Tugas utama Rasulullah SAW adalah mengubah umat manusia menjadi insan
‘abid, saleh, dan mushlih (mampu melakukan perbaikan). Fokus
pembinaannya dalam empat hal, yaitu menanamkan akidah, penyucian jiwa,
mengajarkan Alquran dan hadis, serta membina keterampilan umat (QS
al-Jumuah: 2).
Beliau telah melakukan tugasnya dengan sempurna
sehingga generasi sahabat adalah generasi terbaik sebagaimana
disabdakan, “Sebaik-baik abad adalah abad generasiku.’’ (HR Al Bukhari
dan Ibnu Hibban). (Lihat QS at-Taubah: 100). Dalam memperbaiki
perilaku bangsa Arab jahiliah, Rasulullah menggunakan beberapa cara
mujarab.
Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada
Allah SWT. Keimanan ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan
bertawakal kepada-Nya merupakan sendi untuk menjadikan hidup kita dalam
kerangka ibadah kepada-Nya (lihat QS adz-Dariyat 56). Corak kehidupan
Muslim seperti ini dijelaskan dalam QS al-An’am ayat 162.
Kedua,
menanamkan ketakwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada (HR Ahmad dan
Turmudzi) dan beliau menjelaskan bahwa tempat takwa adalah hati (HR
Muslim). Ketakwaan akan mengingatkan kita saat digoda iblis (QS
al-A’raf 201).
Bila ketakwaan sudah menguasai hati, akhlak
seseorang akan menjadi sangat mulia.
Ketiga, menanamkan keikhlasan
dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini dalam QS az-Zumar ayat
1 dan al-Bayyinah ayat 5. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal itu
tergantung niatnya.’’(HR Bukhari).
Beliau juga menyuruh kita
agar mewaspadai riya seraya bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku
takuti pada kamu sekalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘apakah
syirik kecil itu?’ Beliau menjawab, ‘riya’.” (HR Ahmad).
Keempat, zuhud
dan selalu mengingat akhirat.
Rasulullah mengingatkan para
sahabat dengan akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari
dunia. Beliau bersabda, “Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan,
yakni kematian (HR Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Kelima,
Rasulullah mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan
mempelajarinya.
Abu Abdurrrahman as-Sulami berkata,
“Sahabat-sahabat Nabi yang membacakan Alquran kepada kami meriwayatkan
bahwa mereka mempelajari 10 ayat dari Nabi dan belum mengambil 10 ayat
yang lainnya sebelum memahami dan mengamalkannya. Lalu mereka berkata,
“Kami mengetahui dulu ilmunya, lalu mengamalkannya.’’ ( HR Ahmad dan
lainnya).
Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu
paling terdepan mempraktikkan akhlak mulia sesuai dengan firman Allah
dalam QS al-Ahzab:21 sebagai teladan beliau berada di atas akhlak yang
agung (QS al-Qalam: 4).
Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap yang
positif.
Nabi bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang plinplan
lalu berkata, bila manusia baik, maka kami ikut baik, dan bila mereka
zalim, kami pun ikut. Akan tetapi, bentengilah dirimu, bila manusia
baik, kamu harus berbuat baik, dan bila mereka jahat, janganlah ikuti
kejahatan mereka.’’(HR at-Turmudzi).
Kedelapan, memperhatikan
kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan secara
berkesinambungan. Beliau selalu berbicara dengan setiap orang sesuai
dengan kondisi mukhothob.
Kesembilan, mengikutsertakan orang lain dalam
melakukan perubahan dan menyiapkan ahli di bidang tertentu.
Rasulullah
pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.’’ (HR
al-Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa kewajiban untuk menyampaikan
ajaran Alquran bukan hanya bagi Rasulullah, melainkan setiap Muslim
wajib menyampaikannya.
Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah,
seperti dengan membuat perumpamaan, bercerita, diskusi, ataupun
menggambar agar tidak muncul kebosanan dalam diri para sahabat. Semoga
kita bisa meneladani Rasulullah.
mantap postingannya,,,
BalasHapushttp://www.pgsduntirta.co.cc/
nitip link mas