Tak seorangpun makhluk ciptaan Allah terlepas dari ujian, cobaan,
musibah oleh Allah Rabbul izzati. Bahwasanya ujian itu pasti berupa
keburukan dan juga kebaikan. Kala keburukan yang datang dahulu, maka
kita harus sabar dan berhudznuzonbillah. Kala kebaikan yang datang maka
kita harus bersyukur agar nikmat tersebut bertambah. Sebagaimana firman
Allah,
Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan (Al Anbiya :35)
Inilah yang terjadi pada diriku.
Panggil saja aku Fatimatul Latiefah, usiaku 22 tahun, berasal dari Solo
Jawa Tengah, yang hijrah ke tempat ini. Sebuah istana tepatnya bernama
‘istana uzlah’ Tangerang. Orang-orang menyebutnya ‘penjara’. Dan karena
suatu kasus akhirnya menyebabkan diriku ‘terdampar’ di sini dengan
takdir Allah.
Sebelum aku masuk ke tempat ini, aku anak
perempuan satu-satunya dari keluargaku. Aku termasuk anak yang manja.
Saat ini aku sudah berada di ‘istana uzlah’ sebuah bangunan dengan
pagar pembatas yang terasing dari dunia luar dengan berbagai peraturan.
Di sinilah sekarang aku berada dan belajar bersabar dan hidup mandiri.
Rasulullah bersabda,
Siapa yang dikehendaki Allah kebaikan padanya, maka Allah akan mengujinya (HR Bukhori)
Tak
mau aku menjadi pribadi yang buruk. Akan kubuktikan bahwa aku kuat,
pantang menyerah, begitulah Allah mengajarkan kepada hamba-hambaNya.
‘Janganlah
kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang
beriman (QS. Ali Imron 139)
Tak kupungkiri, kerapkali aku merasa
sedih karena kesepian karena hampir tak pernah dikunjungi oleh sanak
keluargaku. Bisa dibayangkan Tangerang - Solo jauh sekali. Belum lagi
biaya transport dll. Terakhir kali aku bertemu ibu, lebaran 2010.
Nyaris dua tahun aku tidak bertemu ibuku.
Ketika aku merasa
begitu kesepian, aku mengadu pada Allah. Menangis, merintih. Aku
berdo’a… terus berdo’a. Ketika ada yang membesukku, siapapun ia,
memberi perhatian padaku, hilang kesedihanku seketika. Aku pun merasa
semangat kembali. Kepada Allah kuucapkan puji syukur Alhamduillah…
“Bukankah
Dia (Allah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdo’a kepada-Nya dan menghilangkan segala kesusahan (An
Naml 62)
Ya….hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dengan harap dan cemas.
Bagi
kami, tempat ini bagai tanah keramat. Tidak ada hijab bagi kita dan
Allah dalam do’a. Pertolongan Allah amat dekat, teramat dekat.
Di
sini, ketika kita berbuat jahat, menipu, mengadu domba teman, sudah
pasti akan kena batunya sendiri. Bentuknya bermacam-macam, bisa
nantinya mendapatkan jatuh vonis yang berat, proses sidang yang lama,
remisi (potongan hukuman) sedikit, bisa juga selama hidup di sini tidak
mendapat ketenangan. Semua yang diperoleh tergantung dari perbuatan
kita sendiri. Ini banyak terjadi dalam setiap lapas/rutan manapun.
Aku
sendiri, sedang terus memperbaiki diriku. Berusaha berbuat baik sebagai
bukti penyesalanku atas kesalahan yang pernah aku perbuat dahulu. Aku
takut pada Allah... takut pada adzab-Nya. Tidak bisa kubayangkan bahwa
neraka yang terdangkal adalah api neraka yang mendidihkan otak dari
bawah sampai atas…
Aku pun mencoba menikmati ujian ini sebagai
bentuk kasih sayang Allah kepadaku. Aku berusaha mengubah ujian ini,
dari kesedihan menjadi kenikmatan yang jarang didapat oleh orang lain.
Aku ingin mendapatkan pahala dariNya, aku ingin Allah meninggikan
derajatku dan memperoleh rahmatNya…, yakni surga yang kekal. Tidak ada
kesedihan, air mata, resah dan gelisah, sakit dll. Yang ada hanya
kebahagiaan bertemu dengan Rabb ku…
“Mereka itu akan diberi
balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka
dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka
kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat
kediaman” (Al Furqon 75-77)
Semua peristiwa yang aku alami ini
adalah kehendak-Nya. Aku berada di sini karena perbuatanku sendiri.
Meskipun aku menangis darah, yang lalu takkan bisa diulang kembali.
Yang bisa kulakukan di sekarang adalah memohon ampun pada Allah atas
semua perbuatanku yang melampaui batas dan bertaqarrub padaNya.
Ini
adalah hukuman Allah atas pembangkangan yang kulakukan padaNya… juga
sebagai penghapus dosa-dosaku sehingga demikian di akhirat nanti ada
dosa yang tidak diperhitungkan lagi karena hukuman sudah ditunaikan
Allah di dunia.. dan sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah
Rosulullah bersabda,
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, maka didahulukan baginya
hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus
dosa-dosanya) dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hambaNya, maka
Dia akan menahan darinya/membiarkannya dengan dosa-dosanya sehingga
(dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat (HR.Tirmidzi)
Dalam
istana uzlah ini aku dan berusaha memafaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Allah memberikan kami waktu 24 jam, SAMA antara yang di
luar dan di dalam penjara. Selama di sini aku menghafalkan ayat-ayat Al
Qur’an, belajar menyulam dan menulis. Kelak, bila aku bebas, dengan
izin Allah aku bisa menjadi lebih baik lagi, menata hidup kembali dan
senantiasa lebih berhati-hati dalam bertindak.
Aku anggap saja
sedang berada di pesantren. Aku hanya terhalang pintu portir yang besar
yang membatasi dunia. Di sini toh masih bisa berkarya dan memperbaiki
diri. Allah Maha adil,… Allah tidak akan menyia-nyiakan segala sesuatu
yang terjadi.
Bagaimanapun , aku bersyukur tatkala masih banyak
saudara-saudara yang hidup di bantaran sungai, di bawah kolong
jembatan, di bak sampah, mereka bahkan seharian mengais rizki dan tak
jarang makan sehari satu kali. Sedangkan aku dan teman-temanku di sini?
Kami makan sehari tiga kali dengan lauk yang sehat tanpa harus
bersusah-payah. Apakah dengan begitu masih juga tidak ada rasa syukur
di hatiku…?
Ya Allah,, mengapa terkadang aku lalai akan nikmatMu…
Ampunilah aku… tak kurangkah udara yang gratis ini.. tak kurangkah pakaian, minuman, makanan, yang telah engkau limpahkan ini…
Pantaskah aku mengeluh…pantaskah aku bersedih… astagfirullah…astaghfirullah…astaghfirullah…
Terkadang
aku malu sendiri bila berdoa pada Allah meminta diberikan kesabaran,
kebahagiaan, meminta Allah menjauhkan aku dari kesedihan dan
penderitaan . Karena sesungguhnya, kesabaran diperoleh dari ketabahan
dalam menghadapi cobaan. Allah tidak memberikan kesabaran sampai aku
meraihnya sendiri. Pun dengan kebahagiaan. Allah memberiku keberkahan
dan hikmah. Kebahagiaan tergantung pada diriku sendiri. Dan
sesungguhnya kesedihan dan penderitaan yang Allah berikan untukku,
menjauhkan aku dari jerat duniawi dan mendekatkanmu padaku pada-Nya…
Tak
terasa… sudah bertahun-tahun lamanya aku menimba ilmu di tempat ini…
Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Aku tahu bahwa setelah kesulitan
ada kemudahan. Setiap yang lapar pasti akan kenyang, setiap yang
terpenjara pasti akan terbebas. Dan waktu yang kutunggu-tunggu sebentar
lagi, insyaAllah, 9 bulan lagi, aku akan terbebas…
Inilah
pengalaman hidupku.. Insya Allah aku akan bermetamorfosis dari wanita
yang manja dan pernah tidak berhati-hati dalam bertindak menjadi wanita
shalihah... Insya Allah…
Ya Rabbi berilah petunjuk pada kami. Istiqomahkanlah kami jalanMu hingga akhir!!! Amin ya Rabbal’alamin…
PS: kisah seorang narapidana di lapas wanita Tangerang - 2011-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar