Ini adalah nasehat yang pernah
diberikan Umamah binti Al Harist kepada
putrinya menjelang menjelang pernikahannya, yang didalamnya dia menjelaskan
dasar-dasar kehidupan suami istri yang penuh kebahagiaan.
Dia berkata, “Wahai putriku!
Sesungguhnya jika nasehat ini kutinggalkan hanya bgimu saja. Tetapi ini
merupakan peringatan bagi orang lalai dan pertolongan bagi orang yang berakal.
Andai kata seorang wanita tidak
membutuhkan suami karena kekayaan orang tuanya dan karena kecintaan keduanya
pada dirinya, maka akulah orang yang tidak membutuhkan suami. Tetapi wanita itu
diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki diciptakan untuk wanita.
Wahai putriku!
Engkau akan berpisah dengan rumah
yang pernah menyatu denganmu dan meninggalkan sarang yang pernah membesarkanmu,
menuju sarang yang belum engkau kenali dan pendamping yang belum pernah dekat
denganmu. Dengan kekuasannya dia akan menjadi pengawas atas dirimu dan orang
yang menguasaimu. Maka jadilah diri sebagai budaknya, niscaya dia akan menjadi
hamba yang patuh bagimu. Jagalah sepuluh perkara, niscaya akan menjadi simpanan
bagimu, yaitu:
1 & 2:
Tunduk kepadanya dengan penuh kerelaan, mendengar dan taat kepadanya dengan
cara yang baik.
3 & 4:
Memperhatikan sasaran mata dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihat sesuatu
yang buruk pada dirimu dan jangan sampai dia mencium bau yang tidak sedap dari
dirimu.
5 & 6:
Memperhatikan waktu tidur dan makannya. Karena rasa lapar yang melilit itu bisa
membara dan rasa kantuk bisa membakar amarah.
7 & 8:
Menjagahartanya, memperhatikan kerabat dan saudara-saudaranya. Kemampuan dalam
menjaga harta adalah mengukurnya dengan cara yang baik dan kemampuan mejaga
saudara adalah mengurus dengan cara yang baik.
9& 10:
Janganlah membangkang perintahnya dan jangan membocorkan rahasianya. Sebab jika
engkau menyalahi perintahnya, berarti engkau telah membakar dadanya, dan jika
engkau membocorkan rahasianya, maka engkau tidak akan aman dari
pengkhianatannya.
Kemudian engkau janganlah
memperlihatkan kegembiraan didepannya jika dia sedang bersedih, dan janganlah
memperlihatkan kemuraman jika dia sedang gembira.
Dan Adullah Bin Ja’far juga
menasehati putrinya, dengan berkata, “Jangan mudah cemburu, karena cemburu itu
kunci perceraian. Janganlah banyak mencela, karena mencaci itu hanya membuahkan
kebencian. Hendaklah engkau memakai celak, karena celak itu hiasan yang paling
indah. Minyak wangi yang paling harum adalah air.”
Abu Darda’ menasehati istrinya
dengan berkata, ”Jika engkau melihat diriku sedang marah, maka redakanlah, dan
jika aku melihatmu sedang marah, maka akupun akan meredakannya. Jika tidak,
maka kita tidaka akan bisa hidup rukun.”
Seseorang berkata pada istrinya, “Ambil
permintaan maafku, niscaya rasa cintaku akan bersemi abadi. Jangan banyakbicara
jika aku sedang murka. Janganlah engkau mematukku walau sekalipun, karena
engkau tidak tau apa yang ada dibalik tabir. Jangan banyak mengeluh, yang
membuat kekuatanmu sirna dan hatikupun tidak menyukauinya. Sementara hati itu
mudah berubah-ubah. Sesungguhnya aku melihat cinta itu ada dihati dan cobaan.
Jika keduanya menyatu, maka cinta tidak akan sirna.”
Asma’ binti Kharijah Al
Fazzariyah menasehati putrinya dengan berkata, “Wahai putriku! Engkau akan
keluar dari sarang yang telah membesarkanmu, menuju ketempat tidur yang belum
engkau kenali dan pendamping yang belum pernah bersanding denganmu. Maka
jadilah bumi baginya, niuscaya dia akan menjadi langit bagimu. Jadilah ayunan
baginya, niscaya dia akan menjadi sendi bagimu. Jadilah budak baginya, niscaya
dia akan menjadi hambamu. Janganlah memaksa niscaya dia akan membencimu.
Janganlah engkau menjauhinya. Jika dia mendekatimu, makasemakin mendekatlah
padanya. Jika dia menghindarimu, maka ajuhilah dia. Jagalah hidung, pendengaran
dan matanya. Janganlah dia mencium darimu kecuali yang harum. Janganlah
mendengar darimu kecuali perkataan yang baik-baik, dan janganlah memandang
darimu kecuali yang indah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar