Oleh Alhas Ridhwan di Kaba Rang Kamang Ilia ·
Rehistory : Kamang University layak menjadi Universitas Pertama di Indonesia. [yang pertama menggunakan nama University tepatnya]
Universitas Andalas adalah universitas tertua di luar Pulau Jawa dan
tertua keempat di Indonesia, didirikan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 80016/Kab, 23 Desember 1955. Terletak di
dataran tinggi perbukitan Limau Manis, wilayah Pauh, sekitar 15 Km dari
pusat kota Padang, ibukota Sumatera Barat. Universitas ini secara resmi dibuka
oleh empat pendirinya, bersama dengan Drs. Mohammad Hatta, dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Sarino Mangoenpranoto pada 13 September
1956.
Meski dinyatakan sebagai universitas tertua karena masih bertahan hingga sekarang, tetapi klaim untuk universitas pertama yang berdiri di luar Pulau Jawa tentunya tidak serta merta diberikan kepada Universitas Andalas. Hal ini disebabkan jauh sebelum Universitas Andalas berdiri, di wilayah yang sama, masih di Sumatera Barat, telah ada satu universitas yang luput dari sejarah. Apalagi keberadaannya sebelum Republik Indonesia ini merdeka.
Bila kita kembali meninjau sejarah, penamaan kata university baru digunakan setelah kemerdekaan Republik Indonesia, itu pun dengan menggunakan bahasa Belanda (universiteit). Ini terbukti bahwa tidak satu universitas negeri pun di Indonesia ini bahkan termasuk Universitas Indonesia (yang lahir pada 1849 dengan nama Dokter-Djawa School) yang telah menamakan dirinya university. Kita tahu bahwa Universitas Indonesia menjadi Universiteit van Indonesië pada Tahun 1947, yang setahun sebelumnya bernama Nood-Universiteit (Universitas Darurat).
Ungkapan bahwa Universitas Indonesia baru bernama Universitas setelah kemerdekaan, benar adanya. Namun sebelum itu semua, ternyata sudah ada daerah yang mendirikan university di dekat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pernyataan ini mungkin mengagetkan sebagian khalayak akademika. Namun ada bukti peninggalan sejarah yang mendokumentasikan bahwa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia (menjelang penjajahan Bangsa Jepang ke Indonesia) di kilometer 12 dari pusat Kota Jam Gadang (sebutan untuk Kota Bukittinggi) tepatnya di daerah Pintu Koto, Kanagarian Kamang Hilia telah berdiri satu universitas bernama Kamang University.
Hal ini pun menjadi bukti tak terbantahkan bahwa penggunaan kata university pertama di Indonesia tentu pada Kamang University.
Doc. Pribadi Penulis : Pendiri Kamang University (Haji Rijal) dan beberapa mahasiswa berfoto di depan Kamang University.
Di papan tulis di belakangnya tertulis Kamang University, 12 Sya’ban 1359, 15 September 1940.
Bila kita berasumsi bahwa tulisan itu ditulis dengan kapur tulis, maka tanggalnya tentu saja menjadi tanggal pengambilan foto. Tapi bila bukan dengan kapur tulis atau semisal menggunakan cat, artinya tanggal tersebut menjadi bukti tanggal pendirian Kamang University.
Kita dicengangkan oleh situasi ini. Tahun 1940-an dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai akhir pendudukan Belanda di Indonesia, dan sekaligus awal penjajahan Jepang. Yang membuat unik, kata Kamang University di papan tulis mestinya ditulis dengan Bahasa Belanda, Universiteit van Kamang. Tapi itu tidak terjadi. Kembali kita dapat berasumsi bahwa penamaan dengan menggunakan Bahasa Inggris ini menjadi bukti perlawanan masyarakat Kamang terhadap penjajahan Belanda.
Asumsi demi asumsi mungkin akan bermunculan di benak kepala kita. Apakah sama anggapan university pada saat itu dengan university saat sekarang? Pertanyaan ini, bisa kita balik apakah sama Dokter-Djawa School dengan taraf Universitas Indonesia sekarang? Jauh sebelum bernama Universitas Indonesia, UI saja masih dalam taraf school. Bukan university! Perhatikan penggunaan kata school untuk Dokter-Djawa School dan university untuk Kamang University. Kalaulah memang kekuatan school pada saat itu pantas disamakan dengan university, kenapa tidak disebut saja Dokter-Djawa University? Universitas Indonesia tidak punya bukti (foto yang dapat berbicara seribu bahasa) untuk meyakinkan keberadaan universitasnya sebelum kemerdekaan.
Kita pun kembali bertanya-tanya, lalu apa yang diajarkan oleh Pendiri Kamang University di universitas tersebut? Pertanyaan ini akan kita segera kita ketahui jawabannya. Penuturan orang-orang tua yang tinggal di Kamang, bahwa di Kamang memang ada universitas yang mengajarkan tentang keislaman. Sebab pendiri Kamang University itu sendiri adalah seorang muballigh yang terkenal sampai pada taraf Internasional.
Foto ini semakin menarik. Daerah mana yang dengan terang-terangan di bawah jajahan pemerintahan Belanda berani mengklaim dirinya memiliki sebuah university apalagi pada tahun 1940-an? Daerah mana yang dengan terangan-terangan melakukan foto bersama dengan mahasiswa-mahasiswanya untuk sebuah dokumentasi tanpa diusik dan diketahui oleh Belanda? Tentu tidak ada! Mesti ada izin dari Belanda atau Belanda membiarkannya begitu saja karena tak berani mengusik. Mesti ada pengetahuan Belanda pada saat foto ini diambil. Setidak-tidaknya Belanda tentu mensahkan keberadaan orang-orang yang berada di dalam foto tersebut. Inilah ia negeri Kamang yang tak diotak-atik orang di dalam sejarah besar Indonesia.
Penulis pribadi hanya pernah bertemu dengan 1 orang tokoh di antara sekian banyak tokoh yang terdokumentasikan di dalam foto tersebut. Beliau lebih akrab dipanggil dengan nama Pak Sinar (Penulis memanggilnya Inyik, panggilan untuk seorang kakek) dan telah berpulang ke rahmatullah sekitar setahun yang lalu. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya di sisi yang mulia.
Doc. Pribadi Penulis : Pak Sinar (Inyik) dengan gambar diperbesar
Doc. Pribadi Penulis : Pak Sinar (Inyik) di dalam foto Kamang University.
Menurut penuturan Inyik semasa beliau masih hidup, bahwa mereka-mereka yang ada di dalam foto ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari daerah sekitaran Bukittinggi serta luar Sumatera Barat. Tidak hanya itu, bahkan banyak pula yang berasal dari negeri jiran di luar negeri. Dari Malaysia, Thailand, bahkan India.
Meski tidak diketahui kapan pastinya berdiri Kamang University ini, tapi sudah jamak bagi masyarakat Kamang bahwa pendirinya ialah Da’i Kondang bernama Haji Rijal. Sesuai dengan penuturan ayah penulis, Bapak Syafruddin (57 tahun) bahwa bila Haji Rijal pulang kampung ke Kamang untuk menyampaikan ceramah beliau, maka Masjid Wustha (masjid terbesar di Kamang saat itu) penuh oleh jama’ah yang antusias untuk mendengar ceramah beliau bahkan melimpah ruah sampai keluar masjid.
Di dalam foto, Haji Rijal duduk di tengah, mengenakan peci hitam, kedua dari arah kiri.
[ALHAS, 14-11-2011]
Meski dinyatakan sebagai universitas tertua karena masih bertahan hingga sekarang, tetapi klaim untuk universitas pertama yang berdiri di luar Pulau Jawa tentunya tidak serta merta diberikan kepada Universitas Andalas. Hal ini disebabkan jauh sebelum Universitas Andalas berdiri, di wilayah yang sama, masih di Sumatera Barat, telah ada satu universitas yang luput dari sejarah. Apalagi keberadaannya sebelum Republik Indonesia ini merdeka.
Bila kita kembali meninjau sejarah, penamaan kata university baru digunakan setelah kemerdekaan Republik Indonesia, itu pun dengan menggunakan bahasa Belanda (universiteit). Ini terbukti bahwa tidak satu universitas negeri pun di Indonesia ini bahkan termasuk Universitas Indonesia (yang lahir pada 1849 dengan nama Dokter-Djawa School) yang telah menamakan dirinya university. Kita tahu bahwa Universitas Indonesia menjadi Universiteit van Indonesië pada Tahun 1947, yang setahun sebelumnya bernama Nood-Universiteit (Universitas Darurat).
Ungkapan bahwa Universitas Indonesia baru bernama Universitas setelah kemerdekaan, benar adanya. Namun sebelum itu semua, ternyata sudah ada daerah yang mendirikan university di dekat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pernyataan ini mungkin mengagetkan sebagian khalayak akademika. Namun ada bukti peninggalan sejarah yang mendokumentasikan bahwa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia (menjelang penjajahan Bangsa Jepang ke Indonesia) di kilometer 12 dari pusat Kota Jam Gadang (sebutan untuk Kota Bukittinggi) tepatnya di daerah Pintu Koto, Kanagarian Kamang Hilia telah berdiri satu universitas bernama Kamang University.
Hal ini pun menjadi bukti tak terbantahkan bahwa penggunaan kata university pertama di Indonesia tentu pada Kamang University.
Doc. Pribadi Penulis : Pendiri Kamang University (Haji Rijal) dan beberapa mahasiswa berfoto di depan Kamang University.
Di papan tulis di belakangnya tertulis Kamang University, 12 Sya’ban 1359, 15 September 1940.
Bila kita berasumsi bahwa tulisan itu ditulis dengan kapur tulis, maka tanggalnya tentu saja menjadi tanggal pengambilan foto. Tapi bila bukan dengan kapur tulis atau semisal menggunakan cat, artinya tanggal tersebut menjadi bukti tanggal pendirian Kamang University.
Kita dicengangkan oleh situasi ini. Tahun 1940-an dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai akhir pendudukan Belanda di Indonesia, dan sekaligus awal penjajahan Jepang. Yang membuat unik, kata Kamang University di papan tulis mestinya ditulis dengan Bahasa Belanda, Universiteit van Kamang. Tapi itu tidak terjadi. Kembali kita dapat berasumsi bahwa penamaan dengan menggunakan Bahasa Inggris ini menjadi bukti perlawanan masyarakat Kamang terhadap penjajahan Belanda.
Asumsi demi asumsi mungkin akan bermunculan di benak kepala kita. Apakah sama anggapan university pada saat itu dengan university saat sekarang? Pertanyaan ini, bisa kita balik apakah sama Dokter-Djawa School dengan taraf Universitas Indonesia sekarang? Jauh sebelum bernama Universitas Indonesia, UI saja masih dalam taraf school. Bukan university! Perhatikan penggunaan kata school untuk Dokter-Djawa School dan university untuk Kamang University. Kalaulah memang kekuatan school pada saat itu pantas disamakan dengan university, kenapa tidak disebut saja Dokter-Djawa University? Universitas Indonesia tidak punya bukti (foto yang dapat berbicara seribu bahasa) untuk meyakinkan keberadaan universitasnya sebelum kemerdekaan.
Kita pun kembali bertanya-tanya, lalu apa yang diajarkan oleh Pendiri Kamang University di universitas tersebut? Pertanyaan ini akan kita segera kita ketahui jawabannya. Penuturan orang-orang tua yang tinggal di Kamang, bahwa di Kamang memang ada universitas yang mengajarkan tentang keislaman. Sebab pendiri Kamang University itu sendiri adalah seorang muballigh yang terkenal sampai pada taraf Internasional.
Foto ini semakin menarik. Daerah mana yang dengan terang-terangan di bawah jajahan pemerintahan Belanda berani mengklaim dirinya memiliki sebuah university apalagi pada tahun 1940-an? Daerah mana yang dengan terangan-terangan melakukan foto bersama dengan mahasiswa-mahasiswanya untuk sebuah dokumentasi tanpa diusik dan diketahui oleh Belanda? Tentu tidak ada! Mesti ada izin dari Belanda atau Belanda membiarkannya begitu saja karena tak berani mengusik. Mesti ada pengetahuan Belanda pada saat foto ini diambil. Setidak-tidaknya Belanda tentu mensahkan keberadaan orang-orang yang berada di dalam foto tersebut. Inilah ia negeri Kamang yang tak diotak-atik orang di dalam sejarah besar Indonesia.
Penulis pribadi hanya pernah bertemu dengan 1 orang tokoh di antara sekian banyak tokoh yang terdokumentasikan di dalam foto tersebut. Beliau lebih akrab dipanggil dengan nama Pak Sinar (Penulis memanggilnya Inyik, panggilan untuk seorang kakek) dan telah berpulang ke rahmatullah sekitar setahun yang lalu. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya di sisi yang mulia.
Doc. Pribadi Penulis : Pak Sinar (Inyik) dengan gambar diperbesar
Doc. Pribadi Penulis : Pak Sinar (Inyik) di dalam foto Kamang University.
Menurut penuturan Inyik semasa beliau masih hidup, bahwa mereka-mereka yang ada di dalam foto ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari daerah sekitaran Bukittinggi serta luar Sumatera Barat. Tidak hanya itu, bahkan banyak pula yang berasal dari negeri jiran di luar negeri. Dari Malaysia, Thailand, bahkan India.
Meski tidak diketahui kapan pastinya berdiri Kamang University ini, tapi sudah jamak bagi masyarakat Kamang bahwa pendirinya ialah Da’i Kondang bernama Haji Rijal. Sesuai dengan penuturan ayah penulis, Bapak Syafruddin (57 tahun) bahwa bila Haji Rijal pulang kampung ke Kamang untuk menyampaikan ceramah beliau, maka Masjid Wustha (masjid terbesar di Kamang saat itu) penuh oleh jama’ah yang antusias untuk mendengar ceramah beliau bahkan melimpah ruah sampai keluar masjid.
Di dalam foto, Haji Rijal duduk di tengah, mengenakan peci hitam, kedua dari arah kiri.
[ALHAS, 14-11-2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar