sedikit perkataan yang mungkin kita mengucapkan sesuatu yang menyalahkan sang ayah, dia akan meneteskan air mata. Sedikit ucapan perintah yang kita ucapkan kepada seorang Ibu yang tinggal di rumah kita, dia akan menutup pintunya dan tidak mau makan. Oleh karena itu Allah SWT mengantisipasi kepada kita semua agar jangan ada kata bahkan kata “uff”… Dijelaskan para ahli tafsir jika ada kata2 yang di bawah dari pada kata-kata “uff”, mungkin juga akan dilarang. Karena tidak ada kata lagi di bawah uff.
Ingatlah berapa beratnya Ibu kita dahulu mengandung kita :
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (Surat Luqman ayat 14)
Ingatlah kisah seorang pemuda yang datang kepada rasul minta izin untuk ikut berjihad fii sabiilillah bersama nabi. Nabi mengizinkan karena dipandang kuat dan perkasa. Kemudian ia katakan ya Rasulillah, akan tetapi aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis karena aku akan ikut perang. Kemudian sangat luar biasa rasul bersabda : Irji’ ‘ilaihima… fa athiq huma kamaa a’thoitahuma… (kembalilah kamu pada keduanya, dan buatlah mereka tertawa (bahagia) sebagaimana engkau sudah membuat mereka menangis), aku tidak mengharuskan kamu ikut berjihad.
Siapa saja yang telah membuat orang tua menangis maka wajib baginya untuk membuat orang tua kembali tertawa. Kalau tidak berarti dia telah durhaka pada orang tuanya. Masalah Jihad adalah masalah yang besar. Masalah yang lebih luar biasa adalah tanggungjawab seorang laki2 terhadap kedua orang tuanya. Karena semua hadis2 yang menerangkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah anak laki2nya. Berapa banyak kita membuat menangis orang tua pada masalah yang sepele. Menstinya kita tidak perlu menjawab lalu kita jawab sehingga membuat dia menangis.
- Berapa banyak orang tua kita tinggalkan dalam keadaan sendirian karena kita sebatas mencari sedikit kenikmatan dunia?
- Hanya sebatas karena kita kerja di Perusahaan/Pegawai Negeri terus dipindahkan dan kita tinggal orang tua kita sendirian dalam keterasingan?
Berapa beban mental yang harus dipikulnya. Dia yang besarkan kita kemudian kita tinggalkan dia.
Tertawakan mereka sebagaimana kita telah membuat mereka menangis.
“Tersebutlah seorang pemuda bernama Kilab yang hidup pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. Kilab adalah seorang pemuda yang sangat berbakti kepada orangtuanya. Ia biasa memeras susu unta setiap hari untuk diberikan kepada orangtuanya. Pada suatu hari Kilab bertemu dengan dua orang sahabat Rasulullah s.a.w. Kilab bertanya kepada mereka,”Wahai sahabat Rasulullah, terangkanlah kepadaku amalan apa yang paling utama untukku?”. Kemudian kedua sahabat tadi menjawab, “Jihad fii sabilillah”. Mendengar jawaban itu Kilab pun berniat untuk ikut dalam peperangan bersama pasukan muslimin. Ia kemudian meminta izin kepada Khalifah untuk ikut berperang dan Khalifah pun mengizinkan.
Kilab kemudian menemui kedua orangtuanya untuk minta restu sebelum berangkat. Demi terpenuhinya niat sang anak, maka orangtua Kilab pun rela melepaskan kepergiannya ke medan jihad. Namun jauh di dalam hati mereka sangat berat melepaskan Kilab, anak yang begitu mereka sayangi.
Hingga pada suatu hari setelah kepergian Kilab, kedua orangtuanya duduk di bawah sebuah pohon kurma memperhatikan dua ekor burung yang sedang memberi makan anak mereka. Melihat pemandangan tersebut terkenanglah oleh mereka anaknya, Kilab. Lalu mereka melantunkan syair yang sangat indah dan menyentuh yang menggambarkan kecintaan dan kerinduan mereka kepada Kilab. Sang ayah pun berdendang:
Kepada siapakah harus meminta,
Dua orang tua yang mencari Kilab
Kitab Allah, bila dia ingat kitab Allah
Ayah memanggil dia, saya merasa rindu
Sungguh demi ayahku, Kilab tidak benar
Kau meninggalkan ayahmu
Hingga gencar kedua tangannya
Ibumu tidak enak minum
Kau tinggalkan ayahmu yang telah berusia senja
Kurus kering, hampir mati tanpa kegembiraan
Bila kuda-kuda merumput melintas dengan cepat
Dia kepulkan debu di setiap perbukitan
Betapa panjang kerinduannya,
Dia tangisi dirimu dalam kesendirian
Karena begitu sedih, pupus sudah harap kepulangan
Ketika merpati lembah berkicau
Bergerak penuh kelincahan
Menuju telurnya,
Kilab muncul kembali dalam ingatan
Tanpa mereka sadari ternyata Khalifah Umar bin Khattab mendengar syair itu. Khalifah kemudian mengutus orang untuk menjemput Kilab dari medan peperangan untuk dibawa pulang menemui orangtuanya.
Setelah beberapa hari perjalanan akhirnya Kilab tiba di Madinah. Khalifah meminta Kilab menemui beliau kemudian bertanya,”Wahai Kilab, apa yang biasa engkau lakukan untuk orangtuamu?”. Kilab menjawab,”Aku biasa memeras susu unta untuk orangtuaku wahai Amirul Mukminin”. Kemudian Khalifah pun menyuruh Kilab memeras susu unta untuk orangtuanya. Khalifah pergi menemui orangtua Kilab dengan membawa susu hasil perasan Kilab. Sementara Khalifah menemui orangtuanya, Kilab diminta menunggu di balik rumah. Khalifah memberikan susu tadi kepada ayah Kilab sambil berkata, “Wahai ayah Kilab, minumlah susu ini”. Ketika mulai meminum susu itu, ayah Kilab mencium bau Kilab dari bejana susu, kemudian ia berkata kepada Khalifah, “Demi Allah wahai Amirul Mukminin, kalaulah bukan karena saya tahu Kilab berada jauh di medan perang maka niscaya saya mengira bahwa Kilab ada di balik dindingku ini”. Mendengar jawaban itu Khalifah tidak kuasa menahan haru kemudian menyuruh Kilab keluar untuk menemui orangtuanya. Khalifah berkata kepada Kilab, “Keluarlah wahai Kilab, ini orangtuamu. Peluklah mereka.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ORANG TUA adalah PINTU SURGA YANG PALING TENGAH, terserah kamu, hendak kamu terlantarkan ia, atau kamu hendak menjaganya.” (HR Tirmidzi).
Al-Qadhi berkata, ” Maksud pintu surga yang paling tengah adalah pintu yang PALING BAGUS dan PALING TINGGI. Dengan kata lain, sebaik-baik sarana yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga dan meraih derajat yang tinggi adalah dengan mentaati orangtua dan menjaganya.”
Bersyukurlah jika kita masih memiliki orangtua, karena di depan kita ada pintu surga yang lebar menganga. Terlebih bila orangtua telah berusia lanjut. Dalam kondisi tak berdaya, atau mungkin sudah pelupa, pikun atau tak mampu lagi merawat dan menjaga dirinya sendiri, persis seperti bayi yang baru lahir.
Rata-rata manusia begitu antusias dan bersuka cita tatkala memandikan, meramut bayinya, mencebokinya dan merawatnya dengan wajah ceria. Berbeda halnya dengan sikap kita terhadap orangtuanya yang kembali menjadi seperti bayi. Rasa malas, bosan dan kadang kesal seringkali terungkap dalam kata dan perilaku.
Mengapa?
Mungkin karena kita hanya berorientasi kepada dunia, si bayi bisa diharapkan nantinya produktif, sedangkan orang yang tua renta, tak lagi diharapkan kontribusinya.
Andai saja kita berorientasi akhirat, sungguh kita akan memperlakukan orangtua kita yang tua renta dengan baik, karena hasil yang kita panen lebih banyak dan lebih kekal.
Ingatlah bagaimana Nabi kita dalam sebuah hadis shohih yang panjang menceritakan tetang 3 orang pemuda yang terperangkap dalam gua yang pintunya tertutup batu besar.
…..Salah satu dari mereka itu berkata: “Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu – yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya saya pun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsinglah, Anak-anak kecil saya sama menangis kerana kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keredhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini.” Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, ….. (Muttafaq ‘alaih)
Lihatlah betapa pemuda memiliki amalan andalan yaitu mendahulukan hak orang tuanya daripada anak-anaknya yang menangis-nangis karena kelaparan. Allah ridho kepada pemuda tersebut sehingga dibukakan batu dari pintu gua….
SUNGGUH TERLALU, ORANG YANG MENDAPATKAN ORANG TUANYA BERUSIA LANJUT,
TAPI IA TIDAK MASUK SURGA, PADAHAL KESEMPATAN BEGITU MUDAH BAGINYA.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh celaka… sungguh celaka… sungguh celaka..”, lalu dikatakan, “Siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yakni orang yang mendapatkan salah satu orangtuanya, atau kedua orangtuanya berusia lanjut, namun ia tidak masuk surga.” (HR Muslim)
Ia tidak masuk surga karena tak berbakti, tidak mentaati perintahnya, tidak berusaha membuat senang hatinya, tidak meringankan kesusahannya, tidak menjaga kata-katanya, dan tidak merawatnya saat mereka tak lagi mampu hidup mandiri….
SAATNYA BERKACA DIRI, SUDAHKAH LAYAK KITA DISEBUT SEBAGAI ANAK YANG BERBAKTI? SUDAHKAH LAYAK KITA MEMASUKI PINTU SURGA YANG PALING TENGAH?
M. Ari Sultoni
Surat Al Isra’ ayat 22 s.d 24, Allah SWT berfirman :
Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Allah SWT memulai perintah dengan memberi peringatan agar jangan jatuh kedalam syirik kepada Allah. Karena syirik akan membuat hina dan tercela sepanjang zaman. Sedangkan tauhid akan memberikan kepercayaan sepanjang masa, dan dapat memberikan motivasi yang luar biasa kepada seorang Muslim sehingga ia dapat menengadahkan kepalanya berjalan di atas muka bumi ini.
Kemudian dilanjutkan dengan “wabil waalidaini ihsaana”. Dalam Alqur’an hubungan antara Ayah dengan Anak ada 2 perintah. Apabila Allah berbicara kepada anak isinya perintah agar berbakti kepada kedua orang tuanya. Seandainya Allah berbicara kepada Ayah untuk anaknya, isinya agar Allah memerintahkan janganlah kalian jadikan anak kalian sebagai fitnah (kerusakan). Allah berfirman : “Innamaa amwaalukum wa’aulaadukum fitnah”.
Apa hikmah perintah2 Allah ini :
1. Seorang Ayah tidak boleh terlalu lebih mencintai anaknya…. Sebaliknya….
2. Seorang Anak tidak boleh membenci kepada ayahnya.
Karena sudah begitu tabi’at anak, banyak yang durhaka kepada orang tua, sebaliknya banyak ayah kebiasaannya begitu cinta kepada anaknya.
Si- Ayah diberikan peringatan dan satu sisi Anak juga diberikan peringatan.
Jangan sampai seorang ayah terlampau mencintai anaknya sehingga membuat ia terjerumus dalam kekufuran, sebagaimana jangan sampai seorang anak durhaka kepada orang tuanya sehingga membawa dia kepada kekufuran.
Dan tidak ini tidak dibalik oleh Allah SWT, agar kalian berbuat baik kepada anak dan kalian jangan sampai terlampau mencintai kedua orang tua…. Ini tidak ada dalam syari’at. Kenapa?.....
Karena tabiat manusia banyak yang tidak menghargai orang tuanya dan tabiat manusia bahwa sangat mencintai anaknya.
Sebuah hadis yang sangat menakjubkan yang diriwayatkan beberapa sanad : “doa Jibril…. Dan barang siapa yang mendapatkan orang tuanya (ketika keduanya masih hidup), atau salah satu di antara kedua orang tuanya masih hidup, sementara (dia mampu berbuat baik untuk kedua atau salah satu di antara keduanya), kemudian dia tak mau berbuat baik kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya (yang masih hidup tadi), kemudian mati, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka, dan Allah sangat jauh dari dirinya, maka aku (Nabi) katakan : Amin….” (H.R Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya 3:188).
Fasilitas untuk masuk surga tapi membuat dia tidak masuk surga…. Sungguh rugi orang demikian....
Jalan terdekat bagi kita untuk masuk ke surga adalah melalui jalan berbakti kepada orang tua di saat banyak terjadi pembangkangan kepada orang tua bahkan durhaka dan membunuhnya.
Dalam riwayat : datang seseorang mau bertobat kepada Nabi dan mengakui bahwa ia baru saja berzina/menyetubuhi mayit yang baru saja dikuburkan dan mencuri kafannya. Sebuah dosa besar. Apakah ada sarana untuk bisa minta taubat? Lalu Nabi bertanya apakah engkau masih memiliki Ibu? Dijawab tidak… Kemudian Nabi bersabda : demi Allah jika seandainya engkau mempunyai Ibu, saya berharap dosamu bisa diampuni Allah SWT.”.
Zaman sekarang banyak orang tua disakiti bahkan sampai dibunuh, Na’udzubillaahi min dzalik. Bayangkan kalau seandainya ada sesorang yang datang sambil mengatakan : “Ya Ustadz, saya baru saja melakukan dosa besar yaitu telah membunuh orang tua saya”. Apa yang kita jawab…. Pintu surga yang dengan tangannya sendiri dia tutup dan pintu neraka yang dengan tangannya sendiri dia buka….
Kalaulah ada sepadanan dosa dengan syirik, maka padanannya adalah durhaka kepada kedua orang tuanya….
Dikisahkan bahwa ada seorang Arab ingin melihat orang yang paling berbakti kepada orang tuanya dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya…. Kemudian dia berjalan dari kampung ke kampung dan kemudian ia melihat seorang anak yang mengantar orang tuanya menggendong ayah/ibunya untuk bisa haji ke Mekah kemudian dia berkata itulah orang yang berbakti kepada orang tuanya. Kemudian diteruskan perjalanan dan didapatkan orang yang paling durhaka kepada kedua orang tuanya. Dilihat seorang pemuda bertengkar dengan ayahnya, yang kemudian pertengkaran berakhir dengan diangkatnya ayah oleh si anak kemudian diletakkan di tepi jalan. Kemudian dia lari kembali ke pintu rumah dan ditutupnya pintu kuat2. Setelah itu dia buka dan dia berkata “ayah… sesungguhnya engkau dahulu melakukan ke kakek saya, engkau letakkan kakek saya di pintu, sekarang aku ingin memberi engkau bonus, dari pada aku letakkan engkau di pintu aku letakkan engkau di tepi jalan, melebihi dari engkau dulu meletakkan kakek” Wakamaa tadiinutudaa… (sebagaimana engkau diperlakukan oleh anak begitu karena kesalahan engkau memperlakukan orang tua begitu).
Oleh sebab itu sangat berbahaya seseorang durhaka kepada orang tuanya, karena dia akan mengangis meneteskan air mata nanti melihat anaknya memperlakukannya sebagai orang tua kelak. Terasa dia akan kesalah-kesalahannya….
……… jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut (tua) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Al Isra' ayat 23)
Orang tua yang sudah menyandarkan hidupnya kepada anaknya perasaannya sangat halus (sensitif). Sedikit perkataan yang mungkin kita mengucapkan sesuatu yang menyalahkan sang ayah, dia akan meneteskan air mata. Sedikit ucapan perintah yang kita ucapkan kepada seorang Ibu yang tinggal di rumah kita, dia akan menutup pintunya dan tidak mau makan. Oleh karena itu Allah SWT mengantisipasi kepada kita semua agar jangan ada kata bahkan kata “uff”… Dijelaskan para ahli tafsir jika ada kata2 yang di bawah dari pada kata-kata “uff”, mungkin juga akan dilarang. Karena tidak ada kata lagi di bawah uff.
Ingatlah berapa beratnya Ibu kita dahulu mengandung kita :
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (Surat Luqman ayat 14)
Ingatlah kisah seorang pemuda yang datang kepada rasul minta izin untuk ikut berjihad fii sabiilillah bersama nabi. Nabi mengizinkan karena dipandang kuat dan perkasa. Kemudian ia katakan ya Rasulillah, akan tetapi aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis karena aku akan ikut perang. Kemudian sangat luar biasa rasul bersabda : Irji’ ‘ilaihima… fa athiq huma kamaa a’thoitahuma… (kembalilah kamu pada keduanya, dan buatlah mereka tertawa (bahagia) sebagaimana engkau sudah membuat mereka menangis), aku tidak mengharuskan kamu ikut berjihad.
Siapa saja yang telah membuat orang tua menangis maka wajib baginya untuk membuat orang tua kembali tertawa. Kalau tidak berarti dia telah durhaka pada orang tuanya. Masalah Jihad adalah masalah yang besar. Masalah yang lebih luar biasa adalah tanggungjawab seorang laki2 terhadap kedua orang tuanya. Karena semua hadis2 yang menerangkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah anak laki2nya. Berapa banyak kita membuat menangis orang tua pada masalah yang sepele. Menstinya kita tidak perlu menjawab lalu kita jawab sehingga membuat dia menangis.
- Berapa banyak orang tua kita tinggalkan dalam keadaan sendirian karena kita sebatas mencari sedikit kenikmatan dunia?
- Hanya sebatas karena kita kerja di Perusahaan/Pegawai Negeri terus dipindahkan dan kita tinggal orang tua kita sendirian dalam keterasingan?
Berapa beban mental yang harus dipikulnya. Dia yang besarkan kita kemudian kita tinggalkan dia.
Tertawakan mereka sebagaimana kita telah membuat mereka menangis.
“Tersebutlah seorang pemuda bernama Kilab yang hidup pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. Kilab adalah seorang pemuda yang sangat berbakti kepada orangtuanya. Ia biasa memeras susu unta setiap hari untuk diberikan kepada orangtuanya. Pada suatu hari Kilab bertemu dengan dua orang sahabat Rasulullah s.a.w. Kilab bertanya kepada mereka,”Wahai sahabat Rasulullah, terangkanlah kepadaku amalan apa yang paling utama untukku?”. Kemudian kedua sahabat tadi menjawab, “Jihad fii sabilillah”. Mendengar jawaban itu Kilab pun berniat untuk ikut dalam peperangan bersama pasukan muslimin. Ia kemudian meminta izin kepada Khalifah untuk ikut berperang dan Khalifah pun mengizinkan.
Kilab kemudian menemui kedua orangtuanya untuk minta restu sebelum berangkat. Demi terpenuhinya niat sang anak, maka orangtua Kilab pun rela melepaskan kepergiannya ke medan jihad. Namun jauh di dalam hati mereka sangat berat melepaskan Kilab, anak yang begitu mereka sayangi.
Hingga pada suatu hari setelah kepergian Kilab, kedua orangtuanya duduk di bawah sebuah pohon kurma memperhatikan dua ekor burung yang sedang memberi makan anak mereka. Melihat pemandangan tersebut terkenanglah oleh mereka anaknya, Kilab. Lalu mereka melantunkan syair yang sangat indah dan menyentuh yang menggambarkan kecintaan dan kerinduan mereka kepada Kilab. Sang ayah pun berdendang:
Kepada siapakah harus meminta,
Dua orang tua yang mencari Kilab
Kitab Allah, bila dia ingat kitab Allah
Ayah memanggil dia, saya merasa rindu
Sungguh demi ayahku, Kilab tidak benar
Kau meninggalkan ayahmu
Hingga gencar kedua tangannya
Ibumu tidak enak minum
Kau tinggalkan ayahmu yang telah berusia senja
Kurus kering, hampir mati tanpa kegembiraan
Bila kuda-kuda merumput melintas dengan cepat
Dia kepulkan debu di setiap perbukitan
Betapa panjang kerinduannya,
Dia tangisi dirimu dalam kesendirian
Karena begitu sedih, pupus sudah harap kepulangan
Ketika merpati lembah berkicau
Bergerak penuh kelincahan
Menuju telurnya,
Kilab muncul kembali dalam ingatan
Tanpa mereka sadari ternyata Khalifah Umar bin Khattab mendengar syair itu. Khalifah kemudian mengutus orang untuk menjemput Kilab dari medan peperangan untuk dibawa pulang menemui orangtuanya.
Setelah beberapa hari perjalanan akhirnya Kilab tiba di Madinah. Khalifah meminta Kilab menemui beliau kemudian bertanya,”Wahai Kilab, apa yang biasa engkau lakukan untuk orangtuamu?”. Kilab menjawab,”Aku biasa memeras susu unta untuk orangtuaku wahai Amirul Mukminin”. Kemudian Khalifah pun menyuruh Kilab memeras susu unta untuk orangtuanya. Khalifah pergi menemui orangtua Kilab dengan membawa susu hasil perasan Kilab. Sementara Khalifah menemui orangtuanya, Kilab diminta menunggu di balik rumah. Khalifah memberikan susu tadi kepada ayah Kilab sambil berkata, “Wahai ayah Kilab, minumlah susu ini”. Ketika mulai meminum susu itu, ayah Kilab mencium bau Kilab dari bejana susu, kemudian ia berkata kepada Khalifah, “Demi Allah wahai Amirul Mukminin, kalaulah bukan karena saya tahu Kilab berada jauh di medan perang maka niscaya saya mengira bahwa Kilab ada di balik dindingku ini”. Mendengar jawaban itu Khalifah tidak kuasa menahan haru kemudian menyuruh Kilab keluar untuk menemui orangtuanya. Khalifah berkata kepada Kilab, “Keluarlah wahai Kilab, ini orangtuamu. Peluklah mereka.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “ORANG TUA adalah PINTU SURGA YANG PALING TENGAH, terserah kamu, hendak kamu terlantarkan ia, atau kamu hendak menjaganya.” (HR Tirmidzi).
Al-Qadhi berkata, ” Maksud pintu surga yang paling tengah adalah pintu yang PALING BAGUS dan PALING TINGGI. Dengan kata lain, sebaik-baik sarana yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga dan meraih derajat yang tinggi adalah dengan mentaati orangtua dan menjaganya.”
Bersyukurlah jika kita masih memiliki orangtua, karena di depan kita ada pintu surga yang lebar menganga. Terlebih bila orangtua telah berusia lanjut. Dalam kondisi tak berdaya, atau mungkin sudah pelupa, pikun atau tak mampu lagi merawat dan menjaga dirinya sendiri, persis seperti bayi yang baru lahir.
Rata-rata manusia begitu antusias dan bersuka cita tatkala memandikan, meramut bayinya, mencebokinya dan merawatnya dengan wajah ceria. Berbeda halnya dengan sikap kita terhadap orangtuanya yang kembali menjadi seperti bayi. Rasa malas, bosan dan kadang kesal seringkali terungkap dalam kata dan perilaku.
Mengapa?
Mungkin karena kita hanya berorientasi kepada dunia, si bayi bisa diharapkan nantinya produktif, sedangkan orang yang tua renta, tak lagi diharapkan kontribusinya.
Andai saja kita berorientasi akhirat, sungguh kita akan memperlakukan orangtua kita yang tua renta dengan baik, karena hasil yang kita panen lebih banyak dan lebih kekal.
Ingatlah bagaimana Nabi kita dalam sebuah hadis shohih yang panjang menceritakan tetang 3 orang pemuda yang terperangkap dalam gua yang pintunya tertutup batu besar.
…..Salah satu dari mereka itu berkata: “Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu – yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya saya pun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsinglah, Anak-anak kecil saya sama menangis kerana kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keredhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini.” Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, ….. (Muttafaq ‘alaih)
Lihatlah betapa pemuda memiliki amalan andalan yaitu mendahulukan hak orang tuanya daripada anak-anaknya yang menangis-nangis karena kelaparan. Allah ridho kepada pemuda tersebut sehingga dibukakan batu dari pintu gua….
SUNGGUH TERLALU, ORANG YANG MENDAPATKAN ORANG TUANYA BERUSIA LANJUT,
TAPI IA TIDAK MASUK SURGA, PADAHAL KESEMPATAN BEGITU MUDAH BAGINYA.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh celaka… sungguh celaka… sungguh celaka..”, lalu dikatakan, “Siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yakni orang yang mendapatkan salah satu orangtuanya, atau kedua orangtuanya berusia lanjut, namun ia tidak masuk surga.” (HR Muslim)
Ia tidak masuk surga karena tak berbakti, tidak mentaati perintahnya, tidak berusaha membuat senang hatinya, tidak meringankan kesusahannya, tidak menjaga kata-katanya, dan tidak merawatnya saat mereka tak lagi mampu hidup mandiri….
SAATNYA BERKACA DIRI, SUDAHKAH LAYAK KITA DISEBUT SEBAGAI ANAK YANG BERBAKTI? SUDAHKAH LAYAK KITA MEMASUKI PINTU SURGA YANG PALING TENGAH?
M. Ari Sultoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar