Dalam pandangan Islam, do’a menempati posisi yang sangat penting. Do’a dan usaha bagaikan dua sisi mata uang yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Tidak ada yang satu tanpa adanya yang lain. Tidak akan sukses dan barokah suatu usaha tanpa disertai do’a, dan tidak berguna do’a tanpa diiringi usaha dan kerja keras. Pendek kata, do’a dan usaha harus selalu seiring, sejalan dan seirama untuk saling melengkapi. Semakin banyak permintaan yang disampaikan seseorang dalam do’anya, maka semakin keras pula usaha dan kerja yang mesti dilakukannya. Pekerjaannya harus sesuai dengan isi do’anya. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar dan rumit usaha dan kerja seseorang, maka hendaknya semakin khusyu’, tawadhu’ dan tadhorru’ pula dalam do’a yang harus dilakukannya.
Sedemikian pentingnya do’a, sehingga Al-Qur’anul karim dibuka dan ditutup dengan surat-surat yang sarat dengan rangkaian do’a, yakni Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas. Setelah dibuka dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan pujian atas keagungan dan kemuliaan-Nya, Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan rangkaian do’a. Isinya harapan agar kita diberikan petunjuk kejalan ‘mustaqiim’ (yaitu jalan/agama yang lurus, benar) serta terhindar dari jalan ‘maghdhubi’ yakni jalan orang-orang yang dimurkai Alloh (yaitu jalan/agama Yahudi) maupun jalan ‘dhoolliin’yakni jalan orang-orang yang tersesat (yaitu jalan/agama Nasroni). Sedangkan Surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas, berisi permohonan kepada Alloh agar kita senantiasa terbebas dari godaan, gangguan syaithon; manusia dan jin.
Setidak-tidaknya ada tiga alasan mengapa do’a dianggap begitu penting dalam pandangan Islam.
Pertama, do’a adalah refleksi pengakuan manusia atas kelemahan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Betapapun manusia diciptakan Alloh dalam sebaik-baiknya penciptaan ‘fii ahsani taqwiim’ dan diangkat sebagai kholifah Alloh di muka bumi, namun manusia tetaplah manusia sebagai makhluk yang lemah, dhzolim dan jahil. Setiap insan, ketika dilahirkan ke dunia dari rahim ibunya, dalam keadaan bodoh, lemah, dan papa. Ia bodoh, karena ia tak bisa dan tak tahu apa-apa selain menangis. Ia lemah lantaran tak bisa mengurus dirinya sendiri seperti; makan, minum, dan membersihkan diri, berpakaian tanpa bantuan dari ibunya atau orang lain. Ia papa/miskin sebab ia tidak punya apa-apa, selain jasadnya yang telanjang tanpa sehelai benang.
Jadi, manusia mulia karena ia dimuliakan oleh Alloh. Kita menjadi pintar dan berilmu karena dibekali Alloh akal yang cerdas. Kita menjadi sehat, kuat dan berotot lantaran mendapat suplai udara bersih dan asupan makanan bergizi yang disediakan Alloh di darat, di laut dan di udara. Manusia menjadi kaya dan berpunya disebabkan kucuran dana segar berupa rezeki yang melimpah dari Allah. Artinya, segala kecerdasan, kekuatan, kekayaan dan ketinggian derajat manusia bukan datang dari dirinya sendiri, tapi karena ‘rohmat’ kasih sayang Alloh kepada manusia. Maka, sekuat, sekaya, sekuasa dan sepintar apapun manusia, pada hakekatnya ia tetaplah makhluk yang lemah. Ia tidak akan pernah mampu mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapinya sendirian. Ia membutuhkan bantuan kekuatan lain, terutama bantuan Alloh Ta’laa.
Kedua, do’a adalah wujud pengakuan manusia akan adanya kekuatan lain di luar dirinya yang Maha Aziiz, Maha Qodiir, dll, yakni Allahu Subhaanahu Wa Ta’alaa. Dengan kata lain, do’a adalah cermin ketundukan dan kepasrahan seorang hamba kepada Alloh. Karena itu, do’a merupakan bagian dari ibadah (pengabdian seorang hamba kepada Allah). Berdo’a bermakna seseorangtelah secara sadar menempatkan dirinya sebagai hamba Alloh Ta’alaa.
Ketiga, do’a merupakan kebutuhan manusia. Seperti halnya makanan, minuman, pakaian, ilmu yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan akal manusia, do’a juga merupakan kebutuhan bathiniyah insan. Dengan berdo’a, manusia bukan saja mempunyai media dan sarana curhat, tapi juga dapat membangkitkan harapan dan optimisme. Itulah sebabnya, Rasulullahi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam menyebut do’a sebagai ‘saiful mu’miniin’ pedang/senjata orang-orang iman. Karenanya seluruh kehidupan manusia selama 24 jam, sehari dan semalam penuh selalu dengan do’a-do’a. Mulai dari do’a masuk rumah sampai dengan do’a minta keamanan hingga upaya agar do’a cepat terkabul. Dengan melantunkan do’a pada segala aktivitas hidup sehari-hari, kita telah melakukan dua kebaikan sekaligus. Pertama, memuaskan dahaga bathiniah kita yang selalu mendambakan kelancaran, kebarokahan dan keselamatan. Kedua, beribadah (mengabdi) kepada Alloh.
Maka, berbeda dengan manusia, betapapun baik dan dermawannya yang kerap merasa kesal bila diminta terus menerus, Alloh Ta’alaa justru mencintai hamba-Nya yang rajin berdo’a. “Semakin sering kita berdo’a kepada Allah, maka Alloh semakin sayang kepada kita. Sebaliknya, mereka yang enggan berdo’a kepada-Nya dinilai-Nya sebagai orang yang sombong dan takabur”. Sebagaimana Allah Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’min, No. Surat: 40, Ayat: 60, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan Tuhan kamu sekalian berfirman: "Berdoalah kamu sekalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [yang dimaksud dengan menyombongkan diri dari menyembah-Ku di sini ialah tidak mau berdoa kepada-Ku] maka ia akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Untuk mendorong dan merangsang manusia berdo’a kepada-Nya, Alloh Ta’alaa menegaskan betapa sangat dekatnya Dia dengan kita dan Dia akan mengabulkan permohonan seorang hamba yang berdo’a kepada-Nya, terlebih yang berdo’a itu adalah orang yang teraniaya dari mukmin atau kafir, maka Alloh akan mengijabah do’anya, walaupun sudah setahun yang lalu.
Allah Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh, No. Surat: 2, Ayat: 186, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar