Saya begitu kagum dengan wanita, dia begitu mempesona, cantik dengan bentuk
yang unik, saya dan semua kaum adam mengakui wanita tercipta sebagai
mahkluk terindah di dunia ini, alangkah sempurnahnya apabila Allah
mengkaruniakan hidayah pada wanita tersebut, maka inilah hal yang paling
indah dalam hidup wanita tersebut. Namun sayang, banyak sebagian dari kaum
wanita yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak
dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu,
sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Rasulullah SAW bersabda :
إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah )
Sabda Rasullulah SAW yang lain,
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat
maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Bukhari & Muslim )
Begitu jelas Rasulullah SAW memberikan teladan pada kita, bahwasanya
rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas
dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu
adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya
adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.
Namun
sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat
penciptaan wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia dengan
keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya
dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita
itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan
emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum
pria.
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan
perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga
dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah
ayat 228 yang artinya;
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِى عَلَيۡہِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡہِنَّ دَرَجَةٌ۬ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita
sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak
wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita
itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia
akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap
wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai
mahkota kemuliaannya.
Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota
‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para
wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh
diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas
permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri
kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi
sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau
sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa
malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…
Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan
fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan
tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah
berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya
tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena
telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Nabi SAW bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ
كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ
رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk
surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama
perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim ) Di antara makna wanita yang
berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun
sebenarnya telanjang.
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah
radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim
dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,
إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه
“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini
bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita
beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
Betapa pun Allah
ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah
sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap
mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah
memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas
diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di
telan zaman?
jadi, Peliharalah rasa malu itu , sebagai
sebaik-baik perhiasan wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa
malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat
dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu),
kau harus menelanjangi dirimu di depan public.
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar