Mencari Ilmu Sepanjang Hayat

Allah subhanahu wata’ala sangat menghargai kegiatan mencari ilmu dengan firman-Nya dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Jangankan kita sebagai manusia, sedangkan hewan buas pun (semisal anjing) ada perbedaan antara yang belum dilatih/diberi pelajaran dengan yang sudah dilatih/diberi pelajaran. Lihatlah surah Al-Maidah ayat 4 :
Katakanlah (Muhammad) : "Dihalalkan bagi kalian yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajari dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarinya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)”.

(Kalau binatang buruan ditangkap sampai mati oleh anjing yang sudah kita latih dan ketika kita melepas anjing tersebut dengan membaca “bismillaah” maka hukum binatang buruan tersebut  adalah halal karena anjing tersebut menangkapnya untuk kita, sedangkan bila ditangkap oleh anjing yang belum terlatih maka hukumnya bagi kita adalah haram karena dia menangkapnya untuk dirinya sendiri).
Tidak ada batasan umur untuk belajar karena agama kita menerapkan sistem pendidikan sepanjang hayat (life long education) sehingga kewajiban mencari ilmu pun berlaku “minal-mahdi ilal-lahdi”, sejak kita masih dalam buaian sampai kita di lubang lahad.
Apakah kegiatan kuliah itu termasuk ibadah ? Bagi seorang muslim, yang namanya ibadah itu bukan hanya sholat lima waktu saja; yang namanya ibadah itu tidak mesti dilakukan di dalam masjid saja. Semua kegiatan yang baik dan bermanfaat bisa bernilai ibadah asalkan ketika mengerjakannya kita niati dalam rangka mencari ridho Alloh.
Kita bisa bayangkan alangkah sedikitnya ibadah kita bila hanya terbatas pada sholat lima waktu,  hanya kurang lebih 50 menit diantara 24 jam sehari semalam; alangkah kecilnya nilai ibadah kita kalau ibadah itu hanya bisa dilakukan di dalam masjid. Padahal kita punya komitmen sebagaimana yang biasa kita baca dalam sholat kita :
Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah (dalam rangka mencari ridho Alloh), Tuhan seluruh alam.
Dalam sejarah para nabi dikenal seorang nabi yang kaya raya namun rendah hati, beliau adalah Nabi Sulaiman ‘alaihis-salaam. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir bahwa Rosululloh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bercerita bahwa (sebelum Nabi Sulaiman kaya raya dan menjadi raja) beliau (Nabi Sulaiman) disuruh oleh Alloh untuk memiilih salah satu dari tiga hal, yaitu kekayaan, kerajaan atau ilmu. Yang beliau pilih adalah ilmu. Sebab dengan berbekal ilmu itulah pada akhirnya beliau bisa menguasai dua hal yang lainnya yaitu kekayaan dan kerajaan. Ilmu apa yang beliau kuasai sehingga beliau bisa mengelola kekayaan dan kerajaan yang begitu besar ? Tentu saja adalah ilmu yang sekarang kita kenal sebagai Manajemen dan Teknologi. Ingatlah bahwa beliau mempunyai staff / pembantu tidak hanya dari kalangan manusia, tapi juga dari kalangan jin (malah dari kalangan hewan juga). Dan pada saat iu beliau telah menguasai teknologi pertambangan tembaga. (Lihat Al-Qur’an surah Saba’ ayat 12).
Apalagi kalau kita bisa memanfaatkan ilmu kita untuk masyarakat, berarti kita mempunyai salah satu sumber pahala yang akan tetap mengalir meskipun kita sudah terbujur di alam kubur, sebagaimana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menyabdakan : “Bila seseorang meninggal maka putuslah amalannya keculi tiga hal, yaitu shodaqoh jariyah; anak yang sholeh yang selalu mendo’akannya dan ilmu yang bermanfaat”. (Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasaai dan Ahmad bin Hanbal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar