Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian
para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal
menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa
terkungkung dalam 'kegelapan' dan masih meyakini bahwa bumi itu datar,
para sarjana Muslim pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar
seperti bola.
Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat
pada abad ke-16 M. Adalah Nicoulas Copernicus yang mencetuskannya. Di
tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia
melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan
bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan
pertama yang menggulirkan terori bumi bulat.
Klaim Barat selama
berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat
bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu.
Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak
terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan sains
sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran
ilmuwan Muslim dari abad ke-11 hingga 15 M.
Hasil penelitian
yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University of Beirut
menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus
untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para
astronom Islam –dua atau tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata
banyak terpengaruh oleh astronom Muslim seperti Ibn al-Shatir (wafat
1375), Mu'ayyad al-Din al-'Urdi (wafat 1266) dan Nasir al-Din al-Tusi
(wafat 1274).
Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina
yang lebih dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya
meyakini bahwa bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah
keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad ke-17 M – setelah
berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming. Sejak abad itulah, melalui
risalah yang ditulis Xiong Ming-yu berjudul Ge Chi Cao wacana bentuk
bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu.
***
Beberapa
abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk bumi
bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan
Khalifah Al-Ma'mun, pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
beserta para astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak
hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga mampu mengukur volume
dan keliling bumi.
Saat itu, para astronom Muslim menyatakan
bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu mil atau 38,6 ribu kilometer.
Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 itu hampir akurat. Sebab,
hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di
era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin
belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu.
Atas
permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh itu, para astronom Muslim sukses
mengukur jarak antara Tadmur (Palmyra) hingga Al-Raqqah di Suriah.
Para sarjana Muslim itu menemukan fakta bahwa kedua kota itu ternyata
hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan jarak kedua kota
itu mencapai 66 2/3 mil.
***
Pada
abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al-Biruni (973-1048)
juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai
6339,6 kilometer. Hal pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer
dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu, Al-Biruni mengembangkan
metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan
pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak gunung.
Teori
bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan
kartografer (pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M, Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al-Idrisi Ash-Sharif. Pada tahun 1154 M, Al-Idrisi –
ilmuwan dari Cordoba -- secara gemilang sukses membuat peta bola bumi
alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat
sekitar 400 kilogram.
Dalam globe itu, Al-Idrisi menggambarkan
enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai,
kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang
dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan
tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya,
Al-Idrisi pun menulis buku berjudul Al- Kitab al-Rujari atau Buku Roger
yang didedikasikan untuk sang raja.
***
Penjelajah
asal Spanyol, Cristhoper Columbus pun membuktikan kebenaran teori yang
diungkapkan Al-Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al-Idrisi, Columbus
mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya 'New World'. Padahal, bagi para penjelajah Muslim benua itu bukanlah dunia
baru, karena telah disinggahinya beberapa abad sebelum Columbus. Dalam
ekspedisi yang dilakukannya itulah, Columbus meyakini bahwa bentuk bumi
adalah bulat.
Secara resmi, para sarjana Muslim telah
mengelaurkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijma tentang bentuk bumi
bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069),
Ibnu Al-Jawi (wafat 1200) dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328). Penegasan
ketika tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan penemuan
yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.
Secara sepakat,
Abul-Hasan ibnu al-Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, and Abul-Faraj Ibnu
Al-Jawzi telah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bundar
(istidaaratul-aflaak). Ibnu Taimiyah melandaskannya pada Alquran surat
Az-Zumar ayat 5. Allah SWT berfirman: "...Dia memutarkan malam atas
siang dan memutarkan siang atas malam..."
Selain itu, para
ulama juga berpegang pada Surat Al-Anbiyaa ayat 33. Allah SWT
berfirman,” Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di dalam
garis edarnya.” Kata “falak' dalam ayat itu, menurut para ulama,
berarti bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa
bentuk bumi bulat seperti bola.
Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan Abu Ya'la dalam karyanya berjudul Tabaqatal-Hanabilah.
Dalam kitab itu, Abu Ya'la mengutip sebuah ijma para ulama Muslim yang
bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijma itu diungkapkan oleh
generasi kedua – murid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ilmuwan
terkemuka Ibnu Khaldun (wafat 1406) dalam kitabnya yang fenomenal
berjudul Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola.
Pendapat itu diperkuat oleh Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam al-Fishol fil Milal wan Nihal.
Menurutnya, tak ada satupun dari 'ulama kaum muslimin -- semoga Allah
meridhoi mereka -- yang mengingkari bahwa Bumi itu bundar dan tidak
dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka.
Dengan
meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim kemudian
menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik
di bumi ke Makkah. Melalui cara itulah, arah kiblat ditentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar