Sedikit

Ibu saya sering mengatakan saya keblug. Karena saya suka tidur dan gampang sekali tidur. Dan saya juga merasakan kebenaran kata-kata ibu tersebut. Kala mahasiswa dulu saya sering menghabiskan hari sabtu untuk tidur. Bahkan bisa sampai tengah hari tidurnya. Bangun-bangun sholat dhuhur dan masih mungkin untuk bisa dilanjutkan tidur lagi. Ya, namanya juga keblug,….

Setelah bekerja cap itu rasanya belum hilang juga. Week end rasanya paling enak untuk nglembur di kasur. Nggak perduli kata anak dan istri, yang penting tersalurkan kata hati: tidur. Namun, seiring dengan tanggung jawab hal tersebut agak berubah. Mau tidak mau ada penyesuaian. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan sabtu dan minggu. Apa mau dikata, akhirnya sirna juga kebiasaan itu.



Belajar dari kebiasaan tersebut, saya jadi terpacu untuk memenej ibadah dengan lebih baik. Dulu, saya sempat gembira sekali, kala mendengar nasehat Pak Haji Junaedi Abdillah. Katanya, ibadah kita dengan Nabi itu bedanya hanya sedikit. Wah, hebat nih - gumam saya. Apalagi beliau sebelum menerangkan lebih jauh menguraikan dalil masalah keimanan yang hebat.
Suatu ketika Nabi bersama para sahabat, kemudian Nabi bertanya, Siapakah diantara kalian yang paling hebat keimanannya? Sahabat menjawab, malaikat. Nabi mengatakan oh tidak, bagaimana tidak hebat imannya para malaikat sebab mereka berada di hadapan Allah. Kemudian para Nabi, kata sahabat. Oh tidak, bagaimana tidak hebat sebab para Nabi selalu diberi wahyu oleh Allah. Kalau begitu kami para sahabat Nabi. Tidak. Bagaimana tidak, sebab saya ada dihadapan kalian semua. Terus siapa Nabi? Yaitu orang setelah kamu yang tidak menjumpai sesuatu kecuali hanya Kitab Allah dan Rasul tetapi mereka mau beriman. Wah, mongkok hati saya mendengarnya, sebab saya termasuk orang hebat. Tetapi saya jadi minder mendengarkan penjelasan selanjutnya. 


Bagaimana tidak, secara logika perbedaan ibadah kita dengan Nabi sedikit sebab keimanan kita yang hebat tapi ternyata bukan itu yang dimaksud. Pak Junaidi ingin mengingatkan kita bahwa sebagian besar kita belum bisa mencontoh dengan baik apa yang sudah dilakukan Nabi. Coba, dalam beribadah Nabi itu sedikit tidur. Hampir tiap malam bangun dan sholat malam. Sedangkan kita, dalam beribadah itu sedikit-sedikit tidur. Dan jarang sholat malam. Jadi disinilah letaknya sedikit tersebut. Nabi sedikit tidur, kalau kita sedikit-sedikit tidur. O, walah …….

Karena sedikitnya amalan tersebut, saya mencari alternative lain untuk mengatrol posisi agar tidak hanya sedikit. Memang sih, amalan yang paling disenangi oleh Allah itu ya yang sedikit juga, tapi ada syaratnya yaitu dawamnya atau kekalnya amalan tersebut. Setelah mencari-cari, akhirnya saya menemukan hadist yang menurut saya cocok buat orang sekeblug saya ini. Dikatakan di dalam Hadist Tirmidzi Juz I, Nabi bersabda, barang siapa bisa sholat sunnah 12 rekaat, maka wajib baginya surga. Juga diterangkan 12 rekaat itu 2 rekaat sebelum subuh, 4 rekaat sebelum dhuhur dan 2 rekaat sesudahnya, serta 2 rekaat sesudah maghrib dan isya. Bahkan di hadist lain dijelaskan pokok dalam sehari 12 rerkaat. Wah, jadi enak kan? Kalau misalnya mau dicicil bareng sholat wajib bisa seperti 2 rekaat sebelum shubuh, dhuhur, ashar dan 2 rekaat sesudah dhuhur, maghrib dan isya’. Pokoknya tarjet dalam sehari minimal 12 rekaat sholat sunah. Bisa juga sholat dhuha yang langsung 12 rekaat. Wah hebring nih...!!! Dan insya Allah ini cocok buat saya.

Mudah-mudahan dengan amalan ini bisa mengatrol posisi sedikit di atas yang sedikit tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar