Benarkah Warga LDII Menganggap Dukun Ramal Haram?

Benar. Perlu kita ketahui dan kita pahami bersama, bahwa dahulu sebelum kelahiran Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, beberapa peramal telah meramalkan akan datangnya seorang “raja” yang akan menguasai wilayah melebihi wilayah kekuasaan para raja dan kaisar yang ada pada waktu itu, yaitu kekaisaran Romawi dan Persia. Dan ketika salah seorang di antara peramal tersebut bertemu dengan Abdul Muthalib, si peramal memgatakan bahwa raja yang banyak dibicarakan para peramal itu akan datang dari keturunan Abdul Muthalib. Tidak lama kemudian lahirlah Muhammad yang pada akhirnya memjadi Nabi sebagai penutup Nabi sampai akhir zaman. Yang sekarang kita kenal sebagai junjungan kita Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wasallam. Berarti ramalan para peramal ketika itu memang ada benarnya.

Di tanah air Indonesia pun tidak hanya sedikit orang yang melihat bahwa beberapa ramalan Joyoboyo ternyata benar-benar terjadi. Namun di antara beberapa ramalan yang benar-benar terjadi itu perlu kita ketahui, bahwa yang sebenarnya adalah jauh lebih banyak ramalan yang tidak benarnya. Ramalan palsu, yaitu ramalan yang sengaja dibuat hanya untuk menyenangkan hati orang yang sedang diramal, tentunya dengan imbalan sejumlah uang. Contoh saja, ada seorang peramal yang biasa membuka praktek di suatu tempat wisata. Tentu saja dipilihnya tempat ini karena memang sering dikunjungi orang banyak. Namun seringkali terjadi si peramal ini bingung dan kecewa, karena dari sejak pagi sampai dengan menjelang sore tidak ada seorang pun pengunjung yang datang minta diramal. Jadi, dia yang konon mengaku bisa meramal nasib orang, ternyata dia sendiri tidak bisa meramal nasibnya sendiri. Kalaulah dia tahu, bahwa hari itu tidak akan ada seorang pun pasien yang akan datang padanya, untuk apa dia bersusah payah menunggu sejak pagi hingga sore di situ? “Ah, namanya juga usaha, mas”, katanya sambil nyungir (baca: Manyun terus nyengir). Sok tahu. Itulah istilah yang pantas diberikan kepada orang seperti itu.

Dukun ramal yang ramalannya benar maupun yang ramalannya tidak benar, palsu kedua-duanya itu hukumnya haram menurut agama Islam, maka tidak hanya haram menurut warga LDII, tetapi juga haram pula untuk dipercaya oleh orang Islam yang lain. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Juz 7 hal 37, yang berbunyi:
Yang artinya: “Barangsiapa yang mendatangi dukun ramal, lalu dia bertanya kepada dukun tersebut mengenai sesuatu, maka sholatnya tidak diterima selama 40 malam”.

Sebagaimana juga sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, di dalam Hadits Thobroni, yang berbunyi:
Yang artinya: “Barangsiapa yang mendatangi dukun ramal, lalu dia bertanya padanya tentang sesuatu, maka taubatnya tertutup selama 40 malam. Maka jika dia membenarkan terhadap apa yang dikatakannya, maka dia kafir”.

Sebagaimana juga sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, di dalam Hadits Ibnu Majah, Juz 1, hal 209, yang berbunyi:
Yang artinya: “Barangsiapa yang mendatangi (menjima’) orang perempuan (isteri) haid atau orang perempuan di dalam duburnya atau dukun ramal, lalu dia membenarkan pada apa yang dikatakannya, maka sungguh dia kufur dengan apa (Al-Qur’an) yang telah diturunkan atas Muhammad”.

Sebagaimana juga sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, di dalam Hadits Tirmidzi, Juz 1, hal 90, yang berbunyi:
Yang artinya: “Barangsiapa yang mendatangi (menjima’) orang perempuan (isteri) haid atau orang perempuan di dalam duburnya atau dukun ramal, maka sungguh dia telah kufur dengan apa (Al-Qur’an) yang telah diturunkan atas Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam”.

Terkadang manusia seringkali berfikir “Bukankah baik-baik saja, bila kita mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, biar kita tahu bahaya yang akan menimpa kita, sehingga kita bisa berbuat sesuatu”. Untuk apa kita ingin mengetahui hal yang akan terjadi di masa yang akan datang? Kalau memang itu sudah menjadi kehendak dan ketentuan Alloh, apa iya kita bisa menghindarinya? Tidak bisa. Tetap saja apa yang sudah menjadi rencana, kehendak-Nya pasti terjadi dan kita tidak akan bisa menghindarinya. Nach kalau kita tahu begitu, bahwa kita tidak bisa menghindarinya, lantas untuk apa kita ingin ketahui sebelumnya? Itu hanya akan membuat kita terus menerus dalam kecemasan, ketakutan, kebimbangan saja. Jadi, biarlah apa yang akan terjadi di masa depan itu tetaplah menjadi rahasia Alloh, supaya kita hidup tenang dan tentram, sehingga bisa mencari nafkah untuk keluarga dan beribadah dengan khusyu’. Sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Luqman, No. Surat: 31, Ayat: 34, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sesungguhnya Alloh, di sisi-Nyalah tentang ilmu pengetahuan hari kiamat. Dan Dialah yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui apa yang di dalam rahim. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tidak ada seseorang yang dapat mengetahui (dengan pasti) di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui dan Maha Waspada”.

Tetapi sebaliknya jika kita mengetahui dari si dukun ramal itu bahwa 7 hari kemudian kita dan keluarga akan mendapatkan musibah kecelakaan, misalnya. Maka sejak itu kita sekeluarga dirundung cemas yang berkepanjangan sehingga mau keluar rumah pun di selimuti dengan penuh ketakutan. Wal hasil, ketika kita hendak pulang kampung bersama keluarga, karena pada saat membawa kendaraan pikiran terguncang, hatipun tidak tenang, maka terjadilah kecelakaan. Ini bukan berarti ucapan si dukun ramal itu benar, tetapi lebih disebabkan oleh faktor manusianya yang sudah tidak bisa lagi konsentrasi terhadap apa yang seharusnya dia lakukan, yang ada bayangan ketakutan, tekanan bathin karena pikirannya sudah dipengaruhi dan dirusak oleh ucapan si dukun ramal tersebut.

Padahal sudah menjadi hal yang lumrah, biasa bahwa ancaman bahaya apapun cemas itu akan kita alami selama peristiwanya belum terjadi. Setelah peristiwanya terjadi, biasanya kita sudah tidak cemas lagi. Bukankah begitu?

Lalu, timbul pertanyaan “Bagaimana caranya agar kita tidak ketemu bahaya? Kita berdo’a minta perlindungan kepada Alloh sambil terus hidup dengan penuh kehati-hatian dan tidak semrono. Kalau kita sudah berdo’a dan sudah pula berhati-hati, dan tidak juga sembrono, ternyata masih terjadi juga, itulah yang namanya sudah takdirnya atau Maa Qodirulloh. Adapun sikap kita tatkala kita mendapatkan bermacam hal dari Maa Qodirulloh ini adalah manakala kita ditakdirkan mendapat nikmat, maka kita harus mensyukurinya, jangan malah menjadi sombong atau takabur. Manakala kita ditakdirkan mendapat cobaan, maka kita harus menyikapinya dengan banyak bersabar. Karena bisa jadi cobaan yang datang kepada kita itu adalah Alloh sedang menguji kita, karena kecintaan-Nya kepada kita dalam rangka Alloh akan meningkatkan derajat kita disis-Nya kelak. Manakala kita ditakdirkan mendapat musibah, maka apa yang telah menimpa kita kita kembalikan lagi kepada Alloh, yaitu dengan cara mengucapkan istirja’, seperti yang telah di riwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Tidak ada dari muslim yang mendapat musibah lalu dia mengucapkan apa yang Alloh perintahkan padanya, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Alloh, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang akan kembali kepada-Nya, Ya Alloh berilah saya pahala dengan adanya musibah ini, dan berilah saya ganti dengan yang lebih baik”. Kecuali Alloh akan mengganti baginya dengan yang lebih baik daripada musibahnya itu”.

Dengan demikian, kita tidak akan berlama-lama larut di dalam kesedihan, tetapi sebaliknya kita malah menjadi optimis dibuatnya, selalu mempunyai harapan yang lebih baik lagi dari itu kepada Alloh, yang jelas kita jauh dari putus asa, apa lagi sampai coba-coba mau bunuh diri, ndak mungkin. Manakala kita ditakdirkan berbuat dosa, salah maka sikap kita adalah mentaubatinya, yaitu mohon ampunan kepada Alloh dengan cara memperbanyak sholat tasbih dan sholat taubat serta memperbanyak membaca istighfar dan minta ma’af kepada orang yang kita berbuat salah kepadanya dengan mengakui kesalahan kita diiringi tekad untuk memperbaiki diri kita agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Itulah upaya-upaya yang harus kita lakukan manakala kita mendapat takdir Ilaahi Robbi.

Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, pernah menerangkan, bahwa syetan itu sesekali mendekat ke Lauhil Mahfudhz untuk mencuri dengar tentang nasib manusia yang akan disampaikan Alloh kepada malaikat. Lantas apa yang berhasil dia dengarkan dari Lauhil Mahfudhz itu dia sampaikan kepada dukun ramal setelah dia campuri dengan seratus kebohongan. Masak iya, kita yang nota bene sebagai muslim mau berpegang pada bisikan syetan melalui mulut si dukun ramal pembohong itu.

Tentunya sangat masuk akal, bila kita pikir-pikir “mengapa agama Islam mengharamkan ummatnya untuk mempercayai dukun ramal? Karena sikap tersebut bisa mengakibatkan orang jadi tidak berani menghadapi masa depan. Dan yang lebih berbahaya lagi adalah sikap tersebut dapat mengurangi keyakinan ummat Islam terhadap rukun iman yang ke 6, yaitu takdir Alloh, yang baik maupun yang buruk, karena keyakinannya telah beralih kepada selain Alloh, dalam hal ini adalah ucapan dukun si tukang ramal. Dengan demikian berarti dia sudah terlibat pada perbuatan syirik “Naa ‘Uudzu Billaahi Min Dzaalik(a)”. Sedangkan orang yang mati dinyatakan sebagai musyrik, maka dia tidak akan mendapatkan pengampunan dosa dari Alloh sehingga dia divonis haram masuk surga, kalau sudah begitu, maka sudah barang tentu dia masuk neraka. Sebagaimana firman Alloh yang telah tercantum di dalam Al-Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 48, yang berbunyi:
Yang berbunyi: “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, namun Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi orang yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar”.
Dan sebagaimana firman Alloh yang telah tercantum di dalam A-Qur’an, surat Al-Maaidah, No. surat: 5, Ayat: 72, yang berbunyi:
Yang artinya: “Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Alloh, maka sungguh Alloh mengharamkan surga atasnya dan tempatnya adalah neraka”.

Oleh karenanya hendaknya kita melindungi diri kita dari perbuatan syirik dengan cara salah satunya yaitu memperbanyak berdoa memohon kepada Alloh, agar Alloh menghindarkan diri kita dari syirik dalam bentuk apapun juga. Sebagaimana do’a berikut ini:
Yang artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu bila aku menyekutukan (sesuatu) dengan-Mu yang aku ketahui, dan aku mohon ampunan kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar