ORANG YANG TIDAK BAI'AT ADALAH MATI JAHILIYYAH

Singkat cerita, setibanya di masjid Islamic Center, kami langsung mendengarkan nasehat yang sudah dimulai dan diisi oleh salah satu mufti, beliau seorang doctor Study Islam. Beliau nasehat, dengan materi yang sangat indah tentang penyakitnya hati. Saya sangat terkesan dengan nasehat tersebut, karena mungkin perbendaharaan dalil-dalilnya sangat lengkap, baik yang dari Qur’an maupun hadist.

Hingga setelah nasehat selesai, saya menemui beliau, saya perkenalkan diri saya, termasuk asal saya. Kemudian saya sampaikan niat saya untuk menanyakan sebuah hadist. Lalu beliau dengan sangat rendah hati, santun dan tawadzuk (maaf, saya sampai malu hati melihat ekspresi beliau yang terkesan sangat menghargai saya, jauh sekali dari kesan bahwa beliau adalah seorang mufti, hafidz dan menguasai hadist dengan sangat baik).


Dengan berdiri bertiga di halaman masjid , saya , Mufti dan teman Jama’ah (orang USA). Kemudian saya membacakan hadist sebagai berikut :

”Rasulullah SAW bersabda : tetapilah Jama’ahnya orang-orang islam dan ke-imaman mereka. Dan kemudian aku (Khudaifah ibnul Yaman), bertanya: bagaimana apabila tidak ada imam dan tidak ada jama’ah”. Kemudian rasululllah bersabda : pisahilah semua perpecahan tersebut, walaupun engkau harus menggigit akar pohon hingga angkau menemui ajalmu, dan engkau tetap atas perkara itu”.

”Apa yang dimaksud dengan jama”ah di dalam hadist ini ?. Tanya saya kepada sang Mufti.

”yang dimaksud dengan Jama’ah adalah semua orang Islam, semua orang Islam adalah Jama’ah”. Jawab sang Mufti

”Jazakallahukhorio”. Saya mensyukuri penjelasan sang Mufti.

”Kemudian yang kedua adalah imam, apa yang dimaksud dengan imam dalam hadist ini ?”. Tanya saya.

”Imam adalah khalifah, dan sekarang sudah tidak ada lagi, semenjak tahun 1924, umat islam sudah tidak lagi memiliki imam atau khalifah”. Jawab sang Mufti.

”Iya, semenjak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, dan merdekanya Arab Saudi?”, Tambah saya.

”Anda benar”. Tegas sang Mufti.

”jadi sekarang umat Islam tidak memiliki imam ?, apakah salah apabila saya menyimpulkan demikian?”. Tanya saya.

”Iya, anda benar”. Jawab sang Mufti dengan nada berusaha tegas, namun agak gamang.

”Bagaimana kalau ada orang yang mengartikan bahwa imam adalah imam sholat atau pemimpin-pemimpin di organisasi Islam kita?”. Tanya saya

”Itu bukan imam, itu pemimpin (leader), kalau imam adalah yang mengatur semua keperluan umat Islam, tetapi kita tidak mudah untuk mendapatkan seorang imam”. Jawab beliau.

”lalu bagaimana kalau kita mengartikan kepala Negara adalah imam?”. Tanya saya.

”Kepala Negara adalah raja “Mulku”, bisa saja dianggap begitu, tetapi itu bukan khalifah, atau imam yang dimaksud dalam hadist yang anda tanyakan”. Beliau menjelaskan.

”Jadi kesimpulannya bahwa umat islam saat ini tidak memiliki imam, benar ya?”. sekali lagi saya berusaha menegaskan

”ya, benar”. Beliau menegaskan dengan suara yang agak lebih mantap.

”kalau kita tidak berimam berarti kita tidak jama’ah?”. Tanya saya.

”ya”. Jawab beliau dengan tegas.

”kalau demikian kita hidup dalam firqah, apa boleh saya menyimpulkan demikian?”. Tanya saya.

”benar”. Jawab beliau singkat namun dengan suara mantap.

”Na’uzubillah mindzalik”. Saya berbisik. Dan wajah beliau tampak sedih.
Sesaat kami diam sebentar, sang Mufti agak termenung.

”saya boleh mengajukan satu pertanyaan lagi?". Tanya saya memecah keheningan ditengah udara yang sangat dingin.

”silahkan”. Sang Mufti mempersilahkan.

”bagaimana pendapat anda dengan hadist yang menerangkan bahwa barang siapa yang mati dan dia belum pernah baiat dengan seorang imam, maka matinya adalah dalam keadaan Jahiliyah ?”. Tanya saya.

”ya, orang yang mati belum pernah baiat dengan seorang imam, maka matinya adalah jahiliyyah, tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini!”. jawab beliau dengan suara yang sangat tegas.

”apakah salah apabila saya menyimpulkan bahwa kita semua sekarang dalam keadaan Jahiliyyah, karena kita tidak pernah baiat dengan seorang imam?”. Tanya saya ingin memastikan jawaban beliau.

”tidak, tidak salah terhadap kesimpulan tersebut”. Jawab beliau dengan bijak.

”Jazakallahukhoiro, atas waktu dan penjelasan anda”. Saya mensyukuri sang Mufti.

Kami segera berpisah, karena udara sangat dingin sekali, kalau tidak salah 23F. Alhamdulillah, teman saya tampak memahami sekali percakapan tersebut, dan sekarang dia telah melihat dan mendengar sendiri tentang Jama’ah dari lisannya seorang Mufti. Sekarang dia telah benar-benar tahu bahwa Mufti bukan tidak tahu tentang jama’ah, tetapi TIDAK BERANI bicara tentang Jama’ah.

Alhamdulillah, sepanjang perjalanan pulang, dia tampak senyum bahagia dan merasa beruntung bahwa dia telah baiat, dia bukan orang Jahiliyyah.

Ini adalah moment yang telah kami tunggu-tunggu selama hampir empat tahun, karena selama ini teman saya tersebut, walaupun dia sudah baiat enam tahun yang lalu, dia masih memiliki pertanyaan, mengapa Jama'ah tidak berbau Arab.

Sebab imamnya bukan orang Arab, juga mubaligh-mulighnya tidak ada yang lulusan Arab. Berbeda dengan kelompok-kelompok islam pada umumnya, yang setidak-tidaknya ada orang Arab atau Pakistan yang menjadi tokoh.

Maka selama ini, setiap kami ngaji, dia selalu meminta saya agar bisa membuktikan dengan Sekh atau Mufti yang datang dari Arab Saudi tentang keotentikan Jama’ah. Setiap saya tunjukkan dalil-dalil bab imaroh, dia mengatakan “saya tahu dalil-dalil itu ada, tapi saya ingin tahu pendapat dari sekh atau mufti”.

Hingga kami pernah merancang sebuah rencana yaitu mendatangi salah seorang Sehk yang membuka pondok di Buffalo, NY. Dan setelah kami diskusikan, acara tersebut akan memakan waktu kurang lebih lima hari, dua hari untuk perjalan (pergi-pulang) , dan tiga hari menginap di pondok, karena khawatir apabila sang Sekh sibuk.

Sebenarnya, secara berkala, setiap tahun Islamic Center selalu mendatangkan Sekh atau Mufti dari Makkah atau Madinah. Namun biasanya beliau-beliau mengisi dari hari Jum’at hingga Minggu. Sedangkan pada hari-hari tersebut saya kerja. Karena libur saya adalah hari Selasa.

Tapi, Alkhamdulillah, atas izin Allah, pada hari itu, tanggal 4 Januari lalu, pas tinggal satu bulan lagi saya akan meninggalkan USA, Allah memberikan kesempatan ini, yaitu kedatangan Mufti yang ngajarnya dimulai pada hari Selasa. Sehingga moment of the truth bisa terwujud, atas izin Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar