Pernikahan,
adalah momen penting bagi setiap orang. Termasuk juga bagiku. Setelah
sekian lama, aku berharap kejadian sakral itu segera terjadi dalam
hidupku.
Aku benar- benar ingin menikah, tapi...
Aku
belum bisa memantaskan diriku dengan keikhlasan karena Allah, untuk
sebuah pengabdian kepada seorang laki- laki. Ya, laki- laki yang
nantinya akan menjadi suamiku. Semua karena masih besarnya egoku, dan
susahnya diriku, bahkan untuk sekedar menyenangkan orang lain. Yang ada
malah, aku ingin selalu dimanjakan dan disenangkan. Tak ada istilah
kemakluman bagiku atas diri orang lain. Karena itu sungguh sangatlah
sulit untuk ku lakukan. Tidak ada istilah `kita` dalam hidupku, yang ada
adalah, kamu dan aku.
Aku
ingin menikah, tapi... aku belum bisa dan belum terbiasa untuk berbagi.
Bagiku, semua milikku adalah milikku, dan menurutku orang lainpun harus
berusaha sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang kemudian akan menjadi
milik mereka.
Aku
ingin menikah, tapi...aku belum bisa bersabar. Aku terbiasa mengumbar
emosiku atas apapun yang aku mau dan yang aku suka. Yang aku mau adalah,
justru orang lain bersabar atas apa adanya aku. Yang aku mau adalah,
orang lain selalu membenarkan apapun pendapatku, serta menurutinya.
Aku
ingin menikah, Tapi... aku belum bisa bersikap lembut. Buatku, lembut
adalah lemah. Dan menurutku, wanita lembut adalah identik dengan ketidak
mampuan mereka untuk melawan dan hanya sekedar menuruti keinginan orang
lain.
Aku
ingin menikah, tapi...aku adalah pribadi yang susah dipercaya. Bagiku
kejelekan siapapun, kecuali diriku sendiri adalah sesuatu yang enak
untuk dibicarakan dan bagiku itu adalah hiburan. Kadang aku bertanya
pada diri sendiri, lalu bagaimana jika nanti suamiku memiliki kekurangan
yang jelas- jelas aku akan tahu.. entahlah, yang aku tahu aku hanya
ingin menikah.
Aku
ingin menikah, Tapi aku belum bisa tampil indah bagi orang lain.
Menurutku, orang lain harus menerima apa adanya aku. Jika mereka tak
menyukainya, itu hak mereka dan bukan urusanku. Dalam pikiranku, kritik
adalah tuntutan orang lain atas aku, dan sama sekali aku tidak suka itu.
Aku
ingin menikah, tapi aku tak tahu atas niatan apa aku ingin menikah.
Yang aku tahu, aku hanya membutuhkan seseorang yang akan mendampingi
aku. Paling tidak supaya aku tidak mendapat julukan `tidak laku`.. saja.
Dan aku tidak mau diribetkan dengan rentetan tuntutan dan kewajiban
dari sebuah pernikahan. Yang aku tahu, aku hanya ingin menikah.
Aku
ingin menikah, tapi...mungkin sebaiknya aku bertanya kepada diriku
sendiri dahulu, Aku memang ingin menikah, tapi apakah aku sudah benar-
benar mempersiapkan diri untuk menikah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar