Allah
adalah Dzat yang menyedikan rezeki. Semua mahluk mencari
makanan-minuman hanya mengikuti naluri untuk mengenyangkan perut, dan
membuat sarang hanya untuk mengikuti naluri melindungi dari panas
matahari, hujan dan angin. Kecuali manusia.
Manusia
beda. Rezeki tidak pernah dicari sekedar untuk mengenyangkan perut.
Tetapi dikumpulkannya. Ditumpuknya. Diakumulasi. Bru di juru bro di
panto ngalayah di tengah imah – ditumpuk di sudut ditumpuk di pintu
bertebaran di tengah rumah. Hanya Tarzan yang tinggal di rumah pohon.
Sedangkan manusia Indonesia lainnya minimal tinggal di BTN tipe 21.
Ketika rezeki sandang-pangan-papan pakaian-makanan-rumah sudah berlebih, itulah kira-kira definisi dari yang namanya “harta”.
Wailul
likulli humazatil lumazah – neraka weil bagi yang menumpuk harta;
allatii jama’alaw wa ‘addadah – yaitu yang menumpuk harta dan
menghitung-hitungnya; yahsabu anna maalahuu akhladahu – menyangka
sesungguhnya hartanya akan kekal.
Semua juga tahu, bahwa harta itu tidak akan kekal. Tapi kenapa manusia terus mencari harta? Ingin menjadi kaya-raya, sih?
Tidak
terhitung contoh bagaimana manusia berlomba-lomba mencari harta. Tidak
bisa dengan cara halal, cara haram pun ditempuh. Dalam skala individu,
skala keluarga, skala masyarakat, bahkan skala negara. Harta terus
diburu.
Tahun 2003 boleh saja Majalah Forbes menyebutkan Bill
Gates sebagai orang terkaya di dunia. Tapi siapa yang bisa mengalahkan
harta Saddam Hussein pemimpin negeri petrodollar Irak yang kaya minyak
yang toh tahun 1990 masih sempat-sempatnya menyerbu negara petrodollar
Kuwait?.
Mengapa manusia, tidak seperti mahluk lainnya, terus memburu harta?
Jangan
heran, sebab sesuai bunyi sebuah hadits, jika kepada Anak Adam
diberikan satu jurang dari emas, maka dia akan mencari jurang kedua.
Itulah manusia. Sudah dapat sejengkal mau sehasta. Sudah dapat sehasta
mau sedepa.
Tsalabah adalah contoh manusia super miskin harta.
Solat berjamaahnya bersama Nabi selang-seling: subuh ke mesjid, dzuhur
absen, ashar ke mesjid, maghrib absen, dst. Selidik punya selidik
dengan ‘pola sholat berjamaah’ yang aneh seperti itu, ternyata Tsalabah
hanya punya 1 kain, sehingga harus gantian dengan isterinya datang
sholat berjamaah ke masjid. Saat yang satu ke mesjid, yang satu harus
tinggal di rumah. Bugil. Masya Allah.
Qorun, di bahasa
Indonesiakan menjadi Karun, yang hidup di zaman Nabi Musa adalah contoh
manusia super kaya harta. Sampai-sampai kunci gudangnya saja, saking
banyaknya, dipikul 7 orang tidak mampu.
Tsalabah-Qorun adalah
contoh ekstrim kaya-miskin. Qorun jelas melimpah hartanya. Sampai
sekarang siapa saja yang menemukan harta terpendam, dinamakan menemukan
Harta Karun. Bagaimana dengan Tsalabah? Apakah ia mempunyai harta?
Dengan mengambil definisi diatas, ya. Tsalabah memiliki harta. Harta
Tsalabah adalah sepotong kain.
Apakah tidak boleh mencari harta? Tentu saja harus.
Harta
itu tergantung siapa pemiliknya. Jika pemiliknya orang jahat, dengan
harta yang dimilikinya akan semakin jahat. Jika pemiliknya orang pelit,
dengan harta yang dimilikinya akan semakin menjadi pelit. Sebaliknya,
jika pemiliknya orang baik, dengan harta yang dimilikinya akan semakin
menjadi orang baik, generous, dermawan. Begitu kata guru investor dunia
abad ini Robert Kiyosaki penulis buku “Rich Dad Poor Dad” dan pencipta
“Cash Flow Quadrant”.
Dengan pendekatan yang sama, jika harta
dimiliki orang saleh, maka akan semakin bertambah pula salehnya. Saat
akan berangkat perang, Nabi menanyakan siapa yang sanggup shodaqoh
untuk keperluan logistik? Lalu Utsman menyerahkan 400 unta lengkap
dengan peralatan perangnya. Masya Allah.
Burung Dalam Sangkar
Manusia
ibaratnya burung yang dimasukkan kedalam sangkar. Umurnya dibatasi
rata-rata 63 tahun. Setelah itu burung akan dikeluarkan dari sangkar
untuk selamanya. Sama sekali tidak ada kesempatan untuk kembali masuk
lagi.
Selama di dalam sangkar, burung diberi makanan dari luar
sangkar. Sebagian burung ada yang melahap habis makanannya, sebagian
lagi ada makanan yang dilempar oleh burung itu kembali ke luar sangkar.
Apa yang terjadi ketika burung keluar sangkar?
Bagi
burung yang memakan habis semua makanan saat didalam sangkar, ketika
keluar sangkar ya tidak punya apa-apa. Sebaliknya, bagi burung yang
mengirim balik rezekinya keluar sangkar, ketika di luar sangkar akan
menemukan makanan, bahkan berlipat-lipat.
Burung adalah
perumpamaan ‘manusia’. Sangkar adalah ‘alam fana’. Diluar sangkar
adalah ‘alam baqa’. Saat keluar dari sangkar adalah ‘kematian’. Makanan
adalah ‘rezeki’, atau dalam arti yang lebih luas: ‘harta’. Mengirim
balik makanan keluar sangkar artinya ‘infaq-shodaqoh.
Jadi
manusia yang sebagian rezekinya dikeluarkan untuk infaq-shodaqoh, maka
di akhirat akan kaya raya. Sedangkan manusia yang tidak atau minim
infaq-shodaqoh makan di akhirat nanti akan miskin.
Dari
perumpamaan diatas, nampak bahwa harta yang dihabiskan selama hidup
adalah harta sementara alias temporer alias ‘harta fana’, sedangkan
harta yang di infaq-shodaqoh kan adalah harta permanen, harta abadi,
‘harta baqa’.
Harta Bekal Jihad Penukar Sorga
Didalam
As-Shof Alloh berfirman: Hai orang-orang yang beriman, maukah kalian
Aku tunjukkan dengan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari
api neraka? Inilah caranya:
tu-minunna billaahi warosuulihi – berimanlah kepada Alloh dan Rosul-Nya;
wa tujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalukum wa anfusakum – dan berjihadlah di jalan Alloh dengan harta dan diri.
Di
ayat itu amwaal alias ‘harta’ disebut lebih duluan dari anfus alias
‘diri’. Jadi bukan sebaliknya. Jihad tidak bisa hanya badan telanjang
bulat. Minimal memakai baju. Membawa perbekalan. Kalau zaman dulu
syi’ar Islam dengan naik unta membawa pedang. Kalau sekarang amar
ma’ruf nahi munkar naik angkot membawa tas berisi Al-Quran dan
Al-Hadits, dan handphone.
Simak firman Alloh berikut:
al-jannatu daarii – sorga adalah desa-Ku;
al-maalu maali – harta adalah harta-Ku;
fasytarul jannata bi-maalii – maka tukarkanlah sorga-Ku dengan harta-Ku.
Mestinya
bulu roma berdiri bagi yang pertama mendengar hadits qudsi diatas.
Betapa tidak? Surga punya Allah. Harta punya Allah. Tukarkan harta
punya Allah dengan sorga punya Allah. Jadi modal manusia apa? Modal
dengkul, bukan?
Apakah Alloh perlu bantuan? Ya. Fiman Alloh: man
tuqridullooha qordon hasanan – barangsiapa yang meminjamkan hartanya
kepada Alloh dengan pinjaman yang baik, maka Alloh akan
melipat-gandakannya.
Di hadits qudsi disebutkan Alloh berfirman:
Anfiq unfiq ‘alaika – berinfaqlah engkau kepada-Ku maka Aku akan
memberi infaq kepadamu.
Mencari Harta
Masih
kata Kiyosaki, ada 3 cara mendapatkan harta. Pertama, menjadi anak
orang kaya. Ini sulit, karena punya orang tua kaya itu diluar kendali
anak. Kedua, kawin dengan anak orang kaya. Ini juga sulit, karena anak
orang kaya biasanya idem, maunya kawin dengan anak orang kaya, yang
level. Yang mungkin lebih mudah adalah kawin dengan duda kaya, atau
janda kaya. Ketiga, bekerja keras.
Cara ketiga itu juga sesuai
dengan ilmu yang diajarkan di pesantren: kerja mengpeng tirakat banter
mujhid-muzhid. Sholat dhuha. Memperbanyak do’a minta rezeki yang
halalan thoyyiban.
Ya Allah jika rezeki masih tergantung di
langit, turunkanlah. Dan jika masih terpendam di dalam bumi
keluarkanlah. Dan jika masih susah, maka mudahkanlah. Dan jika masih
kotor, bersihkanlah.
Alloohumma in kaana rizqi fis samaa-i fa
anzilhu. Wa in kaana fil ardli fa akhrijhu. Wa in kaana mu’shiron fa
yassirhu. Wa in kaana harooman fsathohhirhu.
Ada banyak sekali
do’a baik dari Al-Quran maupun dari Al-Hadits tentang meminta rezeki.
Tinggal mengamalkannya saja. Sambil kerja keras.
Manusia
mati hanya dibungkus kain kafan. Semua akan ditinggalkan untuk ahli
warisnya. Harta dibagai sesuai ilmu faroidl. Hutang dibagi sesuai
kesepakatan, siapa ahli waris yang mampu.
Harta yang akan dibawa
menjadi bekal di akhirat, bukanlah harta yang ditinggalkan, tetapi
pertama, harta yang di infaq-sodaqoh kan semasa hidup, kedua, harta
yang dipakai sampai rusak.
Suatu ketika seorang sohabat shodaqoh
dan diletakkan di mesjid. Sohabat tersebut kemudian mengamati dari
jauh. Eh, ternyata yang mengambil shodaqohnya itu seorang maling.
Dengan perasaan tidak nyaman, keesokan harinya dia kembali meletakkan
shodaqohnya di mesjid, dengan harapan diambil orang miskin. Eh, tenyata
yang mengambil shodaqohnya bahkan lebih gawat lagi: seorang PSK!
Merasa
kecewa shodaqohnya tersalur ke manusia-manusia seperti itu, dengan lesu
sohabat tadi lalu lapor kepada Nabi. Bagaimana jawaban Nabi? Ternyata
shodaqohnya diterima. Itulah harta abadi yang akan diperolehnya kembali
di akhirat nanti.
Baju atau barang yang dipakai sampai hancur, itulah harta yang akan ketemu menjadi miliknya di akhirat.
Bagaimana
dengan hadiah? Hadiah termasuk shodaqoh. Jadi jangan pernah menolak
pemberian, demi memberi kesempatan kepada yang memberikan untuk
memperolehnya kembali di akhirat, sebagai hartanya yang abadi.
***
Elmu
tungtut dunya siar – pelajarilah ilmu, carilah dunia. Itu kata orang
tua buhun. Begitu keluar dari kandungan, seorang bayi secara naluri
akan mencari susu. Untuk mempertahankan hidup. Oleh ibunya seorang anak
kemudian diajari ilmu memburu, ilmu mencari ikan, ilmu mencari
buah-buahan. Itu zaman baheula. Sekarang anak-anak disekolahkan,
dikuliahkan. Mencari ilmu untuk bekal mencari nafkah, bukan?
Untuk
ukuran sekarang, lihatlah ketika seseorang menginjak usia 30 tahun,
akan mulai kelihatan bagaimana kondisi “harta”nya. Sudah punya rumah?
Sudah naik haji? Sudah punya kendaraan? Lalu meningkat di usia 40
tahun, 50 tahun, dst.
Yang tidak nampak adalah, berapa banyak yang
akan menjadi harta abadinya di akhirat nanti. Akankah hartanya akan
dihabiskan di dunia? Atau sebagian diinfaq-shodaqohkan? Akankah
hartanya hanya menjadi rebutan ahli-warisnya? Atau di akhirat nanti
akan menyambutnya dan menjelma menjadi harta yang berlipat-lipat?
Apakah hartanya akan dipakai keliling dunia? Atau dipakai untuk bekal
naik haji dan umroh? Apakah hartanya hanya untuk membangun villa atau
membeli apartemen? Atau hartanya dipakai membangun mesjid sehingga
Allah akan membangunkannya rumah di sorga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar