Telah kita ketahui bahwa Isnad adalah bagian dari agama. Sebagai
pemantapan tentang Manqul, Musnad Mutashil, maka saya ingin
menyampaikan pesan ini. Mudah2an bermanfaat
Dalam HR. Muslim fii Muqoddimah tertulis:
Abdulloh Bin Al-Mubarok berkata: "al-isnadu minad-Din. Walaulal isnadu, laqoola man saa'a maa saa'a"
Artinya: "Al-isnad (sandaran guru) merupakan bagian dari agama.
Seandainya tidak ada Isnad, niscaya orang akan berkata pada apa yg dia
mau"
>>> Belajar Hadis/ ilmu agama tanpa Isnad yg Muthasil, sangat berpotensi menterjemahkannya dgn bebas..
Apakah metode memahami agama dgn berisnad yg muthasil (manqul)?
Manqul dari masdar/ kata dasar Naqola yg artinya: yg dipindahkan
Pengertian secara umum yang dimaksud berguru sistim manqul berisnad
muttashil adalah belajar atau mengaji Qur'an dan Hadist baik makna dan
keterangan kepada seorang guru yang mana guru tersebut juga
bersandarkan pada keterangan dari guru diatasnya, gurunya dari gurunya,
sambung bersambung tanpa terputus isnadnya sampai kepada Rosulluloh SAW.
Nabi bersabda:
تسمعون ويسمع منكم ويسمع ممن سمع منكم *رواه أبو داود
Artinya : “Kalian mendengarkan dan didengarkan dari kalian dan di dengar dari orang yang mendengar dari kalian “ HR Abu Dawud
>>> Dengan demikian, dalam memahami ilmu agama, seseorang
tidak menggunakan ro'yi / pendapatnya / analisanya, tapi menggunakan
keterangan dari gurunya. Sebab, ro'yi atau pendapat atau analisa dalam
ilmu agama sangat tidak diperkenankan oleh Nabi SAW
Beliau bersabda:
من قال فى كتاب الله عز وجل برأيه فاصاب فقد أخطأ *رواه أبو داود
Artinya:”Barang siapa yang berkata dalam kitab Alloh yang maha mulya
dan maha Agung dengan pendapat sendiri lalu benar, maka sungguh-sungguh
salah.” HR Abu Dawud
JADI... hukumnya pendapat benar-benar DI LARANG OLEH AGAMA ISLAM
Untuk lebih jelasnya kami berikan contoh belajar mengaji quran hadist TANPA isnad yang muttashil:
1. Anda ahli nahwu ( bahasa Arab ) kemudian anda belajar sendiri
tanpa bantuan seorang guru untuk menjelaskan keterangan dari Quran
Hadist dengan bantuan sarah atau kitab-kitab tafsir. contoh tersebut
bukan termasuk ilmu yang ber-isnad, permasalahannya Apakah anda
mengerti penjabaran secara praktek dan teori walaupun anda sudah
dibantu dengan sarah dan tafsir.
2. Anda belajar atau mengaji qur'an dan hadist kepada seorang guru atau ulama yang tidak memiliki isnad sampai Rosul.
3. Anda membaca sebuah buku atau kitab-kitab yang sudah ada arti dan
keterangan sehingga tanpa bantuan guru anda bisa memahaminnya
Sekarang perhatikan Hadits berikut ini:
"Nabi bersabda: Ambillah ilmu sebelum hilang, berkata shohabat ”
bagaimana ilmu dapat hilang, wahai nabinya Alloh , sedangkan dikalangan
kita ada kitab Alloh ?” maka nabi marah yang Alloh belum pernah membuat
nabi marah seperti itu. Kemudian nabi bersabda : ” celakalah kalian,
bukankah taurot dan injil itu masih ada dikalangan bani isroil,
kemudian keduanya ( taurot dan injil ) tidak dapat mencukupi mereka
sedikitpun, sesungguhnya hilangnya ilmu adalah hilangnya pembawanya.
Sesungguhnya hilangnya ilmu adalah hilangnya pembawanya (isnadnya atau
ulama’nya)" HR. Ad-Daromi dari Abi umamah ( CAI 2009 halaman 76)
Dari hadist tersebut, ada pengertian:
1. Ketika shohabat merasa Al-Qur'an telah mencukupi mereka, Nabi
marah besar. Karena Nabi sangat tidak berkenan memahami Al-Qur'an dgn
analisa / pendapat. Sehingga Nabi menyabdakan, hilangnya ilmu adalah
hilangnya pembawanya (hilangnya ilmu bukanlah hilangnya kitab Qur'an
Hadis)
2. Dari hadist diatas dapat diambil kesimpulan walaupun kitab quran
hadist, tafsir-tafsir, bahkan ditambah kitab-kitab karangan belumlah
mencukupi tanpa adanya keterangan dari Guru yang memiliki isnad sampai
Rosul.
Maka, hendaklah memahami islam dgn pedoman yg murni (Qur'an Hadis)
dan dgn metode yg di kehendaki Nabi (ber-isnad yg muthasil sampai
Nabi). Dan syukur Alhamdulillah, kita sejak dahulu telah menggunakan
metode manqul, musnad, mutashil. Manjaga kemurnian ilmu Qur'an Hadist.
Sebab ilmu yg didapat dgn tanpa isnad (alias ro'yi) pasti terdapat
kejanggalan2.
Saudaraku, bersukurlah kita mendapat pemahaman yg benar mengenai Qur'an Hadist. Terharu bila merenungi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar