Kaum muslimin yang berbahagia, yang dimuliakan Allah dan yang saya hormati!
Marilah kesempatan yang sangat baik ini kita manfa’atkan sebaik-baiknya untuk bersama-sama meningkatkan mutu iman dan taqwa kita kepada Allah Ta’alaa, dan menjadikan diri kita sebagai generasi penerus yang ‘alim dan berakhlaqul karimah dan mandiri di segala bidang.
Sebagai landasan nasehat saya pada kali ini, akan saya ungkapkan firman Allah Ta’alaa yang tercantum dalam Al-Qur’anul Karim, surat At-Taubah, No. Surat: 9, Ayat: 71, yang berbunyi:
Yang artinya “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf (baik), mencegah dari yang munkar (maksiat), mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Menghukumi”.
Ma’aasyirol muslimin rohima kumullah! Allah telah menjadikan manusia, tidak saja sebagai khalifah-Nya di atas bumi, tetapi juga sebagai generasi penerus selaku makhluk sosial, yang satu sama lain saling membutuhkan guna mengembangkan shibghoh-Nya, yang berupa kebudayaan dan nilai kemanusiannya, untuk meramaikan alam dunia ini, dengan segala amal, pembangunan dan pembelaan serta untuk mewujudkan masyarakat ta’aawun (tolong menolong), yang saling membantu bagi keselamatan dan kesejahteraan hidup ummat manusia itu sendiri.
Untuk itu, diperlukan sifat-sifat, dan sistematika masyarakatnya, hingga kemerdekaan yang diberikan Allah kepada kita ini, tetap berjalan dalam batas-batas menghormati hak-hak orang lain, bahkan harus pula dengan kewajiban menegakkan apa yang berguna untuk kepentingan bersama, membantu sesuatu yang perlu bagi kehidupan bersama dan sebagainya, dan sebagainya. Dengan begitu, sifat anaaiyah (ke akuan) dan individualistis dalam masyarakat dapat kita hindarkan. Percayalah, bahwa keselamatan makhluk sosial itu, tidak akan terlaksana apabila mereka sebagai generasi penerus tidak dibina menjadi manusia yang ideal, yaitu sebuah generasi penerus yang ‘alim dan berakhlaqul karimah, yakni dengan menanamkan pada setiap diri pribadi mereka sifat-sifat mulia, seperti yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, antara lain:
Rasa persamaan; caranya banyak sabar dan memilih mengalah.
Rasa kasih sayang dan marhamah; caranya menerampilkan berbicara yang baik, dan saling memperhatikan serta saling menjaga perasaan.
Sikap tolong menolong; mendasarinya dengan memiliki sifat shidiq (jujur) dan amanah (menjaga kepercayaan).
Jiwa bakti dan merintis kearah jalan kebaikan dan kebenaran; dengan niatan sak dermo karena Allah.
Membangun manusia seutuhnya; tentunya tidak membikin kerusakan.
Ma’aasyirol muslimin rohima kumullah!
Rasa persamaan yang diketengahkan oleh ajaran Islam, tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Mu’minun, No. Surat: 23, Ayat: 12, 13, dan 14, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik”.
Ayat di atas, menjelaskan kepada kita, bahwa manusia itu diciptakan Allah dari bahan baku yang sama, yaitu dari saripati tanah, dari kakek dan moyang yang sama, yaitu Nabi Adam dan Hawa, dengan cara dan proses yang sama, dengan hasil yang sama pula, yaitu sama-sama sebagai manusia, walaupun dalam rupa dan akhlaq yang berbeda.
Saudaraku kaum muslimin, mu'minin, yang berbahagia!
Sebagai makhluk sosial, tidak saja adanya rasa persamaan dari wujud sebagai manusianya, tetapi juga dalam diri pribadi setiap manusia itu lahirnya rasa marhamah (kasih sayang) antara mereka. Allah Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hujuroot, No. Surat: 49, Ayat: 10, yang berbunyi:
Yang artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Oleh sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudara kamu itu dan bertaqwalah kepada Alloh, supaya kamu mendapat rohmat”.
Dalam sebuah hadits Rosululloh, bersabda:
Yang artinya: “Kasih sayangilah apa yang ada di bumi ini, nanti orang yang di langit juga akan mengasih-sayangi kamu”.
Dengan memahami, bahwa Alloh itu bersifat Rohmaan dan Rohiim, maka telah diterangkan juga sifat-sifat orang iman, yaitu ruhamaa’u bainahum, artinya berkasih sayang di antara mereka. Dan menerapkan sifat rohiim kepada sesama manusia itu, akan menyebabkan manusia yang rohiim itu akan dirohiimi pula oleh Allah Ta’alaa. Ayat-ayat dan hadits di atas mengajak manusia terutama orang-orang yang beriman, wabil khusus kami sebagai generus untuk bersikap rohiim, kasih sayang. Karena, sifat itu merupakan pangkal dari suatu kebaikan bagi generus yang ‘alim dan berakhlaqul karimah itu sendiri, dan menjadi pokok turunnya rohmat Allah dalam diri seorang generasi penerus yang memiliki sifat rohiim tersebut, sehingga dapat menghantarkannya menjadi generasi penerus yang betul-betul potensial, ‘alim dan berakhlaqul karimah dan mandiri, seperti yang kita harapkan bersama.
Ma’aasyirol muslimin rohima kumulloh!
Sebagai kelanjutan dari sifat marhamah tadi, kita sebagai generasi yang ‘alim dan berakhlaqul karimah dituntut untuk memeliki sifat tolong-menolong. Kedua sifat ini, yaitu sifat kasih sayang dan tolong menolong, akan melahirkan sifat cinta dan suka berkorban untuk oranglain. Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maa-idah, No. Surat: 5, Ayat: 2, Allah berfirman:
Yang artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan kamu jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya”.
Jiwa ta’aawun dalam hal kebaikan dan taqwa ini, tidak saja menanamkan cinta kepada kebaikan bersama, tetapi juga memberikan kesegaran dan kegembiraan bagi kehidupan umat manusia pada umumnya, selanjutnya bahkan juga akan melahirkan suatu sifat yang lebih mulia lagi, yakni sabiqum bil khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana Alloh berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Mu’minun, No. Surat: 23, Ayat: 60 dan 61, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang bergetar takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itulah orang-orang yang berlomba-lomba dalam hal kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dulu memperolehnya”.
Itulah jiwa ta’aawun (tolong menolong), yang merupakan jiwa yang mau berlomba-lomba untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Ma’aasyirol muslimin rohima kumulloh!
Semangat ta’aawun dan berlomba-lomba berbuat baik dan taqwa ini, adalah cermin generasi penerus yang ‘alim, cerdas dan berakhlaqul karimah dan mandiri. Dengan demikian akan menumbuh kembangkan kepada jiwa generus untuk berkorban yang ikhlas, terutama untuk melepaskan kawan sesama manusia dari penderitaan dan beban pikiran dan hidup yang melilitnya. Terutama kepada sesame ahlul jama’ah. Inilah hakekat dari buah perkembangan agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang haq. Kian menjadi rohmat bagi orang-orang-orang di seluruh alam. Ingsyaa Allah, di tangan kami sebagai generasi yang ‘alim dan berakhlaqul karimah dan mandiri ini dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini, yang berfalsafah “Bhineka Tunggal Ika” akan menjadi sebuah Negara yang toto tentrem, karto raharjo, gemah ripah loh jinawi, baldatun thoyyibatun, warobbun ghofuur, yaitu sebuah negara yang subur makmur, rakyat yang sejahtera dan berketuhanan yang Maha Pengampun.
Demikianlah konsep Islam dalam membentuk generasi penerus yang berkepribadian ‘alim dan berakhlaqul karimah dan mandiri, yang kelak insya Alloh akan mewujudkan manusia-manusia yang kamil, manusia yang ideal, manusia yang seutuhnya. Sebagaimana Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hakim,yang berbunyi:
Yang artinya: “Maukah kamu kuberi tahu tentang orang yang paling baik di antara kamu sekalian? Orang yang paling baik, ialah orang yang panjang umurnya, dan baik amal perbuatannya”.
Kira-kira, itulah sekilas gambaran tentang generus yang ‘alim dan berakhlaqul karimah, menurut saya! “The Generus” I love you……!!! Salam PECI, buat kamu-kamu “generus” di sana. Selamat Berjoang..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar