Meski tampaknya sepele, jangan menganggap remeh cegukan. Pasalnya, cegukan ternyata bisa merupakan gejala aneka jenis penyakit.
Cegukan
sepertinya sepele. Namun, waspada jika cegukan berlangsung lama.
Menurut dr. Bastian Sp.S dari RS Ongkomulyo Jakarta, cegukan, yang
dalam bahasa medisnya disebut hiccups, tak hanya menyangkut organ
tenggorokan, tapi juga organ-organ lain. Termasuk di dalamnya otot-otot
diagfragma, epiglotis (katup di tenggorokan), dan susunan saraf pusat
(otak) serta saraf tepi (nervous prenicus). Apa saja yang patut Anda
ketahui tentang cegukan?
KENAPA KITA CEGUKAN?
Dalam kondisi
normal, saat kita menarik napas, otot-otot diafragma akan turun, dan
saat itu pula katup tenggorokan membuka, sehingga udara yang menekan ke
atas tidak akan berbunyi. Akan tetapi, pada cegukan, saat menarik
napas, terjadi kontraksi atau bahasa awamnya kram pada otot diafragma
dan otot-otot antara tulang iga. Akibatnya, keduanya akan naik. Nah,
pada saat bersamaan, epiglotis (katup/klep di tenggorokan) pun
tertutup, sehingga udara dari diagfragma yang naik ke atas akan menekan
klep ini. Akibatnya, terjadilah cegukan. Tertutupnya katup atau
epiglotis ini terjadi karena adanya gangguan di lengkung refleks, yaitu
pada susunan saraf pusat (SSP) dan saraf tepi (ST). Kedua saraf ini
mengatur jalur pernafasan dalam tubuh manusia agar berjalan lancar.
Tertutupnya klep ini bukan merupakan kelainan SSP atau ST, namun
merupakan respon dari SSP dan ST yang terganggu. Oleh karena saraf tepi
berukuran panjang dan berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuh,
maka terkadang aktivitasnya terganggu oleh penyakit yang serius.
Sehingga, cegukan dapat pula menjadi gejala adaya radang di perut,
penyakit di ginjal, masalah hati atau tumbuhnya tumor di leher yang
mengganggu saraf, yang kemudian mengirim respon sehingga munculah
cegukan.
DUA JENIS CEGUKAN
Berdasarkan jenisnya, cegukan bisa dibagi menjadi 2 kelompok.
1.
Cegukan yang bersifat ringan, yang hanya berlangsung selama 1 - 2 jam
saja. "Cegukan jenis ini bisa hilang sendiri," ujar Bastian. Penyebab
paling sering pada ketegori ini karena adanya regangan pada lambung.
Selain itu, juga karena perubahan cuaca mendadak (misalnya dari dingin
ke panas atau sebaliknya), makan makanan yang terlalu panas atau
dingin, meminum minuman beralkohol, merokok terlalu banyak, atau
mengalami stres."Cegukan karena akan hilang sendiri saat penderita
tidur. Oleh karena itu, jika Anda cegukan dari pagi sampai malam dan
ternyata hilang saat Anda tidur, perlu dicari tahu, masalah apa yang
tengah mengganggu Anda saat itu," tegas Bastian.
2. Cegukan yang
bersifat tetap/permanen (persistance). Cegukan jenis ini biasanya
terjadi terus-menerus, tak hanya berhari-hari tapi bisa berbulan-bulan.
"Cegukan jenis ini merupakan gejala adanya gangguan di otak (misalnya
gejala tumor di batang otak), gejala stroke (pada penderita stroke
sering timbul cegukan), infeksi di SSP (otak), adanya herpes di dada
sehingga mengganggu ST, selain itu juga karena gangguan metabolik
seperti pada penderita diabetes, atau penderita kelainan ginjal karena
urenia. Juga karena gangguan elektrolit (kurang kalium), termasuk
pengaruh obat-obatan seperti steroid atau obat tidur.
Cegukan
biasanya mendahului gejala lain dari suatu penyakit. "Orang dewasa
harus berhati-hati jika mengalami cegukan dalam jangka waktu yang lama.
Orang kebanyakan tak tahu atau tak sadar bahwa melalui cegukan, tubuh
sebetulnya memberi sinyal bahwa di organ tubuh kita ada yang tidak
beres," lanjutnya Bastian.
The Guinness World Records mencatat
rekor cegukan terlama (1922-1990) dipegang oleh Charles Osborne
(1894-1991) dari Anthon. Iowa (Amerika Serikat). Cegukan tersebut
dimulai pada tahun 1922 dengan frekuensi 40 kali per menit, melambat
menjadi 20 kali, dan akhirnya berhenti pada bulan Februari 1990, dengan
total waktu selama 68 tahun !!!
TAHAN NAPAS
Semua orang
bisa terkena cegukan, dari bayi sampai orang tua. Meski bukan penyakit,
tapi cegukan bisa merupakan gejala suatu penyakit atau respon dari
hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan.
Banyak cara untuk
menangani cegukan. Sesuai jenisnya, yaitu cegukan ringan dan cegukan
menetap, maka penanganannya pun dibagi dua. Untuk cegukan ringan, ada
beberapa kiat yang bisa dipakai, antara lain:
1. Meminum air hangat
2.
Tarik dan buang nafas, kemudian tampung di dalam kantong atau kertas
tertutup selama kurang lebih satu menit. Hidung dan mulut masuk ke
dalam kantong tersebut. Maksudnya adalah untuk menahan dan meningkatkan
CO2, sebab menurunnya jumlah CO2 dalam darah bisa menyebabkan cegukan.
Setelah satu menit, Anda bisa beristirahat dan kemudian mengulangnya
kembali.
3. Tidur berbaring dengan kedua lutut ditekuk ke arah perut. Lakukan beberapa saat hingga cegukan hilang.
Pengobatan
lain yang sering dilakukan adalah dengan menahan nafas atau menelan
gula batu. Bisa juga minum air dingin sedikit demi sedikit dan
mengeluarkannya dari sisi gelas yang salah. Semua itu dimaksudkan untuk
mempengaruhi sistem saraf, sehingga menghentikan ritme cegukan.
Tindakan
lain adalah menarik dan mengeluarkan nafas dengan mulut dan hidung yang
berada dalam kantong. Ini berdasarkan pemikiran bahwa karbondioksida
akan meningkat saat kita menarik nafas, sehingga akan menekan aktivitas
saraf di otak yang bertanggungjawab atas terjadinya cegukan.
Adapun
untuk cegukan persistence atau menetap, Bastian menganjurkan untuk
meminum Chlorpromazin. "Obat ini harus dengan resep dokter." Selain
itu, bisa juga dengan Tegretol (sebenarnya untuk obat kejang tapi juga
bisa digunakan). Namun, meski ampuh, kedua obat ini ternyata juga
memiliki efek samping, yaitu menyebabkan kantuk.
"Penggunaan obat
memang cukup manjur, tapi sifatnya hanya menekan gejala cegukan.
Sementara jika seseorang cegukan karena menderita penyakit, misalnya
tumor otak, obat tidak akan berpengaruh," ungkap Bastian. Namun, bukan
berarti setiap orang yang menderita tumor otak akan mengalami cegukan.
"Tergantung letaknya. Yang paling riskan adalah jika terletak di Medula
Oblongata (batang otak)."
Namun, obat-obatan tak selalu
membantu."Kalau cegukan tak juga hilang sampai bertahun-tahun, perlu
dilakukan tindakan bedah, di mana saraf yang menuju diagfragma
dipotong. Bedah ini juga tidak sampai mengganggu pernafasan."
JIKA SI KECIL CEGUKAN
Bayi
juga bisa cegukan. Dan ternyata, menurut Bastian, "Bayi paling sering
mengalami cegukan, apalagi saat menyusu." Untuk mengatasinya, Anda bisa
membaringkan bayi dan dan menekuk kedua kakinya hingga ke arah perut.
Memberi si kecil air hangat juga bisa membantu. "Akan lebih mudah jika
menggunakan dot, karena dot akan merangsang faring atau tenggorokan
supaya membuka," ujar Bastian.
Cegukan pada bayi tak perlu
dicemaskan, kecuali terjadi selama lebih dari sejam. Dalam beberapa
kasus, orangtua dapat memberikan sesendok air hangat atau meminumkan
air hangat. "Bayi memang bisa mengalami cegukan yang menetap, tapi
kemungkinannya sangat kecil," ujarnya.
Selain saat menyusui, pola
makan yang salah dari bayi dapat pula menjadi pemicu terjadinya
cegukan. "Biasanya terjadi pada ibu muda yang belum paham pola makan
yang benar." Oleh karena itu, ada beberapa saran yang bisa Anda ikuti:
Jika ingin memberi makan bayi, sebaiknya sedikit demi sedikit, dan bukan volumenya yang diperbanyak.
Lebih baik mempersering frekuensi makan atau minum daripada memaksakan makan/minum sekali tapi dalam jumlah besar.
Jika bayi cegukan lebih dari sejam, segeralah bawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan.
Usahakan agar saat menyuapi bayi, udara tidak ikut masuk ke faring
(tenggorokan). Oleh karena itu, jangan terburu-buru dan terlalu cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar